48

24.7K 4.2K 93
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Kekaisaran Agloria dikenal sebagai kekaisaran yang damai dan sejahtera. Hanya saja, Agloria dikelilingi oleh hutan yang dipenuhi monster dengan berbagai tingkat.

Untungnya, kekaisaran memiliki sebuah artefak kuno yang menjadi sumber kekuatan pelindung kekaisaran dari serangan monster yang datang dari luar wilayah kekaisaran. Selama berabad-abad, artefak itu telah memancarkan sihir pelindung yang kuat sehingga monster tidak sering muncul dan kekaisaran bisa hidup dengan damai.

Namun, suatu hari, cahaya artefak mulai meredup. Seluruh kekaisaran tiba-tiba diserang oleh berbagai jenis monster tingkat rendah. Monster-monster tersebut muncul dari seluruh penjuru wilayah kekaisaran dan menyerang penduduk serta bangunan-bangunan penting di sana.

Tentu saja, semua itu dijelaskan dalam novel. Dan hanya diketahui oleh Ashiel.

Awalnya, hanya monster tingkat rendah yang menyerang. Seiring berjalannya waktu, monster tingkat menengah serta monster tingkat tinggi mulai menyusul. Bahkan, ada banyak monster yang tidak dapat dinilai ikut menyerbu kekaisaran. Seolah mereka sudah menunggu momen ini sejak lama, para monster menyerang tanpa ampun.

Mereka merusak dan menghancurkan apapun yang ada dihadapan mereka. Monster itu juga tidak segan untuk memakan manusia yang lewat. Butuh waktu yang lama untuk mengetahui penyebab munculnya gelombang monster ini di kekaisaran.

Dan hari itu, seharusnya terjadi besok. Tepatnya, dua hari setelah Sean berulang tahun yang ke tujuh belas tahun.

Ini lebih cepat dari yang Ashiel duga.

'Aku memang sudah belajar menggunakan pedang dengan ayah, tapi aku belum pernah membunuh monster secara langsung.'
Ashiel menggigit bibirnya, matanya bergetar memandangi sekeliling yang tampak kacau karena manusia dan monster berlarian.

Gerombolan monster yang menyerang para warga tampaknya semakin bertambah besar. Teriakan dan suara benturan senjata semakin keras terdengar di sekitar. Sean yang merasa bertanggung jawab untuk melindungi adiknya, dengan sigap mengambil posisi siap tempur di depan Ashiel.

Sean kemudian mengeluarkan pedang elf nya yang berkilauan dengan cahaya biru. Pedang itu terlihat sangat kuat dan mematikan. Tanpa ragu, Sean menerjang masuk ke dalam gerombolan monster dengan sikap yang sangat percaya diri. Dalam sekejap, monster-monster itu sudah terkapar tak berdaya di tanah. Dia bahkan tidak membiarkan monster itu meraung.

Aura Sean memang sangat memukau. Terlihat jelas bagaimana aura biru keperakan yang memancar dari tubuhnya mampu menakuti monster-monster itu.

"Chasire, tolong jaga adikku." Ujar Sean sambil menunjuk ke arah Ashiel.

"Aku akan menyingkirkan monster-monster ini dengan cepat." Sean mengeluarkan pedang elf legendaris yang ia bawa.

"Pedang itu benar-benar menakjubkan." Ucap Chasire dengan Ashiel disebelah kirinya. Tangan Chasire sesekali mengayunkan pedang menebas monster tingkat rendah itu.

Meskipun begitu, jumlah monster-monster itu terus bertambah. Sean mulai merasa terdesak dan sulit untuk mengalahkan mereka. Ia berusaha untuk mempertahankan diri, namun semakin kesulitan.

"Ashiel, aku akan membantu Sean." Chasire merapalkan mantra teleportasi ke mansion Ailos agar ia bisa membantu Sean tanpa harus mengkhawatirkan Ashiel.

Ashiel bahkan tidak sempat untuk menolak. Ia merasakan kepalanya pening sesaat lalu mendapati dirinya berada di mansion.

Chasire membawa Ashiel berjalan cepat menuju ruangan Xavier. "Marquis, monster tingkat rendah menyerbu pasar, tidak- mereka menyerang wilayah Ailos dalam jumlah besar. Aku akan pergi membantu Sean." Ucap Chasire pada Xavier. "Ashiel, aku pergi dulu. Jangan lupa untuk menjaga mahluk ini." Tunjuk Chasire pada slime pelangi itu. Ia kemudian menghilang setelah merapal mantra teleportasi.

Ashiel mengerjapkan matanya. Benar juga, Sean dan Chasire mampu merapal mantra teleportasi. Bagaimana ia bisa lupa?

Ahh, memang dasarnya Sean itu tokoh utama. Jadi ia memilih melawan monster itu agar tidak banyak yang terluka.

Ashiel tidak menyadari bahwa diruangan itu tidak hanya ada Xavier. Disana, ada Reinhart, Luna, Derian dan Astalan. Mereka berada di ruangan Xavier karena menunggu kedua tuan muda Ailos.

"Halo Ashiel!" Sapa Reinhart dengan senyuman dibibirnya.

Ashiel menoleh ke asal suara. Matanya membelalakkan saat mendapati empat orang yang salah satunya tidak ia kenali. "Um, hai?" Ashiel mengeratkan pelukannya pada kandang slime pelangi yang diberikan Chasire.

"Ayah!"

Entah mengapa ia merasa kedua pipinya memerah jadi Ashiel memutuskan untuk menghampiri Xavier kemudian bersembuyi di belakangnya.

Lain dengan keempat orang itu yang memberi tatapan gemas pada Ashiel, Xavier menatap khawatir putra keduanya. "Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?"

Ashiel menggeleng pelan sebagai jawaban. Hanya saja saat mengingat gerombolan monster itu muncul dan menyerang, tubuhnya mulai gemetar ketakutan. Xavier yang menyadari itu segera membuat dirinya sejajar dengan Ashiel lalu memeluknya dengan erat.

Sebelah tangan Xavier mengelus kepala putra keduanya. "Jangan khawatir, kau aman sekarang."

Ashiel mengangguk dalam pelukan Xavier. Seolah kata-kata Xavier mengandung sihir, Ashiel merasa tenang setelah mendengar kata-kata itu.

~•~•~•~

Semangat puasanya berstie!

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang