26

31.5K 4.5K 87
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

Mereka sudah berada didekat danau. Tepatnya dibawah pohon yang sesuai dengan deskripsi novel. Sekarang, Ashiel tengah memikirkan bagaimana caranya ia menggali tanah dan mendapatkan harta itu.

Memasukkan kue kedalam mulut, Ashiel menatap danau yang indah dan jernih itu sambil diapit Xavier dan Reinhart disisi kiri dan kanannya.
Karena permintaan Ashiel, mereka duduk langsung diatas rumput tanpa alas apapun. Apalagi Ashiel langsung menyadarkan tubuhnya pada pohon besar itu.

"Bagimana? Kau menyukainya?" Tanya Reinhart.

Ashiel mengangguk mengiyakan. Mulutnya masih mengunyah kue yang sepertinya sengaja dibungkus putra mahkota untuknya.

Xavier mencatat dalam benaknya bahwa putra keduanya menyukai makanan manis. Ia akan meminta Rein menyiapkan semuanya saat tiba di mansion nanti.

Tidak berselang lama, beberapa pelayan menghampiri Reinhart. Mereka membungkuk memberi salam padanya, Xavier dan juga Ashiel. Salah satu diantara mereka mengatakan sesuatu yang membuat Reinhart tampak kesal.

"Yang mulia, sudah waktunya berlatih sihir." Ucap pelayan itu.

Menghela napas, putra mahkota memberikan senyuman pada Ashiel. "Sepertinya aku harus pergi. Nikmati waktumu disini. Sampai jumpa lagi nanti." Ucapnya sambil mengusap rambut Ashiel. Ia bahkan tidak melirik Xavier dan langsung beranjak dari tempat itu.

"Mm! Sampai jumpa lagi nanti." Balas Ashiel diiringi senyuman. Beberapa pelayan yang melihat itu tampak menahan pekikan mereka karena gemas.

Xavier tersenyum senang karena kepergian Reinhart. Ia menatap putranya yang kini kembali melamun seolah memikirkan sesuatu.

"Ada apa? Kau ingin aku membuar danau didekat mansion?"

"Ya? Tidak, tidak! Tidak usah." Ashiel menggeleng cepat. Apa gunanya danau? Ia menyukai danau ini karena harta karunnya.

"Ayah, apa ayah ingat paman yang bertubuh besar tadi?" Tanya Ashiel. "Sebesar ini." Anak itu merentangkan tangannya selebar yang ia bisa.

Xavier mengerutkan keningnya berusaha mengingat orang yang disebutkan Ashiel. "Paman yang menyapaku sebelum rapat!"

Ah, Xavier ingat. Orang itu tidak seperti bangsawan melainkan seperti kembaran babi.

"Ada apa dengannya?"

"Mm, itu, paman itu terlihat terkejut saat melihatku. Tapi itu hanya sebentar. Apa mungkin aku salah lihat?" Ashiel mengetuk pelan dagunya dengan jari telunjuk. Awalnya ia berencana untuk menyelidiki Baron itu saat ia menjalin kerjasama dengan pemilik guild informasi. Hanya saja, setelah Ashiel memikirkan ulang, lebih baik ia ayahnya saja yang mengurus semuanya. Dengan begitu ia tidak perlu mengeluarkan tenaganya.

"Paman itu manyapa ayah setelah melihatku. Apa ayah tidak lihat?" Lanjutnya.

"Benarkah?" Xavier tidak memperhatikan itu. Ia sudah terlanjur tidak menyukai manusia itu setelah mendesaknya untuk menjadikan putrinya sebagai selir. Xavier sangat mencintai Lavina bahkan saat Lavina kehilangan kewarasannya pun, Xavier tetap merawatnya.

Putranya tidak mungkin berbohong. Jika benar Baron itu terkejut saat pertama kali melihat Ashiel, pasti ada sesuatu yang ia lewatkan.

Ia harus menyelidiki Baron itu!

Melihat Xavier yang termenung memikirkan perkataannya. Tangan kiri Ashiel bergerak kebelakang dan menggali tanah yang ada didekat pohon yang jadikan sebagai sandaran.

'Oh! Tanahnya tidak terlalu keras. Harta itu masih ada disini kan?' Gerakan tangan Ashiel semakin cepat menggali tanah itu. Ia merasa panik, takut akan harta yang akan menguntungkan dirinya itu menghilang.

Ashiel tidak menggali tanah itu begitu dalam karena sebuah kotak kayu berukuran kecil dapat ia rasakan.

'Apa mungkin tidak banyak orang yang datang kemari? I-ini terlalu mudah.' Dengan cepat ia memindahkan kotak itu ke tangan kanannya lalu memasukkannya kedalam saku celana.

"Ayah... Tanganku..." Ashiel memberikan cengiran lebar pada Xavier sambil menunjukkan tangan kirinya yang kotor.

Xavier membelalakkan matanya, ia meraih tangan kiri itu lalu memeriksanya. "Bagaimana ini bisa terjadi?"

Ashiel tidak menjawab, ia menunjuk lubang yang sudah ia gali tanpa menghapus cengiran diwajahnya.

"Tanah itu lembab, jadi aku menggalinya." Ucap Ashiel sambil menatap Xavier tanpa merasa bersalah. Lagipula ia memang tidak melakukan kesalahan bukan?

Xavier menghela napas melihat itu. Ia tidak bisa marah apalagi saat mata bulat itu menatapnya. Ia mengeluarkan sapu tangan disakunya kemudian meraih tangan kiri Ashiel yang kotor.

"Ayah, tunggu sebentar!" Ashiel menahan tangannya. Ia berlalri mendekati danau kemudian mencuci tangannya disana.

"Apa yang- hah." Xavier lagi-lagi menghela napas melihat tindakan Ashiel.

"Sudah bersih!" Ashiel menunjukkan tangan kirinya yang kini sudah terbebas dari tanah kotor. Ia juga tampak senang karena misinya hari ini sudah selesai.

"Kau seharusnya meminta bantuanku. Bagaimana jika kau tenggelam didanau itu?" Xavier menahan suaranya agar tidak membuat Ashiel takut. Ia khawatir dan terkejut saat anaknya berlari mendekati danau.

"Aku hanya mencuci tanganku ayah. Lagipula untuk apa aku menenggelamkan diri ke danau?" Tanya Ashiel dengan wajah polosnya.

"Sebaiknya kita pulang." Xavier menggendong putranya lalu meninggalkan danau itu dan kembali ke mansion Ailos.

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang