8

52.4K 6.3K 74
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

Note :

Tau tempat buat lubang anting? Nah disitu tanda segelnya ya. Di ch sebelumnya Lula bilang kalo segelnya ditelinga doang. Sekarang di perjelas, tepatnya di tempat buat lubang anting.

###

Xera duduk bersila disamping Ashiel, bibirnya bergerak merapalkan mantra. Cahaya biru perlahan menyelimuti tangan Xera. Ia menggerakkan jarinya mengarahkan cahaya itu pada telinga Ashiel. Sebuah lingkaran kecil bermotif rumit kini terlihat diantara dua titik yang ada ditelinga Ashiel.

Saat sihir Xera meresap kedalam daun telinga Ashiel, lingkaran sihir itu tampak retak. Lalu tidak lama kemudian lingkaran sihir yang menyegel mana Ashiel menghilang tanpa jejak.

Tidak berhenti sampai disitu, rambut Ashiel yang sebelumnya berwarna biru terang kini berubah warna menjadi lebih gelap. Mata hijaunya juga berganti menjadi violet. Bentuk wajah Ashiel juga ikut berubah. Wajahnya, terlihat sama persis dengan Lavina.

"A-anakku, anak keduaku!" Lavina menutup mulutnya dengan tangan kemudian segera menarik Ashiel kedalam pelukannya. Seperti sihir yang menyegel mana Ashiel menghilang, akal sehat Lavina juga kembali.

"Aku anakku! Putraku!" Suara Lavina bergetar seiring dengan turunnya cairan bening dikedua pipi Marciones itu. Ia terus memeluk Ashiel tanpa niat melepaskan.

Xavier mematung melihat pemandangan dihadapannya. Putranya yang ia cari selama ini, kini berada dihadapannya, dipelukan istrinya. Rasa bersalah perlahan menguasai hatinya, mengingat bahwa sebelumnya ia sudah memberi tatapan tidak suka pasa Ashiel karena berada dalam pelukan Lavina.

Xavier berjalan mendekati Lavina yang masih memeluk Ashiel.

"Ashiel, putraku." Ucap Xavier dengan pelan.
Alih-alih segera memeluk Ashiel, Xavier menatap kembarannya.

"Xera... Ashiel- dia- putraku?" Perkataan Xavier bahkan terputus-putus.

Xera sendiri tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Keponakannya yang hilang selama tujuh tahun yang lalu, ternyata seorang budak yang mananya disegel?

'Apa Lavina memiliki firasat kuat sebagai seorang ibu? Lavina juga tampak normal saat ini.'

Xera mengangguk meyakinkan Xavier. Bagaimanapun, Ashiel memiliki paras yang benar-benar mirip sengan Lavina. Selain itu, warna rambut dan matanya sama persis dengan yang dimiliki Xavier dan Sean.

Xavier perlahan mendekati Lavina dan Ashiel. Ia tidak langsung memeluknya melainkan menatap mereka dalam beberapa saat.

Keduanya terlihat mirip, Ashiel layaknya versi laki-laki dari Lavina dengan rambut dan mata yang sama sepertinya.

'Dia putraku.'

Pantas saja selama ini ia tidak bisa menemukan putra keduanya. Mana milik Ashiel disegel, lalu ia diberi sihir penyamaran dan dibiarkan hidup sebagai budak.

Rahang Xavier seketika mengeras mengingat laporam fisik Ashiel yang diberikan Rien. Begitu banyak bekas luka ditubuh Ashiel. Kehidupan mengerikan macam apa yang putra keduanya rasakan diluar sana? Setelah ini, Xavier akan melenyapkan seluruh tempat perbudakan diwilayahnya.

Sama seperti Xavier, Sean menatap Ashiel yang kini dalam pelukan Lavina dengan tatapan tidak percaya. Lebih tepatnya Sean tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang.

Saat Xavier bergerak mendekati Lavina dan Ashiel, Sean juga mengikutinya. Tangannya bergerak memeluk ibu dan adik kandungnya. Sean juga merasakan tangan besar milik Xavier mengusap punggungnya.

"Adik." Ucap Sean dengan pelan. Matanya memanas, Sean tidak berniat menghalau air mata yang keluar dari matanya. Ia merasa senang karena keluarganya kini kembali lengkap. Orang yang akan ia adopsi menjadi adik angkatnya tidak lain adalah adik kandungnya sendiri. Sean beryukur karena saat itu ia memilih membawa Ashiel ke mansion. Sean akan melindungi Ashiel sekarang. Ia tidak ingin peristiwa di masalalu kembali terulang.

Melihat momen haru terjadi didepan matanya, Xera mengusap air matanya dengan jari telunjuk. Ia ikut merasa bahagia saat keluarga kembaran dan iparnya juga bahagia. Sudah lama ia tidak melihat senyum dari bibir mereka. Belum lagi, Xera ternyata memiliki keponakan yang imut!

"Putraku menjadi seorang budak, betapa malangnya." Lavina terisak, memikirkan nasib buruk yang menimpa Ashiel, Ia tidak bisa menahan tangis.

"Aku baik-baik saja." Ashiel membalas perkataan Lavina. Sungguh, ia baik-baik saja sekarang. Keluarganya sudah mengetahui bahwa ia juga bagian dari Ailos. Tugas Ashiel saat ini hanyalah menikmati hidup sebagai tuan muda kedua lalu menonton alur novel dimana kakaknya mengejar seorang saint.

Yah, seharusnya begitu. Hanya saja-

Uhuk!

Ashiel memuntahkan seteguk darah segar. Wajahnya kini sepucat kapas, napasnya juga mulai terengah membuat Semua orang diruangan menjadi panik.

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang