7

51.8K 6.3K 14
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

Xavier dan Lavina sudah saling mengenal sejak mereka masih kanak-kanak. Itu sebabnya Xavier mengingat dengan jelas bahwa wajah Ashiel berbeda jauh dengan Lavina kecil. Ia kembali menggelengkan kepalanya saat pikirannya memikirkan kemungkinan bahwa Ashiel merupakan putra keduanya.

"Kau memanggilku?" Seorang perempuan yang mirip dengan Xavier memasuki ruangan. Tatapannya tertuju pada sosok dipelukan Lavina yang tengah mengerutkan kening.

"Bibi Xera! Kau disini?" Sean yang sedari tadi memperhatikan keadaan, menyapa adik kembar Xavier.

'Xera? Wah! Waktu yang tepat!'

Ashiel berusaha menahan senyumnya karena ia masih harus berpura-pura kesakitan. Dalam novel yang ia baca, Berbeda dengan Xavier yang menyukai ilmu pedang, Xera sang kembaran memilih untuk mengembangkan sihirnya dan melakukan beberapa penelitian.

"Aku sedang berlibur." Xera memberi pelukan singkat keponakannya kemudian mendekati Lavina dan Ashiel. Keningnya berkerut saat ia menatap Ashiel yang masih berakting kesakitan.

"Xera, periksa dia! Cepat!" Lavina memberi perintah padanya.

Sera jelas terkejut mendengar Lavina yang memanggil namanya. Sejak kehilangan putra keduanya, Lavina hanya meneriakkan kalimat yang mengatakan bahwa ia kehilangan putranya, berulang kali.

"Cepat lakukan." Ucap Xavier yang membuat Xera tersadar. Ia mendekati Ashiel kemudian memejamkan matanya sambil memegang tangan Ashiel.

Ashiel yang pertama kali melihat sihir dengan jelas didepan matanya menatap cahaya biru yang keluar dari tangan Xera dengan tatapan kagum. Cahaya itu perlahan menyelimuti dirinya kemudian menghilang bersamaan dengan Xera yang membuka matanya.

Kembaran Xavier mengerutkan keningnya sebelum berbicara. "Anak ini diberi mantra yang membuat mana miliknya disegel." Tatapan Xera beralih pada telingan kanan Ashiel yang terluka.

"Kurasa segel itu berada ditelinganya. Aku terkesan karena dia memilih tempat yang bagus untuk meletakkan segel pembatas mana." Xera terkekeh pelan, ia menyentuh telinga itu sambil menggumamkan mantra penyembuh. Perlahan, luka ditelinga Ashiel menghilang dengan cepat tanpa meninggalkan jejak.

Ashiel memberikan tatapan bingung pada Xera.

'Apa segelnya terlepas? Hmm, kurasa belum.'

"Telingaku tidak sakit lagi. Terimakasih."

Read my stories on wattpad,  https://www.wattpad.com/story/333555995-adik-protagonis-pria
Xera terdiam mendengar suara Ashiel yang menurutnya menggemaskan. Ia kembali memperhatikan Ashiel dari atas ke bawah. Tubuhnya begitu kecil, kurus dan terlihat rapuh. Xera tiba-tiba memiliki keinginan untuk merawat Ashiel.

"Syukurlah, kau baik-baik saja sekarang? Hah– aku lega." Lavina tersenyum lembut sambil mengusap rambut Ashiel.

"Xera, segel apa yang kau maksud?" Xavier menatap kembarannya meminta jawaban.

Mata Xera melebar sesaat kemudian menepuk keningnya. "Ah, aku melupakannya. Segel yang ku maksud adalah segel pembatas mana dan juga sihir penyamaran. Kurasa orang itu cukup berbakat dalam hal ini. Walaupun lemah, sihir dan segel ini dapat bertahan cukup lama." Balas Xera memberi penjelasan.

"Apa itu buruk bagi seseorang yang mananya disegel?"

Xera menganggukkan kepalanya. "Itu buruk Sean, mana sudah menyatu dengan jiwa kita sejak kita lahir. Jika mana milik kita disegel, tubuh kita akan mengalami banyak kesulitan. Terutama jika segel mana itu dilepas." Lanjut Xera. Ia memusatkan tatapannya pada Ashiel yang juga tengah menatapnya.

"A-apa yang akan terjadi jika segelnya dilepas?" Ashiel bertanya dengan pelan.

'Sial! Ini tidak dijelaskan dalam novel.'

"Jangan khawatir, kau akan baik-baik saja." Lavina menghibur Ashiel dengan mengusap kepalanya. Hal ini jelas membuat Sean dan Xavier menatap Ashiel dengan tatapan kesal. Lavina terus memeluk dan mengusap kepala Ashiel sejak ia bertemu dengannya.

"Hei nak, bisakah kau memperkenalkan dirimu terlebih dahulu? Aku penasaran siapa anak menggemaskan ini?" Xera membalas pertanyaan Ashiel dengan pertanyaan lain.

'Aku juga belum mengetahui namanya.' Seolah diingatkan, Sean diam-diam berterima kasih pada bibinya.

"Aku Ashiel. Kak Sean membawaku dari tempat pelelangan budak."

"Apa maksudmu? Kau putraku! Bukan seorang budak!" Lavina membantah perkataan Ashiel kemudian kembali memeluk Ashiel dengan erat.

Xera menatap Lavina dan Ashiel secara bergantian. Sudah jelas Ashiel tidak mirip dengannya, tapi mengapa Lavina terus mengatakan bahwa Ashiel anaknya?

"Lavina, kau ingat aku? Bagaimana dengan Sean dan Xavier?"

"Tentu saja aku ingat."

"Lalu siapa anak ini?" Xera kembali melayangkan pertanyaan pada Lavina.

"Dia putraku! Anak keduaku. Adik Sean!" Lavina semakin memeluk Ashiel dengan erat.

Jawaban Lavina membuat semua orang diruangan menatapnya dengan heran terutama Sean. Ia dengan jelas mengatakan bahwa Ashiel akan menjadi keluarganya, tepatnya adik angkatnya namun Lavina menegaskan bahwa Ashiel putra keduanya? Lalu bagaimana dengan adiknya yang menghilang selama ini? Apa Lavina melupakannya?

"Ugh, anu- nyonya. Ini agak sesak. Tolong lepas." Ucap Ashiel yang langsung mendapat permohonan maaf dari Lavina.

"Oh tidak! Maafkan aku. Kau baik-baik saja sekarang? Apa masih sesak?"

"Aku baik-baik saja. Terimakasih."

Ashiel mengalihkan pandangannya dari Lavina. Ia menatap Xera kemudian berbicara. "Aku sudah memperkenalkan diriku. Apa kau bisa melepas segelnya?" Ashiel merasakan bulu kuduknya berdiri melihat Xavier dan Sean yang memberinya tatapan seolah-olah ia seorang pengganggu.

Jika dirinya terungkap bahwa ia memikili darah Ailos, mungkin Sean dan Xavier akan berhenti memberinya tatapan itu.

"Ini mudah, hanya saja–"

"Kalau begitu, lakukan! Tolong lakukan." Ucap Ashiel yang memotong perkataan Xera.

Xera menghela napasnya, ia tidak tahan dengan tatapan memohon dari Ashiel. Ekspresi Xera terlihat rumit namun ia segera menghirup udara kemudian menghembuskannya.

"Kau harus berbaring." Ucapnya yang langsung dituruti oleh Ashiel, hal itu membuat Xera tertawa pelan.

"Dengar, ini akan terasa sakit tapi kau harus menahannya. Ini sihir mudah, hanya saja kau terpengaruh sihir ini dalam waktu yang lama. Kemungkinan besar akan terjadi lonjakan mana pada tubuhmu. Apa kau yakin?" Xera bertanya untuk memastikan. Yang dibalas anggukan cepat oleh Ashiel.

"Apa tidak ada cara lain yang tidak menyakitinya?" Lavina berujar pelan, ada ketakutan yang tiba-tiba menghantuinya.

Xera menggelengkan kepalanya. Bahkan jika seseorang yang mananya disegel selama beberapa hari, ia akan merasa sakit disekujur tubuhnya dalam beberapa hari pula. Setelah ini, Xera akan melakukan penelitian agar mendapatkan cara untuk melepas segel mana tanpa menyakiti.

Sean menghampiri ibunya yang menampilkan raut sedih, ia memberanikan diri untuk memeluk Lavina dari samping. Beruntung, Lavina tidak menolaknya. Cairan bening perlahan mengalir di pipi Sean saat ia memeluk Lavina.

Ibunya yang selalu berteriak memanggil adiknya yang hilang kini tidak menolak pelukannya. Sean merasa senang!

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang