44

14.3K 926 54
                                    

Kampus Harapan Bangsa

Acara di sekolah Nabila memang belum selesai, tapi Syarla dan Jovan memutuskan untuk kembali ke kampus, karena Syarla masih ada jam kuliah. Setelah mengantar Syarla sampai depan kelasnya, Jovan pun berpamitan. Hari ini ia memiliki janji untuk bertemu dengan managernya, guna membahas projectnya yang terbaru.

"Aku ga perlu di anter sampai ke kelas kayak gini, Kak." Ucap Syarla menatap Jovan

"Tapi aku mau." Balas Jovan

Syarla tersenyum.

"Syar, kamu ga perlu khawatir tentang Papi kamu. Sama kayak yang tadi kamu bilang ke Paul. Aku juga ga akan nyerah. Kamu bisa kan, percaya sama aku?" Ucap Jovan sambil tangannya meraih tangan Syarla untuk di genggam.

"Kak, ga perlu buru2. Aku juga ga mengkhawatirkan apapun. Toh, kita juga bukan apa2 kan, Kak." Balas Syarla

"Tunggu, maksud kamu apa? Syarla.. aku udah pernah bilang kalau.." ucapan Jovan harus terhenti karena Syarla dengan sengaja memotongnya

"Kak Jovan pulangnya hati2. Aku harus masuk ke kelas." Sahut Syarla kemudian dengan cepat berlalu dari hadapan Jovan

Sikap dan perkataan Syarla membuat Jovan mendadak pusing. Kini ia tengah dirundung bingung. Apa maksud gadis itu, dengan mengatakan bahwa mereka 'bukan apa2'?? Apa ucapan Jovan tempo hari belum juga membuat Syarla mengerti? Apa perlakuan Jovan selama ini belum menunjukkan rasa sayangnya pada gadis cantik itu? Bukankah Jovan sudah mengeluarkan semua isi hatinya pada Syarla??

Ahh!! Seketika Jovan menjadi uring2an sendiri. Apa yang salah sebenarnya? Mengapa Syarla tiba2 saja berkata begitu? Dengan cepat Jovan menghubungi managernya, dan mengcancel semua agendanya. Persetan dengan mulut managernya yang bisa dipastikan akan mengomel sepanjang hari. Yang Jovan butuhkan saat ini hanyalah bertemu dengan gadisnya itu. Jovan harus mendapat penjelasan. Maka kini, Jovan memutuskan untuk menunggu Syarla di depan kelas gadis itu. Dia akan membujuk Syarla untuk pulang bersamanya.

Beberapa saat kemudian, terlihat dosen yang mengajar di kelas Syarla berjalan keluar kelas. Tanda mata kuliah telah berakhir. Dengan cepat Jovan bersiap menyambut gadisnya keluar dari kelas. Tak lama dari itu, terlihat Syarla berjalan keluar kelas dengan karibnya, Anggis. Melihat sosok Jovan berdiri di depan kelasnya, membuat Anggis berseloroh. Namun Syarla malah bergeming.

"Eisss, romantis banget si.. pake ditungguin." Seloroh Anggis membuat beberapa pasang mata melihat ke arah mereka.

"Anggis, apaan si." Balas Syarla

"Hehe.. yaudah si. Gitu doang. Oke, gua balik duluan, yaa.. ga mau jadi nyamuk. Byee!!" Pamit Anggis kemudian berlalu

Lorong kelas terlihat semakin sepi. Menyisakan Syarla dan Jovan yang kini sama2 diam. Syarla yang sedang malas meladeni Kak Jovan, dan Kak Jovan yang terus memperhatikan Syarla. Hemhh, padahal tadi pagi mereka berdua masih baik2 saja. Tapi hari ini, entah mengapa mood Syarla sangat cepat berubah. Alasan dia malas dengan Kak Jovan? Hahaha.. hanya Tuhan yang tau.

"Pulang sama aku, ya?" Tawar Kak Jovan menatap Syarla

"Hari ini Papi jemput, Kak." Balas Syarla sambil berjalan meninggalkan Jovan. Syarla berjalan ke arah parkiran kampus

Iya. Beberapa saat yang lalu memang Papi mengiriminya pesan, bahwa Papi akan menjemput Syarla.

"Tapi kita perlu ngomong, Syar." Sahut Jovan mengikuti langkah Syarla

Berikutnya terlihat Jovan yang meraih tangan Syarla, memaksa gadis itu untuk berhenti. Hal itu membuat Syarla berbalik, menatap Kak Jovan.

"Oke, ngomong disini aja." Ucap Syarla

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang