29

15.3K 858 247
                                    

Dengan tergesa Syarla turun dari mobil Om Diman. Dia berjalan cepat menyusuri lorong2 rumah sakit. Syarla benar2 ingin segera bertemu dengan Nabila. Dia cemas. Untung tadi Mami sempat memberitahunya dimana  letak kamar Nabila. Jadi Syarla tak perlu membuang waktu untuk bertanya pada resepsionis.

"Pelan2, Syar." Ucap Diman namun Syarla tidak menanggapinya. Syarla malah berlari, meninggalkan Diman

Begitu sampai di lorong ruang rawat Nabila, dia melihat Papi yang juga melihat ke arahnya. Dilihatnya tatapan Papi yang masih belum Syarla kenali. Tatapan yang membuat Syarla mengurungkan niatnya untuk mendekat pada Papi. Entah mengapa mendadak Syarla merasa tidak diinginkan. Namun sudahlah, sekarang bukan waktunya memikirkan itu. Yang perlu Syarla lakukan sekarang adalah, segera masuk ke dalam ruangan itu, dan bertemu dengan Nabila. Maka ia memutuskan untuk tidak menyapa siapapun. Tidak Om Nyel, tidak juga Papi. Sementara Om Diman? Ah, entahlah Syarla tidak tau dimana keberadaan orang yang kemungkinan adalah ayah kandungnya itu.

"Mami.." panggil Syarla begitu ia masuk ke dalam ruang rawat Nabila

Dilihatnya Mami tengah berbaring sambil memeluk Nabila yang tertidur. Mami terlihat lelah, juga gelisah. Tentu saja Mami tidak tenang, adiknya tengah sakit. Dan masalah Mami dengan Papi juga belum menemukan titik terang. Sungguh, Syarla merasa kasihan pada Mami. Tapi Syarla juga tidak bisa berbuat banyak untuk Mami, karena secara tidak langsung Papi telah menolaknya. Menolak kehadiran Syarla.

"Nabila gapapa, sayang. Cuma demam." Ucap Mami sambil berusaha tersenyum

"Mi, Nabila sakit karena ga bisa jauh dari Mami. Mami pulang aja, yaa. Syarla bisa sendiri." Balas Syarla

"Syar, kamu ga boleh ngomong kayak gitu. Mami ga suka. Kita akan tinggal bersama, bertiga. Mami, Syarla dan Nabila." Sahut Mami

Syarla terdiam. Jawaban Mami sungguh diluar ekspetasinya. Padahal sudah jelas bahwa seorang Ibu pasti akan bertanggung jawab atas anak2nya. Tapi memdengar Mami mengucapkan kalimat itu secara langsung, membuat Syarla semakin ingin bertanya. Lalu bagaimana dengan Papi? Syarla jelas tau persis jika Papinya itu tidak bisa jauh dari Mami, barang sebentar. Hemmhhh.. semua permasalahan ini bersumber dari Syarla. Jadi sudah seharusnya Syarla yang pergi. Karena bagaimana pun, Syarla tidak bisa melihat Papi bersedih.

"Syarla,, sini sama tante." Ucap Novia yang berusaha membawa Syarla dalam dekapannya

°°

Diluar ruang rawat inap Nabila.

Terlihat tiga orang laki2 yang tengah berdiri berhadapan. Mereka adalah Neyl, Rony dan Diman. Disana ada Rony yang sedang berusaha menahan diri untuk tidak memukul Diman. Ada Neyl yang berjaga-jaga dan Diman yang penuh tanya. Pasalnya Diman benar2 tidak tau apa2. Percakapannya dengan Syarla juga belum selesai.

"Kenapa lu bisa sama Syarla?" Tanya Rony dengan nada penuh penekanan

"Bisa. Kenapa enggak?" Balas Diman, membuat Rony semakin marah

"Jawab yang bener, Dim. Kenapa lu bisa sama Syarla!!" Teriak Rony

"Ron, lu tenang. Ini rumah sakit." Sahut Neyl menenangkan Rony yang seperti sudah siap menyerbu Diman kapan saja

"Alasan kenapa gua bisa sama Syarla, itu ga penting. Yang paling penting sekarang adalah, lu jawab pertanyaan gua. Kenapa Salma sama Syarla bisa pergi dari rumah??" Balas Diman yang juga mulai terpancing emosi

"Bisa gak, kita duduk aja. Menyelesaikan maslaah ga perlu pakek otot." Ucap Neyl sambil menuntun kedua sahabatnya itu untuk duduk

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang