69 - End

27.5K 2.3K 229
                                    

Mmm, hai!

Nghehehe, saya muncul lagi setelah menghilang beberapa hari (30 hari lebih ga sih?)

Btw ini beneran end, no tipu-tipu kaya waktu itu, ekhem!

Yaudah gitu aja. Lanjut di bawah.
Happy ending guys!

Eh, happy reading.

###

Sean dan Chasire bertarung melawan monster bersama. Slime peliharaan Chasire, Sil, menyemburkan lendirnya untuk menyembuhkan luka Sean atau Chasire saat terluka, memungkinkan mereka untuk melawan monster lebih lama dibandingkan dengan yang lainnya. Meskipun demikian, monster terus bermunculan, dan keduanya mulai merasa kelelahan seiring berjalannya waktu.

"Sean, sepertinya kita perlu mundur sejenak. Banyak kesatria yang terluka," ucap Chasire dengan suara hati-hati.

Chasire melihat kesatria yang terluka dengan rasa simpati.

Sementara itu, Sil, yang berada di bahu Chasire, menyemburkan lendirnya membentuk perisai cair di sekitar mereka. Perisai lendir itu memberikan sedikit ruang bernafas saat mereka terus bertempur melawan monster. Sean mengayunkan pedangnya dengan lihai, menusukkan monster yang menyerang. Di sisi lain, Chasire melempar sihirnya untuk melawan para monster.

Sean menghela nafas berat dan menatap Chasire dengan serius. "Kau benar, Chasire. Kita harus mundur dan meminta bantuan lebih banyak kesatria."

Keduanya memberi isyarat pada kesatria mereka untuk mundur, sambil mengirim sinyal kepada mereka yang sedang beristirahat untuk bersiap-siap menggantikan mereka di garis depan. Beberapa yang bisa berteleportasi segera menghilang dan muncul di tempat di mana artefak pelindung berada.

###

Tatapan Ashiel penuh dengan keheranan saat dia melihat kakaknya, Sean, berdiri di hadapannya. "Kakak, kau kembali! Apakah kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka?" Dengan penuh kekhawatiran, Ashiel memeriksa kakaknya dari atas ke bawah untuk memastikan bahwa dia tidak terluka.

Dengan senyuman lembut, Sean menjawab, "Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Dia lalu berbalik kepada kesatria dan memberi isyarat agar mereka fokus pada perawatan para kesatria yang terluka.

Chasire, yang berdiri di sebelah Sean, merintih pelan dan memegang kakinya. "Aduh, sepertinya kakiku terkilir. Ashiel, bisakah kau memeriksanya?"

Ashiel memutar bola matanya dengan kesal, menangkap ekspresi Chasire. "Apakah aku harus memanggil tabib? Atau pendeta? Atau saintess?"

Tapi Chasire hanya menggeleng lemah. "Tidak perlu, aku merasa sedikit lebih baik sekarang." Chasire mendengus pelan mendengar perkataan Ashiel.

Senyuman dan gelak tawa kecil muncul di antara mereka, menghilangkan ketegangan.

"Jadi, mengapa kau berada di sini?" tanya Chasire kepada Ashiel setelah kembali bersikap serius.

"Aku disini karena batu mana dari tambang milikku sudah mulai di tambang, selain itu istana dan bangsawan lain juga mulai berdatangan dengan batu mana milik mereka."

"Benarkah? Apa semua itu cukup untuk memperbaiki dan mengaktifkan ulang artefak?" tanya Chasire untuk memastikan, walaupun dalam diam ia menghela napas lega.

"Yah, kurasa itu akan cukup."

Ashiel tidak tahu pasti seberapa besar ukuran batu mana yang harus ia gunakan untuk memperbaiki artefak karena ia tidak menemukan penjelasannya.

'Karena tidak dijelaskan, seharusnya jika aku memecahkan batu mana berukuran besar menjadi pecahkan kecil, itu tidak masalah kan?'

"Kakak, sebaiknya kalian berdua juga beristirahat. Aku akan melihat artefak dan segera kembali kemari."

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang