15

40.6K 5.1K 22
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

Rencana Ashiel tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Saat ia berjalan mencari toko yang menjual inti monster, rasa sesak tiba-tiba menghimpit paru-parunya. Sean jelas panik melihat keadaan Ashiel yang seperti ini. Mengingat perkataan bibinya bahwa seseorang yang mengalami lonjakan mana, bisa saja merasa nyeri dibagian tertentu pada tubuhnya.

"Ashiel, lebih baik kita segera pulang." Sean berkata dengan khawatir, adiknya bahkan sudah berkeringat sekarang.

"Sebentar lagi, kumohon." Ashiel menggeleng pada Sean. Ia tidak tahu kapan ia akan diizinkan lagi pergi keluar oleh Xavier.

Tatapan Sean berubah dingin mendengar penolakan Ashiel. "Aku tidak menerima penolakan. Kita akan kembali sekarang." Ucapnya dengan tegas.

Ashiel memberikan tatapan memohon pada Sean dengan terengah. Ia memang merasa sesak napas sekarang, hanya saja, Ashiel sudah bertekad untuk mendapatkan inti monster hari ini.

"Tuan muda Sean, tuan muda Ashiel. Lebih baik jika kita mencari tempat untuk beristrahat." Ucap Jesse menengahi. Ia juga tidak tega melihat Ashiel yang kesulitan bernapas namun tidak ingin pulang.

Sean memijat pangkal hidungnya frutrasi namun ia menyetujui perkataam Jesse.

Menghela napas pelan, Sean memberikan ramuan dari Xera yang ia bawa pada adiknya. "Minum ini." Ucapnya sambil membantu adiknya minum.

"Terimakasih." Ucap Ashiel. Walaupun wajahnya begitu pucat, ia merasa lebih baik sekarang.

"Mari pulang. Kita bisa datang lagi ketempat ini lain kali."

Ashiel menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu sampai kapan ia bisa bertahan hidup dengan lonjakan mana. Jika kondisinya semakin memburuk, jangankan untuk kemari. Mungkin keluar kamarpun akan sulit baginya.

Sean lagi-lagi menghela napas. Ini pertama kalinya ia menghadapi sikap keras kepala Ashiel.

"Sean? Kau kah itu?" Suara dari seseorang dengan tudung yang menutupi wajahnya terdengar ditelinga Sean dan juga Ashiel.

'Tokoh siapa ini?'

Ashiel membatin sambil memperhatikan sosok yang kini berada dihadapannya dan Sean.

"Ini aku, Cashire." Sosok itu membuka sedikit tudungnya hingga Ashiel dan Sean dapat melihat wajahnya.

'Ah, aku ingat.'

Surai merah seperti mawar itu merupakan ciri dari tokoh bernama Chasire, sahabat Sean. Mereka berada di asrama yang sama saat di akademi. Mereka juga saling mengenal sejak mereka berusia kanak-kanak. Dalam novel, Chasire juga membantu Sean saat protagonis novel itu menangkap Derian, si antagonis.

Ashiel menarik ujung pakaian Sean hingga kakaknya menoleh kearahnya.

"Siapa dia?"

Chasire juga menatap Ashiel dengan kening berkerut. "Aku Chasire, sahabat Sean. Apa kau adiknya Sean?" Chasire membuat dirinya sejajar dengan Ashiel.

Ashiel mengangguk ringan.

Chasire mengamati Ashiel sambil mengetuk dagunya dengan jari telunjuk. Ia menatap Ashiel dan Sean yang tengah menyamar secara bergantian.

"Jadi rumor itu benar? Adikmu sudah ditemukan? Mengapa kau tidak memberitahuku?" Chasire menyerbu Sean dengan pertanyaan.

Sean mengabaikan sosok berambut merah itu. Ia memberi isyarat pada Jesse untuk menggendong Ashiel dan segera kembali ke mansion. Walaupun sudah lebih baik, ia tetap khawatir melihat wajah pucat adiknya.

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang