Vote dulu, baru baca✌
###
Satu bulan sudah Ashiel tinggal di mansion Ailos. Selama itu pula, kehangatan di mansion Ailos semakin dirasakan oleh para pelayan maupun kesatria. Melihat tampang manis tuan muda kedua yang sama persis dengan Marciones, tidak jarang pelayang membuat taruhan untuk bergiliran menemui Ashiel dengan berbagai alasan.
Ashiel belum pernah keluar mansion selama satu bulan ini. Karena itu, Ashiel berulang kali tidak sadarkan diri karena lonjakan mana yang ia alami. Xavier yang merasa marah memusnahkan seluruh tempat pelelangan budak yang ada diwilayahnya dibantu Xera.
Bekas luka memar yang parah ditubuh Ashiel juga perlahan menghilang berkat ramuan dan sihir Xera.
Ashiel kini menikmati hidupnya sebagai adik protagonis pria dengan damai walaupun sesekali ia tidak sadarkan diri.
"Ayah, aku ingin pergi keluar."
Xavier yang tengah sibuk dengan dokumennya tiba-tiba menghentikan kegiatannya. "Bagaimana kondisimu? Aku akan memberi izin jika kau-"
"Aku baik-baik saja! Lagipula akan ada kesatria yang mengawalku kan?" Ashiel menyela perkataan ayahnya.
Bagaimanapun juga, ia harus segera mendapatkan inti monster agar ia tidak kesakitan. Tidak mengasyikan jika ia harus menikmati hidupnya sebagai tuan muda penyakitan.
Xavier merasa ragu dengan ucapan putra bungsunya. Ashiel mengalami lonjakan mana dan belum ditemukan cara mengatasinya. Tapi Xavier juga tidak tega menolak permintaannya. Menghela napas, Xavier akhirnya memberi izin untuk Ashiel.
"Sean akan ikut denganmu. Jangan menolak atau kau tidak perlu keluar."
Ashiel berdecak sebal karena Sean harus ikut. Ia tidak ingin menjawab berbagai pertanyaan Sean saat ia mencari inti monster.
"Bukankah kakak harus berlatih?"
"Kakakmu bisa melewatkan latihan tanpa kehilangan kemampuannya." Xavier tersenyum tipis melihat ekspresi Ashiel.
'Itu karena dia pemeran utama! Hah...' Ashiel menghela napasnya pelan. Ia mengangguk pasrah menuruti perkataan ayahnya.
"Halo tuan muda kedua! Aku Jesse, kesatria tuan muda pertama." Sapaan riang itu keluar dari mulut pria yang tidak asing bagi Ashiel.
"Aku juga kesatria tuan muda pertama, namaku Kayle. Senang bertemu denganmu." Sosok di sebelah Jesse juga menyapa Ashiel.
Ashiel mengerukan keningnya berusaha mengingat suara kedua orang itu.
"Oh! Itu kalian! Kalian yang menemukanku di penjara itu."
"Anda mengingatnya tuan muda? Terimakasih." Ashiel mengangguk cepat menjawab pertanyaan Jesse.
"Saya pikir itu sudah cukup lama, tapi anda masih mengingatnya." Kayle ikut bersuara. Kayle berpikir Ashiel akan melupakan pertemuan pertama mereka karena pada saat itu, Ashiel sekarat.
"Kakak, mengapa kau hanya diam?"
"Aku penasaran. Mengapa saat itu kau meminta kami untuk menghancurkan dinding yang dipenuhi mayat?" Sean sebenarnya tidak ingin membuat adiknya mengingat kembali tempat mengerikan itu namun ia merasa penasaran.
Tatapan Ashiel berubah mendung, walaupun para budak disana bukan keluarganya, mereka tinggal bersama dalam waktu yang lama.
"Tidak apa, tidak perlu mengatakannya jika kau tidak ingin." Sean mengelus rambut adiknya yang berwarna serupa dengan miliknya.
Ashiel menggeleng pelan, momen itu sudah lama. Sebelum ia mendapatkan ingatan kehidupannya yang sebelumnya.
"Paman pemilik pelelangan selalu memilih anak-anak yang sehat untuk ditemlatkan dipenjara. Sisanya, ditempatkan dibalik dinding itu. Aku juga hampir menempati tempat itu, tapi tidak jadi karena tempat itu sudah penuh."
Sean tetap mengelus kepala Ashiel, ia menahan marah mengetahui adiknya diperlakukan seperti itu."Aku pernah mendengar paman itu meminta untuk memindahkan semua orang yang ada didalam penjara karena ia harus pindah. Hanya aku yang ditinggalkan."
"Ah, tidak! Aku ditinggalkan bersama anak-anak dibalik–" Kata-kata Ashiel teredam dalam pelukan Sean. Sungguh, ia merasa bersyukur karena Kayle dan Jesse menemukan adiknya walaupun dalam keadaan sekarat. Seharusnya ia meminta ayahnya dan Xera untuk tidak membunuh mereka semua melainkan menyiksanya sampai mereka mati.
"Orang gila! Mereka meninggalkan anak-anak dibalik dinding itu hingga mati dan membusuk disana." Kayle menggeram marah. Ia turut bersedih karena nasib tuan muda keduanya begitu malang.
Ashiel merasa menyesal karena menceritakan masalalunya. Ia bosan dengan momen menyedihkan ini. Ia melepaskan pelukan Sean. "Kapan kita akan keluar? Hari akan semakin siang."
Sean terkekeh melihat ekspresi Ashiel. "Kau benar, mari pergi."
Kedua saudara itu berjalan berdampingan diikuti Jesse dan Kayle.
~•~•~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Protagonis Pria [END]
Fantasy#Story Transmigrasi Saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya dalam tubuh anak kecil yang dikurung disebuah sel sempit. Sampai suatu hari, beberapa kesatria datang dan membawanya keluar dari tempat itu. ### ❗️UDAH END, TAPI JANGAN LUPA APRESIASI...