35

29.4K 4.3K 89
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###
Kebanjiran pujian di ch sebelumnya bikin ngefly, mabok,kleyengan. Ugh!

Makasiiii!
###

Ashiel dibawa Chasire teleportasi ke mansion Grey. Pantas saja tempat ini lebih mewah daripada mansionnya. Tangan kecil dan pendek itu masih memegang sebuah buku yang membuatnya terdiam sesaat. Chasire yang menyadari itu mengerutkan keningnya.

"Ada apa? Kau kebingungan dengan buku kuno? Yah, itu wajar. Kau bilang kau belum diajari membaca bukan?"

"Buku kuno?" Beo Ashiel sambil membolak-balik halaman buku yang ia pegang.

Chasire mengangguk menyiyakan. Ia meraih buku ditangan Ashiel kemudian melihat rangkaian huruf dibuku tersebut.

"Aku dengar dari guruku, buku kuno adalah buku yang ditemukan ratusan tahun yang lalu. Aku tidak tahu apa isinya karena aku tidak bisa membacanya. Guruku juga mengatakan, orang yang dapat membaca buku ini disebut orang terpilih." Jelas Chasire lalu menutup buku itu.

'Buku kuno ini menggunakan huruf alfabet. Dan aku bisa membacanya.' Ashiel menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan memberitahu Chasire.

"Para saintess dikatakan bisa mengeja huruf-huruf ini karena diberi berkah oleh dewa." Lanjut Chasire. Ia menatap ekspresi Ashiel yang berubah-ubah. Entah karena tidak mengerti apa yang ia katakan, atau tengah memikirkan hal lain. Yang jelas, ekspresi Ashiel membuatnya terkekeh pelan.

Ashiel melihat kembali buku yang ia pegang.

Tidak ada yang aneh dengan buku itu. Sekilas, buku itu hanya menjelaskan tentang sejarah dunia ini dengan huruf alfabet.

"Nah, sekarang. Kemarilah, aku akan mengajarimu membaca." Chasire menggendong Ashiel tanpa izin lalu membawanya menuju kursi yang tidak jauh dari mereka. Setelah membuat Ashiel duduk, Chasire berjanak lalu kembali dengan beberapa buku ditangannya.

"Aku sudah bilang, ayah akan memberiku guru. Mengapa kau membawaku kemari dan mengajariku membaca?" Tanya Ashie heran. Lagipula ia sudah belajar membaca dengan kakaknya. Ia hanya penasaran dengan motif teman kakaknya. Belum lagi, Chasire mengatakan bahwa ia akan membawanya keluar. Tapi mereka malah berada diperpustakaan.

Chasire menghela napasnya. Ashiel tampaknya tidak begitu mempercayainya yang memiliki niat baik. "Apa salahnya jika aku mengajarimu? Aku harus bersikap baik pada dermawanku bukan?"

Sebenarnya Chasire ingin pamer pada Sean, ia penasaran bagaimana reaksi temannya saat mengetahui bahwa ia mengajari adiknya membaca. Chasire tidak tahu saja bahwa Sean sudah melihat tulisan Ashiel yang bengkok-bengkok. Ia juga mengawetkan kertas berisi tulisan itu dengan sihir dan menyimpannya ditempat yang aman.

"Kau bilang kau akan membawaku keluar. Mengapa kita disini? Ini bukan luar! Ini didalam mansion!" Ashiel merengut kesal. Padahal ia tidak masalah jika Chasire mengajarinya membaca. Hanya saja, nalurinya sebagai anak kembali muncul mengingat fakta bahwa Chasire membohonginya.

Chasire tampak gelagapan. Ashiel tidak marah karena ia bohongi kan?

"Hei, kita benar-benar keluar dari mansion ailos. Aku tidak salah."

"Tapi ini masih didalam mansion! Aku ingin keluar!" Ashiel melipat kedua tangan pendeknya didepan dada. Ia juga memunggungi Chasire dan mengabaikannya.

Chasire kebingungan. Ia tidak punya pengalaman mengasuh anak. Yang sering ia dengar, memiliki seorang adik itu menyenangkan.

Ashiel tertawa dalam hati, teman kakaknya sangat payah dalam mengasuh anak.

"Ka-kau merajuk? Hei, aku tidak tahu cara menghiburmu. Kita akan keluar sekarang. Yah, kita keluar, ayo." Ajak Chasire.

Ashiel menghentikan acara merajuknya, ia hanya menatap Chasire dengan bibir yang sedikit dimajukan. Chasire menghela napas lega, sebenarnya ingin sekali mencubit pipi adik temannya itu. Hanya saja ia harus menahan keinginan agar Ashiel tidak semakin marah.

Ashiel mengulurkan tangan kanannya pasa Chasire yang dibalas kerutan heran.

"Ayo! Kau bilang kita akan keluar."

Seolah mengerti, Chasire meraih uluran tangan pendek itu. Mereka kemudian menghilang dari perpustakaan setelah Chasire merapalkan mantra teleportasi.

Disisi lain, Sean menahan marah karena adiknya dibawa pergi begitu saja oleh Chasire. Mahluk itu bahkan tidak meminta izin atau mengatakan apapun. Untungnya salah satu pelayan melihat mereka menghilang karena teleportasi. Jika tidak, Sean pasti sudah membalikkan mansion untuk mencari adiknya.

###

Zeano memantau Ashiel secara langsung. Ia melihat Ashiel dan satu-satunya penerus Duke Grey tengah bercengkrama. Mereka kemudian berpindah tempat ke kamar Ashiel.

Zeano melihat saat Ashiel berjongkok lalu tangan pendeknya meraih sebuah kotak yang benar-benar ia kenali.

Zeano hanya pernah mendengar tentang kalung peninggalan leluhurnya tapi tidak dengan kotaknya. Zeano dapat melihat kotak itu memiliki ukiran rumit yang sama dengan sebuah lukisan yang ia simpan. Ayahnya mengatakan bahwa lukisan itu merupakan lambang dari keluarganya yang sudah runtuh.

Lukisan itu dibuat berdasarkan ingatan agar Zeano dapat mengenali lambang keluarganya.

"Ck! Aku lupa dia seorang anak. Mereka selalu menyimpan barang berharga mereka dibawa tempat tidur karena berpikir itu tempat yang aman." Zeano menggelengkan kepalanya, merutuki kebodohannya karena berpikir bahwa Ashiel mengetahui sesuatu.

Zeano tidak melihat saat Ashiel memasukkan kotak itu pada sakunya karena sibuk berpikir. Ia mengerjapkan matanya saat Ashiel dan Chasire menghilang dari kamar Ashiel.

Pria berusia dua puluh tahun itu menampakkan dirinya yang sedari tadi bersembunyi dibalik tirai kamar Ashiel. Kemampuannya dalam menyusup patut diacungi jempol karena penerus Duke Grey tidak menyadari kehadirannya.

Zeano berniat untuk memastikan bahwa benda yang dimiliki Ashiel adalah artefak yang selama ini ia cari. Setelah itu, ia akan membuat sumpah pada Ashiel karena sudah menemukan artefak itu.

Zeano memeriksa tempat dimana Ashiel menyimpan kotak itu. Keningnya berkerut heran karena tidak mendapati benda yang ia cari. Zeano malah menemukan sebuah pedang lusuh yang berkarat dibawah tempat tidur Ashiel.

"Anak itu juga memiliki selera yang buruk. Untuk apa ia menyimpan pedang jelek ini?" Zeano menaruh kembali pedang lusuh dan berkarat itu. Ia berpikir bahwa Ashiel mungkin membawa kotak itu bersamanya.

"Sepertinya dia membawa kotak artefak itu. Ck!" Zeano merapalkan mantra teleportasi kemudian menghilang dari kamar Ashiel.

~•~•~•~

Zeano : Pedang jelekk!

Ashiel : Ini sangat berharga! (melotot sambil memeluk pedang dengan erat)

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang