Vote dulu, baru baca✌
###
Ashiel duduk dikereta sambil mengayunkan kakinya, tatapannya kini tidak lagi menatap jendela yang terbuka dan menampilkan pemandangan luar. Ia ingin segera kembali ke mansion untuk melihat seberapa bagus harta karun yang ia dapatkan.
Tangan kanannya menggenggam erat kotak kecil dalam saku celananya itu.
Lain dengan Ashiel, Xavier memikirkan kembali perkataan Ashiel mengenai Baron gemuk itu. Semakin dipikikan, semuanya semakin jelas.
Seingat Xavier, Baron itu pernah memintanya untuk menjadikan putrinya sebagai selir. Agatha Corbin, wanita yang dulu mendekati Xavier bahkan saat ia sudah menikahi Lavina.
Baron Corbin juga memberinya lamaran pernikahan yang disertai surat kecil berisi keterangan dimana ia tidak keberatan jika putrinya dijadikan selir.
Xavier jelas menolak lamaran itu, ia sudah menyukai Lavina sejak kecil. Untuk apa ia memiliki selir jika kehadiran Lavina saja sudah cukup?
Selain itu, Agatha juga berhenti mendekatinya setelah ia memiliki Sean. Anak pertamanya dengan Lavina.
"Ayah tidak mendengarku." Xavier tersentak kemudian menatap Ashiel yang kini tampak murung. Sepertinya ia terlalu lama melamun.
"Maaf, apa yang kau katakan?" Tanya Xavier. Ia memasang ekspresi menyesal karena mengabaikan Ashiel.
"Lupakan saja." Ashiel merengut kesal, bibirnya mengerucut lalu ia mengalihkan pandangannya dari Xavier.
Apa? Barusan ia diabaikan Ashiel? Yah, ini salahnya karena sebelumnya ia melamun.
"Ada apa? Maaf, aku tidak bermaksud mengabaikanmu."
Xavier dapat mendengar dengusan pelan dari anaknya. Namun sedetik kemudian Ashiel bertanya padanya. "Aku dengar dari pelayan, sebentar lagi kakak ulang tahun. Apa itu benar?"
Xavier mengangguk membenarkan.
"Apa akan ada pesta? Apa ayah sudah membeli hadiah untuk kakak?"
Xavier menghela napas sebelum menjawab. "Kakakmu tidak menyukai pesta." Jawaban Xavier seketika membuat Ashiel menampilkan ekspresi murung.
Ashiel merasa hari ulang tahun Sean adalah momen yang tepat untuknya memberikan pedang itu sebagai hadiah. Dalam novel memang dijelaskan bahwa Sean tidak merayakan pesta ulang tahun, setelah hilangnya sang adik. Sean hanya melakukan pesta debutnya pada usia delapan belas tahun. Itupun, pemeran utama perempuan tidak hadir karena harus mengikuti pelatihan di kuil.
Ah, Ashiel jadi penasaran. Kapan kakaknya bertemu dengan pemeran utama perempuan? Ia akan bertanya pada Sean nanti.
"Ayah, bagaimana jika kita membuat kejutan untuk kakak?" Ekspresi murung Ashiel seketika sirna saat ia mendapatkan sebuah ide.
"Kejutan seperti apa yang kau maksud?"
"Aku, ayah dan ibu mendatangi kamar kakak saat hari ulang tahunnya dengan membawa kue dan hadiah." Ashiel menyarankan kegiatan yang sudah sering dilakukan orang-orang dibumi.
"Bagaimana kakakmu bisa terkejut? Bukankah itu biasa saja?"
Ashiel berdecak sebal karena Xavier tampaknya tidak mengerti. "Beritahu penghuni mansion untuk tidak menyinggung hari ulang tahun kakak. Lalu kita akan mendatangi kamar kakak secara diam-diam sambil membawa kue dan hadiah."
Menarik.
Xavier mengangguk menyetujui perkataan Ashiel. Idenya benar-benar tidak biasa disini karena setiap anak yang berulang tahun akan mengadakan pesta besar-besaran.
"Ah, itu ide bagus. Bagaimana kau bisa memikirkan hal itu?" Xavier memberikan tatapan kagum putra keduanya.
'Karena aku pernah hidup didunia lain.' Tidak mungkin Ashiel akan mengatakan itu. Ia memilih diam, menampilkan wajah bangga sambil mengangkat dagu
Ashiel menahan bibirnya yang berkedut. Hidungnya kembang kempis mendengar pujian dari Xavier. Naluri anaknya kembali muncul.
"Rien akan mengurusnya nanti. Apa yang akan kau berikan pada kakakmu?"
"Itu rahasia."
Xavier terkekeh pelan. Tingkah putra keduanya tidak pernah berhenti membuatnya tersenyum atau tertawa.
Tiba di mansion, Xavier mendapati Lavina dan Sean tengah menunggu dengan senyuman diwajah mereka.
"Ibu! Kakak!" Saat ia menurunkan Ashiel dari kereta, anak itu segera berlari sambil merentangkan tangannya yang langsung disambut Lavina dan Sean.
Ketiganya berpelukan sehingga para pelayan yang melihat memasang senyum diwajah mereka.
"Bagaimana dengan istana? Kau sudah mengelilinginya?" Lavina melepaskan pelukannya lalu menatap mata bulat violet itu.
"Aku pergi ke danau dengan putra mahkota!" Ucapnya dengan semangat.
Sean mengerutkan keningnya. Apa ia tidak salah dengar? "Putra mahkota? Kemana ayah pergi?" Ia menatap Ashiel dan Xavier bergantian.
Xavier menjelaskan semuanya secara singkat. Sama seperti dirinya, Sean juga tampak kesal mengetahui Ashiel dengan mudahnya digendong putra mahkota.
"Ashiel." Panggil Sean.
Ashiel memberikan tatapan bingung pada Sean sambil memiringkan kepalanya.
Ugh!
Sean menahan diri untuk tidak mencubit pipi tembam itu. Ia menarik napas kemudian menghembuskannya dengan perlahan. "Dengar, jangan pernah mengikuti orang asing. Kau mengerti?"
"Orang asing, siapa?" Kakaknya tiba-tiba memanggil dan memintanya untuk tidak mengikuti orang asing. Siapa orang asing itu?
"Ah itu, orang-orang yang tidak kau kenal seperti Chasire atau putra mahkota."
"Bukankah mereka teman kakak? Apa teman kakak hanya milik kakak? Tidak boleh berkenalan denganku?"
Sean menghela napasnya mendengar jawaban Ashiel. Sudahlah, lupakan saja. Ia akan membiarkannya kali ini.
"Lupakan saja perkataanku tadi. Sepertinya itu membuatmu bingung." Ucap Sean dengan senyum tipis.
###
"Rien, sebentar lagi Sean berulang tahun. Ashiel mengusulkan untuk memberinya kejutan." Xavier meninggalkan tiga orang yang ia sagangi setelah memberi ciuman singkat pada Lavina.
"Kejutan seperti apa itu?" Rien membuka pintu ruangan Xavier kemudian mengikuti tuannya masuk kedalam ruangan.
Xavier duduk di kursinya lalu menjelaskan usulan Ashiel yang ia setujui.
Rien mengangguk mengerti. "Itu ide bagus. Mungkin ini pertama kalinya untuk tuan Sean merayakan ulang tahun setelah sekian lama. Selain itu, nyonya dan tuan muda kedua ikut merayakan."
Xavier tersenyum bangga karena Rien memuji Ashiel namun senyum itu menghilang sedetik kemudian.
"Satu lagi, selidiki Baron Corbin dan jangan lewatkan apapun." Titah Xavier, ia kemudian membuat dirinya fokus pada tumpukan dokumen dihadapannya.
"Baik tuan." Jawab Rien. Ia menahan keinginannya untuk bertanya pada Xavier karena tuannya tampak tidak senang saat menyebut nama Baron itu.
~•~•~•~

KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Protagonis Pria [END]
Fantasy#Story Transmigrasi Saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya dalam tubuh anak kecil yang dikurung disebuah sel sempit. Sampai suatu hari, beberapa kesatria datang dan membawanya keluar dari tempat itu. ### ❗️UDAH END, TAPI JANGAN LUPA APRESIASI...