"Habis turun dari panggung tadi, Papi kemana?" Tanya Syarla menatap Papinya
Rony tampak menghembuskan nafas berat, sebelum menjawab pertanyaan Syarla.
"Papi ada ngobrol sebentar tadi, sama Om Anang. Ada kerjaan yang harus Papi handle. Maaf ya, karena Papi ga langsung nemuin Syarla. Pasti nungguin Papi ya, tadi?" Jawab Rony dengan sangat hati2.
Rony harus bisa menggunakan kata2 yang nantinya tidak membuat Syarla semakin bertanya-tanya. Karena dengan jelas, Rony mengetahui bagaimana 3 pasang mata itu memperhatikan interaksinya dengan Melati. Rony sengaja menjauh, agar ke tidak nyamanan di antara keluarganya ini, tidak menjadi konsumsi publik.
Begitu juga ketika berada didalam mobil. Ditengah pikirannya yang kacau, beberapa kali Rony menangkap ekspresi Syarla melalui kaca spion. Ekspresi wajah yang sangat sulit Rony artikan. Belum lagi Salma yang seolah menunjukkan sikap tak ingin diganggu.
"Itu aja, Pi?" Tanya Syarla, lagi. Membuat Papi Rony mengangguk, mengiyakan putrinya.
"Papi inget kan, Papi selalu bilang kalau keluarga itu adalah tempat berbagi. Jadi ga perlu ada yang ditutup2i." Ucap Syarla
"Iyaaa, Papi tau. Kan itu kata2 Papi. Kakak kenapa si? Papi ada salah? Sini, coba cerita sama Papi." Balas Papi Rony, menatap putrinya
Rony jelas mengerti maksud dari kata2 Syarla. Kemana arah pembicaraan yang Syarla inginkan. Syarla sudah cukup dewasa untuk bisa membaca situasi. Rony tau! Tapi tidak untuk malam ini. Rony merasa belum bisa membahas semuanya sekarang.
"No, Papi. Syarla ngantuk." Sahut Syarla, kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Papinya. Membuat Rony terdiam.
Rony hanya bisa memperhatikan sulungnya itu berjalan menjauh menuju kamarnya. Hingga kata2 Syarla berikutnya, membuat Rony seketika marah kepada dirinya sendiri.
"Besok Syarla berangkat sama Pak Beno aja. Jadi Papi bisa langsung ke kantor." Ucap Syarla sebelum menutup pintu kamarnya
Sial. Kerjasama nya dengan Melati belum juga terlaksana, tapi Rony sudah dibuat uring2 an dengan tingkah putri sulungnya itu.
Berusaha mengabaikan sikap tidak manis Syarla malam ini, Rony berjalan ke arah dapur bermaksud mengambil minum. Begitu sampai di dapur. Rony kembali dibuat terkejut dengan keberadaan istrinya disana. Entah mengapa, lagi2 Rony merasa tidak nyaman.
Dengan tanpa kata, Salma menuangkan air putih ke dalam gelas dan memberikannya pada Rony. Dengan tanpa kata pula, Rony menerima gelas tersebut dan meminumnya dengan cepat. Hahh,, tenggorokannya benar2 terasa kering meskipun baru saja di aliri air.
"Ngobrolin apa tadi, sama Melati?" Tanya Salma dengan nada yang sangat tidak bersahabat
"Oke, jadi gini.." ucapan Rony terpotong oleh sahutan Salma yang sedang berusaha mengeluarkan emosi yang sedari tadi ia tahan
"Harus banget peluk2an kayak tadi?? Hah? Oke, terserah ya. Kalau kamu mau bilang aku tukang cemburu atau aku terlalu berlebihan. Tapi yang jelas, aku ga suka, Ron. Dengan kamu bersikap kayak tadi, kamu bener2 ga ngehargain aku sebagai istri kamu. Sekarang apa?? Masih cinta? Iya??" Kali ini Salma benar2 mengeluarkan semuanya. Dia benar2 merasa sakit hati atas sikap Rony malam ini.
"Bisa ga, kamu dengerin aku ngomong dulu?? Kalau kamu terus nyerocos kayak gitu, kamu ga akan tau kebenarannya, Salma. Aku sendiri juga kaget tiba2 dipeluk kayak tadi. Aku juga ga ngerti kenapa Melati kayak gitu sama aku." Balas Rony dengan nada yang tak kalah tingginya
"Kamu masih bisa bilang ga tau, Ron?? Udah jelas dia masih suka sama kamu. Apa kurang jelas??? Semua orang yang lihat juga tau. Asal kamu tau, dengan kamu sengaja menjauh dari keramaian kayak tadi.. itu semakin buat aku sadar, kalau dia masih seberharga itu buat kamu." Ucap Salma, kali ini di iringi dengan air mata yang mulai mengaliri kedua pipinya
"Cukup ya, Sal. Ga capek kamu terus2 an berpikir kyak gitu?? Aku aja capek bnget dengernya. Belasan tahun aku hidup sama kamu, aku kasih semuanya buat kamu. Masih kurang?? Iya??" Balas Rony masih dengan nada tingginya
Salma terdiam. Isak tangisnya mulai terdengar. Semakin lama semakin keras. Bentakan Rony benar2 semakin membuat hatinya sakit. Apakah salah jika Salma tidak menyukai pertemuan Rony dengan Melati?? Apakah salah jika Salma merasa sakit hati??
Berikutnya Salma mendengar Rony menghembuskan nafas panjang. Terdengar lelah dan frustasi. Salma juga sempat melihat Rony mengacak rambutnya sendiri secara acak. Oke, Salma salah karena tidak mendengarkan penjelasan Rony. Tapi untuk saat ini Salma lebih ingin didengarkan. Dan satu lagi, Salma tidak suka dibentak
"Sal.." panggil Rony dengan suaranya yang sudah kembali melembut.
Rony berjalan mendekat ke arah Salma. Mencoba meraih tangan istrinya itu. Tapi Salma menolak. Dengan cepat Salma berjalan ke arah kamar mereka dan menutup pintu. Meninggalkan Rony dengan perasaan yang semakin kacau. Okelah, malam ini dengan terpaksa Rony akan tidur dikamar tamu.
Malam itu, tidak sehangat biasanya. Kedua tiang penyangga keluarga itu sedang tidak baik2 saja. Dan tanpa sepengetahuan Rony dan Salma, ada dua orang gadis yang ikut berlinang air mata dikamar mereka masing2. Ada Syarla yang memang belum tidur, dan Nabila yang terbangun karena ingin ke kamar mandi. Meski diruangan yang berbeda, mereka mendengar semuanya. Mereka mendengar bentakan Papi dan isak tangis Mami. Membuat mereka merasa takut untuk sesuatu yang mungkin bisa terjadi pada hari esok.
°°
Pukul 06.15
Kediaman keluarga ParulianSeperti biasa, Syarla adalah yang paling pertama hadir di meja makan setelah Maminya. Namun pagi ini Syarla tidak melihat Mami di sudut manapun.
"Mbok, Mami udah berangkat?" Tanya Syarla pada Mbok Jum yang tengah menyiapkan sarapan
"Ibu masih dikamar, Non. Belum keluar dari pagi." Jawab mbok Jum
"Mami dikamar, kak?" Tanya Nabila yang baru saja tiba di ruang makan. Membuat Syarla mengangguk
"Aku ke Mami dulu, deh." Ucap Nabila kemudian berjalan ke arah kamar Maminya.
Belum sempat Nabila membuka pintu kamar Mami, Nabila melihat Papinya baru saja keluar dari kamar tamu, dengan wajah khas bangun tidur. Nabila ingin bertanya kenapa Papi tidur dikamar tamu dan kenapa tidak menemani Mami. Tapi Nabila mengurungkan pertanyaan itu.
"Pagi sayang.." sapa Papi
"Pagi juga, Pi." Balas Nabila kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke kamar Maminya
Begitu pintu terbuka, terlihat Salma masih berbaring di atas tempat tidur dengan mata yang masih terpejam. Perlahan Nabila melangkah mendekat ke arah Mami, kemudian ia menaiki kasur tempat Maminya berbaring. Dengan gerakan yang sangat pelan, Nabila memeluk Maminya.
"Nabila sayang, Mami. Selalu dan selamanya. Mami ga boleh sedih lagi, oke." Ucap Nabila pelan. Berusaha agar tidak membangunkan Maminya
"Kalau Mami sakit, Mami boleh cerita sama Nabila. Mami tau, kan.. kalau Nabila pendengar yang baik. Janji ya, Mi." Imbuh Nabila lagi.
"Mami istirahat ya, Nabila berangkat dulu." Ucap Nabila sambil mendaratkan kecupan pada pipi Maminya
Di ruang makan.
"Nabila berangkat ya, Pi." Pamit Nabila sambil memberikan kecupan singkat pada pipi Papinya
"Kakak berangkat sama kamu ya, dek." Ucap Syarla yang langsung berlalu meninggalkan ruang makan.
Sementara Nabila masih terdiam. Nabila merasa tidak tega melihat raut wajah Papinya yang begitu sendu. Tapi teriakan Syarla yang memanggilnya, membuat Nabila bergegas menghampiri kakaknya
***
Haiii, gimana gimana?? Makin seruu kan??
Jangan lupa vote dan komen yaa
Enjoy guyss:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Salmon Familia
FanfictionKeluarga bahagia. Selamat menikmati keseharian sebuah keluarga kecil yang mungkin hanya akan kalian temui di sini, hahaa.. Just for fun ya guys:)