30

15.7K 868 118
                                    

Dengan amat sangat pelan Rony membuka pintu ruang rawat Nabila. Disana terlihat Salma yang masih berbaring bersama Nabila, Edo yang tertidur di sofa dan Syarla yang tengah merenung di dalam pelukan Novia. Sungguh ekspresi pada wajah mereka sama2 menggambarkan kesedihan, lelah dan gelisah. Melihat itu Rony semakin di hujani rasa bersalah.

Perlahan Rony melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan tersebut. Tidak seorang pun melihat ke arahnya. Sebelum memutuskan untuk mendekati Salma, pandangan Rony tertuju pada Syarla. Putrinya. Kesayangannya. Ingin sekali Rony membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Tapi lihatlah, Syarla sama sekali tidak memperdulikannya. Yah, Rony tau perasaan putrinya itu. Rony tau, Syarla pasti kecewa padanya.

Masih dengan tanpa suara, Rony mendekati istrinya. Menyentuh bahu Salma, pelan. Rony berusaha mengalihkan pusat perhatian istrinya itu. Pasalnya sedari Rony masuk ke dalam ruang rawat Nabila, Salma sama sekali belum menatapnya. Dia masih saja fokus pada Nabila yang tengah terlelap. Entah apa yang ada dipikiran Salma saat ini. Tapi yang jelas, Rony tau bahwa semua ini karena ulahnya. Karena kesalahannya.

"Kita bicara sebentar, Sal." Ucap Rony

Salma diam. Dia terlihat tidak tertarik dengan ucapan Rony.

"Ayo, Sal. Aku udah tau semuanya. Aku yang salah. Aku mau kita bicara, Sal." Imbuh Rony menatap Salma

Salma menatap Rony, lalu perlahan turun dari tempat tidur Nabila. Dengan tanpa kata, Salma berjalan keluar ruang rawat Nabila. Begitu membuka pintu, dilihatnya Bang Neyl dan Diman yang duduk dikursi tunggu di depan ruangan. Sekilas Salma menatap keduanya, kemudian meneruskan langkahnya. Rony masih mengikuti. Rony yakin Salma akan mendengarkannya dan mempertimbangkan pernihakan mereka.

Di taman rumah sakit.

Salma sengaja memilih tempat yang jaraknya jauh dari kamar Nabila. Salma tidak ingin melukai hati anaknya2 dengan melihat pertengkarannya dengan Rony. Sejujurnya Salma lelah. Salma muak. Bahkan melihat Rony yang kini telah berdiri di depannya pun, Salma tidak sanggup. Hatinya sakit. Perasaannya hancur. Tapi keadaan tidak memperbolehkan Salma untuk mengeluh. Dia harus tetap berdiri untuk anak2nya.

"Aku salah, Sal. Aku minta maaf. Aku bodoh karena aku terlalu percaya sama nomor asing itu. Aku bodoh karena udah nyakitin kamu. Nyakitin Syarla." Ucap Rony

"Semua udah ga ada gunanya, Ron. Aku bener2 pengen semuanya berakhir. Aku capek." Balas Salma

"Gak bisa, Sal. Aku ga bisa. Aku mau kita bisa baik2 aja kayak kemaren. Aku, kamu dan anak2. Aku mau kamu sama Syarla pulang ke rumah. Aku ga bisa kalau ga ada kamu." Sahut Rony

Salma diam. Baginya Rony masih saja keterlaluan. Apa Rony tidak tau bahwa Salma kecewa? Bagaimana bisa Rony berkata begitu, setelah ia membuat Salma sakit hati? Salma bisa saja memaafkan. Tapi sangat sulit untuk melupakan apa yang telah Rony katakan padanya. Semuanya masih terekam sangat jelas. Salma hanya tidak menyangka, laki2 yang telah ia beri seluruh hidupnya itu.. bisa melukai sebegini dalamnya. Bukan hanya melukai Salma, tapi juga putrinya.

Perlahan semua memory masa lalu kembalu berputar di ingatan Salma. Bagaimana romantisnya Rony, ketika meminta Salma untuk menjadi bagian hidupnya. Tentang senyum manis Rony yang menyambutnya di setiap pagi. Tentang hari dimana Syarla hadir di dalam perutnya. Salma tau betul, bagaimana Rony bersorak dengan bahagianya begitu mengetahui bahwa Salma tengah mengandung. Sejak hari itu juga, semuanya berubah. Kebahagiaan seperti tak pernah habis di setiap harinya.

Salma juga ingat betul, bagimana wajah panik Rony ketika mengantarnya kerumah sakit pada hari kelahiran Syarla. Rony tak pernah melepaskan genggamannya meski sebentar. Rony benar2 ada di sana. Menjadi saksi kelahiran putri pertamanya. Teringat bagaimana Rony juga ikut menangis ketika mendengar suara tangisan pertama Syarla. Bahkan masih dengan berderai air mata, Rony membawa Syarla kedalam dekapannya, dan mengumandangkan adzan.

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang