13

14.7K 740 54
                                    

Di mobil.

"Mami sama Papi lagi berantem ya, Kak?" Tanya Nabila yang membuat Syarla langsung terfokus pada adiknya itu.

Waitt,, Nabila tau? Bukannya semalam dia sudah tidur?

"Kenapa tiba2 tanyak, gitu?" Balas Syarla

"Semalem aku kebangun dan denger Mami Nangis. Pagi tadi juga aku lihat Papi keluar dari kamar tamu." Jawab Nabila dengan suara yang tiba2 berubah sendu

"Sini peluk." Ucap Syarla sambil memeluk adiknya

"Semakin lama perharu berlayar, pasti akan semakin banyak juga badai yang harus dihadapi. Dan setiap badai, pasti bisa dilalui.. meski dengan banyak perjuangan. Begitu juga dengan Mami dan Papi, Kakak yakin mereka ga akan menyerah untuk mencari jalan keluar dari masalah yang lagi mereka hadapin." Imbuh Syarla berusaha menenangkan adiknya itu

Nabila mengerti. Dia juga sangat memahami tentang apa yang sedang terjadi kepada kedua orang tuanya. Mendengar kata2 kakaknya, membuat Nabila semakin mengeratkan pelukannya.

"Tugas kita cuma berdoa, semoga masalah Papi dan Mami segera selesai." Ucap Syarla lagi

"Iya, Kak." Balas Nabila mengangguk

"Tuh, udah sampek sekolah. Kamu ga perlu takut atau mikir macem2, oke. Percaya sama Kakak, semuanya akan kembali baik2 aja. Hari ini, kamu cuma harus fokus belajar di sekolah." Sahut Syarla sambil memberikan senyuman kepada adiknya

Meski pada kenyataannya Syarla juga merasa takut. Banyak hal terlintas di dalam pikirannya. Tentang suara tangis Mami, bahkan tentang perpisahan. Syarla bahkan ingin berlari pergi begitu mendengar bentakkan Papi pada Mami, semalam. Pasalnya semalam adalah pertama kalinya Syarla merasa sangat tidak mengenali Papinya.

°°

Terlihat Nabila baru saja turun dari mobil Alphard putih yang mengantarnya. Dia berjalan menunduk, berusaha menyembunyikan mendung diwajahnya. Bahkan saking fokusnya Nabila memperhatikan lantai sekolah, ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya.

Dengan ide jahilnya, seseorang itu dengan sengaja menghadang langkah Nabila, membuat kepala Nabila menabrak dadanya. Merasa menabrak sesuatu, Nabila mengangkat kepala dan melihat Paul berdiri di depannya dengan sebuah senyuman yang.. lucu??

Oh, come on Nabila!! Disaat seperti ini kamu masih bisa memikirkan sebuah senyuman yang lucu!?

"Kenapa sih, mendung banget wajahnya? Lihat deh, matahari nya lagi cerah tuh." Ucap Paul sambil menuntuk arah matahari yang memang sedang cerah-cerahnya

Tanpa sadar Nabila mengikuti arah telunjuk Paul, melihat sinar matahari pagi itu. Membuatnya sedikit menyipitkan mata karena silau. Hingga sebuah telapak tangan besar, merentang di depan mata Nabila. Menghalau sinar matahari, membuat pandangan Nabila kembali normal.

Jika kalian bertanya siapa pemilik tangan itu, Nabila tidak akan mau menjawabnya. Karena sudah pasti tangan besar itu milik bocah tengil di depannya ini.

"Biar ga silau, hehe.." Ucap Paul sambil memperlihatkan giginya yang berbehel, membuat Nabila mendengus kesal

"Kenapa si,, diem terus dari tadi? Ngomong dong." Sahut Paul lagi, karena Nabila benar2 tidak mengeluarkan sepatah kata pun

Nabila masih diam.

"Oke, aku anter ke kelas aja, yaa.. yuk." Ucap Paul bersemangat

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang