34

29.6K 4.4K 113
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Aku double yaa! Soalnya besok gatau up, gatau ngga.

See you!

###

Xavier melangkahkan kakinya menuruni tangga menuju ketempat dimana Baron Corbin berada.

Salah satu kesatrianya menangkap jelmaan babi itu terlebih dahulu daripada putrinya.

"Buka." Titahnya pada kesatria yang menjaga pintu.

Xavier dapat melihat dengan jelas penampilan pria dihadapannya. Tubuhnya dipenuhi luka cambuk, wajahnya bengkak karena lebam, gigi depannya juga hilang beberapa.

Semua yang ia lihat hanyalah luka yang diberikan kesatria penjaga atas perintahnya. Xavier sama sekali belum memberi hukuman apapun.

Menatap sepatu dihadapannya, Baron Corbin mendongak melihat orang yang membawanya kemari. Matanya yang sipit karena pukulan kesatria tampak membola saat menyadari bahwa Xavier tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

"A-ampuni aku. Aku mohon, ampuni aku!"

Baron Corbin bersujud dan membenturkan kepalanya ke tanah. Ia tidak peduli dengan luka yang ia dapatkan. Yang terpenting, ia harus mendapatkan maaf dari Xavier. Ia harus bebas dari sini!

Xavier tidak menjawab. Ia menginjak kepala bangsawan tingkat rendah itu.

"Kau!" Ucap Xavier dengan nada yang penuh dengan kemarahan. "Kau lah yang berada di balik penculikan putra keduaku!"

Baron Corbin hanya bisa diam, matanya terpejam dan wajahnya tampak memelas ketika Marquis memegang kerah bajunya dengan erat. Namun, Xavier tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun.

"Dengar baik-baik, aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini hidup-hidup!" Ucap Xavier sambil menatap mata Baron dengan tajam. "Kau telah menculik putra keduaku dan membawa penderitaan kepada keluargaku. Kau bahkan membiarkan putrimu melakukan penyerangan pada Ashiel. Kurang ajar!" Xavier melepaskan tangannya dari kerah Baron Corbin kemudian kembali menginjak kepalanya. Ia memberi tekanan pada kakinya hingga Baron Corbin meringis kesakitan.

Ini semua belum cukup. Tidak, tepatnya tidak akan pernah cukup.

Baron Corbin dan putrinya sudah membuat Ashiel menderita. Putra keduanya harus hidup sebagai budak selama ini.

"Ma-marquis, a-aku terpaksa melakukan ini. Kumohon lepaskan aku." Ucap Baron Corbin dengan susah payah. Ia harus mencari cara agar hukuman yang ia dapatkan menjadi lebih ringan.

"DIAM! Aku tidak akan mendengarkan ucapanmu. Siapkan dirimu untuk menjalani hukuman."

"Marquis! Kumohon, aku terpaksa melakukan semua ini karena Agatha- tidak, putri angkatku. Dia mengancamku." Baron Corbin berucap dengan cepat. Hanya Agatha yang terlintas dipikirannya. Ia tidak peduli lagi dengan putri angkatnya. Ia harus bebas dari penjara ini bagaimanapun caranya.

Mendengar nama Agatha disebut, amarah Xavier kembali meledak-ledak. Ia mengambil napas dalam-dalam mencoba menekan emosinya.

Duak!

Ugh!

Xavier menendang kepala itu sekuat tenaganya. Beruntung, ia tidak melepaskan auranya hingga kepala Baron itu tidak hancur atau terpisah dari kepalanya.

Uhuk, uhuk.

Baron Corbin meraup oksigen dengan rakus. Tubuhnya sudah terasa remuk karena dicambuk entah berapa puluh kali. Sekarang, ia kesulitan bernapas karena wajahnya yang ditendang Xavier.

"Jangan biarkan dia mati, beri ramuan penyembuh jika perlu. Setelah itu, siksa dia kembali. Lakukan itu berulang kali sampai aku menyuruhmu berhenti." Ucap Xavier pada kesatria yang menjaga pintu. Ia hendak berjalan meninggalkan tempat itu namun tindakannya terhenti.

"Putri angkatku bahkan membeli ramuan dengan sihir hitam agar Marciones menjadi gila." Baron Corbin berucap dengan suara pelan namun Xavier masih bisa mendengarkan. Ia berharap dengan ini Xavier mengurangi hukumannya.

Marquis Ailos itu seketika mematung. Ia baru saja mendengar fakta lain yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.

"Katakan." Xavier membalik tubuhnya dan kembali menatap Baron Corbin. "KATAKAN DENGAN JELAS!" Teriak Xavier. Napas pria beranak dua itu kembali memburu. Xavier benar-benar tidak bisa menahan amarahnya.

Baron Corbin terdiam dengan tubuh yang bergetar. Ia ketakutan.
Ia menyadari bahwa ucapannya lah yang membuat Xavier seperti ini. Seharusnya ia tidak mengatakan itu.

Xavier mengabaikan keterdiaman Baron Corbin. Fakta baru yang ia dengar benar-benar membuatnya merasa gagal sebagai seorang suami dan juga ayah. Xavier hanya berpikir bahwa Lavina yang sangat menyayangi putranya merasa kehilangan, ia tidak berpikir bahwa itu disebabkan oleh ramuan dengan campuran sihir hitam.

Tidak hanya kehilangan Ashiel, ia juga kehilangan kewarasan Lavina. Sean yang saat itu masih kecil juga kehilangan sosok ibunya yang lemah lembut.

Xavier mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan. Ashiel sudah ditemukan. Dan dalang dari semua ini sudah ada dihadapanya. Xavier hanya- ingatannya kembali memutar saat-saat dimana Lavina berteriak seperti orang gila, saat Sean kecil yang ceria berubah menjadi anak pendiam dan tidak banyak bicara.

Saat-saat itu.

Saat keluarganya hancur.

"Mengapa? Mengapa kau melakukan hal sekeji ini, hanya karena kau ingin putrimu menjadi selirku?" Tanya Xavier dengan suara bergetar. "Apa kau tidak punya otak!?"

Pria bertubuh gempal itu hanya diam, tampaknya tidak mau memberikan jawaban apa pun.
Xavier merasa tidak bisa lagi berbicara dengannya dan meninggalkan ruangan dengan gerakan yang cepat.

Dia merasa sangat terkejut dan sedih saat mengetahui bahwa ada orang yang begitu kejam sehingga sanggup melakukan hal semacam itu pada keluarganya sendiri. Dia bertekad untuk mencari tahu siapa lagi yang terlibat dalam rencana jahat ini dan memastikan bahwa mereka semua mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Dia tidak akan membiarkan orang-orang seperti itu merusak hidupnya dan keluarganya lagi.

~•~•~•~

Sudah kudugong ch ini juga kerasa pendek:(
Padahal sy mikir amat sangat lama😇😩

Btw,

Btw,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang