Kasih Tak Berujung 2

5.3K 494 80
                                    

"Hadchuuuu.."

Terlihat Syarla menuruni tangga rumahnya dengan masih membawa selimut yang membungkus tubuhnya. Sepagi ini kota Jakarta sudah diguyur derasnya hujan. Ini adalah hari Rabu. Hari dimana kegiatan masih penuh2nya. Melihat Syarla yang tampak tidak baik2 saja, Mami yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan dengan segera menyambut sulungnya itu.

"Demam, ya?" Tanya Mami sambil telapak tangannya menyentuh dahi Syarla yang terasa panas.

"Ga usah ke kampus deh, Kak. Istirahat aja dirumah. Pucet banget, lagi." Ucap Mami yang kini memperlihatkan raut wajah khawatir

"Rencana emang ga ngampus, Mi. Syarla pusing bangett. Nanti tugasnya Syarla kirim online aja." Balas Syarla menatap Mami

"Oke, deh. Sarapan dulu, terus minum obat." Sahut Mami, mengusap puncak kepala Syarla dengan lembut.

Setelah memastikan Syarla berbaring di sofa dengan nyaman. Dengan cepat Mami meminta Mbak Pur untuk menaikkan suhu ruangan agar terasa lebih hangat. Agar sulungnya tidak semakin kedinginan. Berikutnya, terlihat Nabila menuruni anak tangga sambil bersenandung merdu. Menandakan suasana hatinya yang sedang dalam keadaan baik. Sepagi ini, si bungsu sudah tampil rapi lengkap dengan keceriaan yang membingkai wajah cantiknya.

"Morning." Sapa si bungsu dengan ceriaa

"Morning, sayang." Balas Mami yang baru saja mendapat kecupan dari Nabila

Nabila tertegun. Pandangannya tertuju pada Kakaknya yang berbaring di sofa dekat dengan meja makan, sambil bergelung selimut. Tanpa ragu Nabila mendekat. Tanpa ragu pula, gadis kecil itu mendaratkan kecupan di dahi Kakaknya. Uh, panas.

"Kakak kenapa? Ga enak badan, ya?" Tanya Nabila menatap Kakaknya.

Syarla mengangguk.

Melihat Kakaknya yang kedinginan, perlahan Nabila ikut berbaring di sebelah Kakaknya. Meski sempit, Nabila tetap memaksa badannya untuk berbaring disana. Gadis itu mendekap Kakaknya dengan erat. Bahkan bisa dibilang, gadis itu menindih tubuh Kakaknya. Nabila bermaksud memberi kehangatan ekstra untuk Kakaknya. Diperlakukan begitu, Syarla hanya tersenyum. Karena meskipun terasa berat, tapi Syarla merasa hangat. Lagian ia mengerti maksud adiknya itu.

"Adek, Kakaknya jangan ditindih gitu, dong. Kasian." Ucap Mami

"Gpp, Mi. Hangat." Sahut Syarla

Belum sempat Nabila menyuarakan pembelaannya, terlihat Papi berjalan dengan terburu menghampiri kedua putrinya. Raut khawatir juga menghiasi wajah Papi. Dengan cepat Papi mengangkat tubuh Nabila yang terlihat menindih Kakaknya. Bukannya apa, Papi hanya khawatir Syarla akan kesulitan bernapas mengingat tubuh putri sulungnya itu lebih kecil dari si bungsu.

"Papi, ihh! Nabila cuma mau peluk Kak Syarla biar hangattt." Sungut Nabila. Gadis itu tengah protes karena mendadak Papi mengangkat tubuhnya, dan mendudukkannya di kursi meja makan.

"Iya, Papi tau. Tapi kasian Kak Syarla, kalau ditindih gituu." Balas Papi masih dengan raut khawatirnya

"Gpp, Papi. Nabila cuma mau bikin hangat, kok. Ya kan, dek?" Sahut Syarla

"Tuh, Nabila tuh ga nindih Kak Syarla." Ucap Nabila

"Iyaa. Tapi nanti kalau kelamaan peluk Kak Syarla, seragam adek bisa kusut. Kan mau berangkat sekolahh." Sahut Mami bermaksud menengahi

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang