60

19.8K 3.1K 131
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Xavier memutuskan untuk memeriksa tambang itu secara langsung karena letaknya dekat dengan perbatasan. Ia bersama beberapa kesatrianya tiba di gua yang tertutup dengan tanaman liar. Setelah kesatria Xavier membereskan tanaman liar itu, mereka memasuki gua yang gelap dengan obor sebagai penerang.

Hawa dingin begitu terasa setelah Xavier dan kelima kesatrianya memasuki gua itu.

"Anu, tuan. Apa benar ini tambang yang dimaksud? Ini, lebih seperti dungeon yang baru ditemukan." Edwin, salah satu kesatria itu mengungkapkan pendapatnya.

Sambil menyurusi gua, Xavier merenungkan perkataan salah satu kesatrianya. Ashiel hanya memberitahukannya bahwa ia membeli tambang ini, Ashiel juga memberinya peta menuju kemari. Apa mungkin putra keduanya baru saja tertipu? Keputusannya untuk memeriksa tambang ini secara langsung ternyata tidak salah.

"Kita tidak akan tahu jika kita tidak memeriksanya. Tutup mulutmu dan lanjutkan perjalanan." Xavier berjanji akan kembali dua hari lagi dan memberitahu Ashiel mengenai tambang ini. Ia tidak punya banyak waktu.

Semakin dalam memasuki gua, semakin gelap juga gua itu. Xavier bahkan harus menggunakan sihirnya agar mereka dapat melihat karena obor yang dibawa sudah mati dan tidak lagi dapat digunakan. Sedikit banyaknya Xavier dapat menggunakan sihir dasar seperti membuat api kecil.

Argh!

Salah satu kesatria Xavier berteriak kesakitan saat sebuah panah menembus kakinya setelah tanpa sengaja menginjak sebuah akar yang aneh.

"Jean, kau baik-baik saja? Ah– tidaaak!" Adrick hendak mendekati temannya namun kakinya menginjak sesuatu yang rapuh lalu ia terjatuh.

Xavier menyadari keganjilan di gua ini. "Jangan bergerak!" Titahnya yang di turuti tiga kesatria lainnya. "Sepertinya banyak jebakan disini." Xavier merasa aneh karena perangkat buatan Xera tidak merespon adanya mana orang lain disini.

"Bagaimana dengan Adrick, tuan?" Lyn melihat kembali tempat dimana Adrick terjatuh. "Aku baik-baik saja! Sepertinya di bawah sini cukup luas, aku tidak yakin karena disini juga gelap." Teriak Adrick dari bawah sana.

Xavier mengarahkan sihirnya untuk menelusuri gua, nyatanya, beberapa meter dihadapan mereka merupakan jalan buntu. Xavier juga baru menyadari bahwa dinding gua itu memiliki ukiran rumit yang asing dimatanya. Matanya menyipit melihat sebuah tonjolan kecil di dinding gua itu. Tanpa pikir panjang, Xavier menekannya.

Belasan panah seketika menyerang kelima orang itu. Dengan sigap, para kesatria menebas panah itu dengan pedang mereka. Untungnya, mereka mereka merupakan kesatria yang dilatih secara khusus oleh Xavier.

"Aneh, didepan sana hanya ada jalan buntu. Lalu mengapa panah ini muncul?" Xavier memperhatikan salah satu panah yang ia ambil, panah itu memiliki besi yang tajam diujungnya. Xavier semakin penasaran mengapa Ashiel mengatakan bahwa gua ini merupakan tambang batu mana? Dimana batu mana nya berada?

Sebuah getaran yang cukup besar dirasakan oleh Xavier dan yang lainnya. Dinding disekitar seketika runtuh dan menimbun Xavier serta para kesatrianya bahkan sebelum mereka sempat berteriak.

###

Ashiel merasa gelisah entah karena apa. Setelah Xavier memutuskan untuk memeriksa tambang itu secara langsung, ia ditinggalkan bersama Lavina karena Sean disibukkan untuk melatih kesatria lebih giat lagi untuk persiapan melawan monster yang tidak diketahui tingkatannya.

Anak itu menggigit kuku ibu jarinya berusaha menghilangkan perasaan gelisah yang ia rasakan.

Sama seperti Ashiel, Lavina juga merasakan hal yang sama hanya saja ia tidak menunjukkan dihadapan Ashiel. Sejak kecil, orang tuanya mengatakan bahwa Lavina memiliki firasat yang kuat dan tidak pernah salah. Itu sebabnya saat ia bertemu dengan Ashiel untuk pertama kalinya walaupun dalam pengaruh sihir penyamaran, Lavina dapat mengenali Ashiel sebagai putra keduanya.

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang