20

39.4K 4.6K 31
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

Note : Awalnya mau up besok, tapi gatel pengen up:v
Selamat membaca!

###

Suara pedang yang beradu terdengar ditelinga Ashiel saat ia mendekati lapangan dimana para kesatria berlatih. Tatapan Ashiel tertuju pada remaja dengan warna rambut yang sama sepertinya.

"Wahh! Kakak hebat." Ashiel menatap kagum kakaknya. Tokoh utama memang selalu sempurna. Buktinya, Sean yang masih remaja sudah sangat pandai menggunakan pedang.

"Tuan muda Sean dikenal sebagai jenius pedang termuda karena ia sudah mampu menggunakan aura saat ia berusia lima belas tahun." Luke menjelaskan tanpa diminta.

'Itu berarti dia menjadi pengguna aura sejak satu tahun yang lalu? Waw, luar biasa.' Batin Ashiel berseru senang.

Ashiel terus memperhatikan Sean dan juga kesatria lain yang tengah berlatih secara bergantian. Bibirnya sesekali bergumam kagum namun masih terdengar oleh Luke.

Ashiel tidak sadar bahwa sedari tadi ekspresinya dilihat banyak orang. Mereka menahan gemas saat ekspresi Ashiel berubah-ubah.

Sean berlatih dengan giat sembari memantau para kesatria. Ia memperagakan teknik pedang yang diajarkan ayahnya beberapa bulan yang lalu. Sean mengayunkan, menusuk dan menebas angin dengan pedangnya. Setial tindakan yang ia lakukan, aura biru selalu terpancar dari pedang Sean.

Merasa dirinya diperhatikan, Sean menyadari bahwa beberapa kesatria tidak lagi berlatih dengan benar. Ia encari penyebab hal itu lalu matanya menangkap Ashiel melihat tatapan kesatria yang tertuju pada sosok kecil salinan ibunya.

'Dia bangun.'

Sean segera menghampiri Ashiel tanpa mempedulikan latihannya.

"Kakak!" Ashiel melambaikan tangannya pada Sean sambil tersenyum lebar.
Mau tidak mau, senyum itu menular pada Sean hingga membuat para kesatria menatap tidak percaya.

'Bagaimana bisa tuan muda pertama tersenyum seperti itu?'

Begitulah pemikiran para kesatria yang melihatnya.

Mereka terbiasa melihat tatapan dingin dan nada sinis dari Sean. Namun akhir-akhir ini setelah tuan muda kedua ditemukan, para kesatria sering mendengar dari pelayan bahwa tuan muda pertamanya menampilkan wajah tersenyum manis.

"Kau bangun, bagaimana kondisimu? Mengapa kau kemari?" Tanya Sean dengan terburu-buru. Ia menaruh punggung tangannya dikening Ashiel kemudian bernapas lega karena tidak merasakan panas yang menyengat. Suhu tubuh adiknya tampak normal.

Ashiel mengeluarkan bandul bulat yang tertutup pakaiannya. "Aku memakai ini! Ayah bilang aku akan baik-baik saja sekarang." ucapnya diiringi senyuman.

"Ah, begitu. Syukurlah." Sean mengulurkan kedua tangannya untuk menggendong Ashiel yang disambut semangat oleh adiknya. Ia kemudian memberi isyarat pada Luke untuk meninggalkan mereka.

Pada awalnya Ashiel sangat canggung saat digendong orang lain namun saat ini ia menikmatinya. Toh, ia juga malas berjalan. Belum lagi kakaknya memiliki otot yang kuat.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sean sambil membawa adiknya meninggalkan tempat berlatih.

"Luke membawaku berkeliling lalu aku ingin melihat kakak! Luke mengatakan bahwa kakak sudah menggunakan aura setahun yang lalu, itu hebat!" Ucap Ashiel dengan semangat. Sean terkekeh pelan mendengar pujian adiknya. Ia mengusap pelan rambut adiknya lalu membawa Ashiel menuju kamarnya.

"Siapkan cemilan untuk Ashiel." Perintah Sean pada pelayan. Ia membiarkan Ashiel duduk ditempat tidurnya. Kemudian meminta Dion menjaga adiknya.

Sama seperti Ashiel yang memiliki pelayan pribadi, Sean juga memilikinya. Ia bernama Dion, pemuda yang seumuran dengan Sean yang direkomendasikan oleh Luke.

"Salam tuan muda kedua, saya Dion, pelayan pribadi tuan muda Sean. Maaf karena saya baru menyapa anda." Dion berkata sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Aku baru melihatmu?" Ashiel memperhatikan sosok dihadapannya. Jika ia tidak salah, nama Dion memang pernah disinggung sebagai pelayan Sean namun tidak begitu sering disebutkan karena Sean lebih suka melakukan banyak hal sendirian. Yah, terkadang bersama Jesse dan Kayle.

"Saya baru saja tiba setelah mengurus beberapa hal." Jawab Dion.

'Hmm. Dia agak kaku. Tidak seperti Luke.'

Seorang pelayan tiba dengan beragam cemilan ditangannya. Dibantu Dion, cemilan kini tertata rapih dihadapannya.

Ashiel turun dari tempat tidur kemudian meraih beberapa kue kering lalu mengunyahnya hingga habis.

Dion memperhatikannya dalam diam. Ini pertama kalinya ia melihat mahluk kecil dengan tingkahnya yang lucu. Mendengar dari Luke, Ashiel merupakan tuan muda kedua yang ditemukan ditempat perbudakan.

Dion memasang senyum tipis diwajahnya melihat Ashiel yang begitu lahap memakan kue.

"Silahkan diminum tuan muda." Dion menyodorkan gelas berisi susu pada Ashiel yang langsung diterima oleh anak itu. "Terimakasih!" Ucapnya lalu meneguk susu itu hingga habis.

Dion memberikan anggukkan ringan.

Sean keluar dari ruang ganti dengan pakaian yang lain. Ia menghampiri adiknya yang masih asik memakan kue. Sean lagi-lagi tersenyum melihat tingkah adiknya. Sejak ia mengetahui Ashiel adalah adiknya, ia lebih sering tersenyum sekarang.

"Kau begitu menikmatinya." Sean duduk disamping Ashiel.

Ashiel mengangguk dengan kue yang memenuhi mulutnya.

"Kakak, bisakah aku belajar membaca dan menulis? Ada banyak buku diperpustakaan dan aku ingin membacanya." Tanya Ashiel setelah kue dimulutnya tertelan.

Sean tidak langsung menjawab, raut wajahnya terlihat tengah berpikir namun itu tidak lama. "Aku bisa mengajarimu tapi aku akan memberitahu ayah agar kau bisa mendapat guru yang baik. Bagaimana?" 

"Mm. Baiklah."

"Haruskan kita mulai belajar sekarang?" Tanya Sean yang dijawab anggukan semangat oleh adiknya.

"Baiklah, mari kita ke perpustakaan sekarang." Sean kembali menggendong adiknya lalu berjalan menuju perpustakaan milik Ailos.

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang