16

15.2K 750 26
                                    

Pukul 19.00
Kediaman keluarga Parulian

Terlihat keluarga Parulian tengah mengambil posisi masing2 di depan meja makan. Hening masih mendominasi ruang makan tersebut. Hanya terdengar denting sendok yang sesekali beradu dengan permukaan piring. Kabar 'baikan' kedua orang tuanya telah Nabila dengar. Bahkan Nabila sudah melihat rona merah di wajah Mami. Pertanda hati, pikiran dan badan Mami sudah lebih baik.

Namun tidak untuk Kakaknya. Sedari tadi Kakaknya itu hanya diam, terlihat begitu fokus memandang nasi dan ayam goreng favoritnya di atas piring. Nabila tau, Kakaknya adalah orang yang paling takut jika terjadi sesuatu pada orang tuanya. Meskipun Nabila juga takut. Tapi setidaknya Nabila masih punya Kak Syarla yang akan terus menenangkannya.

"Ayamnya mau tambah, Kak?" Tanya Mami pada Syarla

"Enggak, Mi. Syarla udah kenyang." Balss Syarla tanpa mengalihkan pandangannya dari piring dan sendok didepannya

"Atau mau Mami ambilin salad?" Tawar Salma lagi

"Enggak usah, Mi. Syarla ke atas dulu ya. Lagi banyak tugas." Balas Syarla kemudian dengan cepat menaiki anak tangga menuju kamarnya dilantai atas

Sikap Syarla jelas membuat Rony tidak tenang. Apa Syarla masih marah? Perlahan Rony bangkit dari duduknya, berdiri hendak menyusul putri sulungnya itu ke kamarnya. Namun dengan cepat Salma menahannya.

"Aku, aja." Ucap Salma membuat Rony kembali duduk dikursinya

"Nabila lanjutin makan sama Papi, oke." Ucap Salma pada Nabila yang masih berada di meja makan

Dikamar Syarla.

Tok.. tok..
Suara ketukan pada pintu kamar Syarla

"Siapa?" Tanya Syarla

Syarla harus memastikan siapa yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Karena jika ternyata itu Papi, jujur saja Syarla belum ingin membahas apapun dengan Papi.

"Ini Mami." Balas seseorang dari balik pintu, yang ternyata adalah Mami.

Begitu mendengar suara Maminya, Syarla berjalan menuju pintu dan membukanya. Mempersilahkan Mami masuk ke dalam kamarnya.

Sejenak Mami memperhatikan kamar serba pink milik Syarla. Kamar yang sangat menggambarkan pribadi putri sulungnya yang selalu ceria. Kamar Syarla juga wangi dan sangat rapi. Karena jelas putri sulungnya ini sangat tidak suka sesuatu yang berantakan. Sering kali Salma menyaksikan Syarla yang mengomel pada Nabila, karena Nabila tidak mengembalikan barang yang ia pinjam ke tempatnya yang semula.

Perlahan Salma mendekati Syarla. Berusaha menyelami riak pada kedua mata putrinya itu. Salma tau bagaimana Syarla begitu terguncang dengan masalah yang terjadi antara Salma dan Rony. Sedari kecil Syarla adalah yang paling dekat dengan Papinya. Jadi sangat wajar apabila Syarla sangat kecewa.

"Kenapa Mami harus sekuat itu, Mi?" Pertanyaan Syarla membuka percakapan

"Syarla tau semuanya, Mi. Syarla tau siapa tante Melati itu. Syarla juga tau bagaimana peran Mami dihidup Papi, saat Papi harus putus sama tante Melati. Dengan kejadian kemaren.. Mami berhak banget marah, Mi." Imbuh Syarla

Ya, Rony memang sudah menceritakan semuanya pada Syarla. Toh putrinya itu kini sudah dewasa. Dia berhak tau masa lalu orang tuanya.

"Mami marah, Syar. Mami juga kecewa. Tapi Mami sadar. Bahwa semua itu ga ada gunanya, karena pada kenyataannya Mami hanya sedang takut. Mami terlalu takut untuk berhadapan dengan masa lalu Papi." Sahut Salma

"Tapi Syarla juga harus tau, kalau Papi adalah orang yang sudah berjanji di depan Allah, untuk selalu menyertai dan mencintai Mami. Dan tentu saja akan selalu menyayangi kalian berdua. Semuanya sudah Papi jelas kan, Syar. Mami juga tau, bahwa kedatangan tante Melati juga bukan keinginan Papi." Imbuh Salma menatap Syarla

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang