68

17.1K 1K 112
                                    

Pukul 19.20
Bandara Internasional Soekarno Hatta

Terlihat keluarga Parulian baru saja menapakkan kaki di bandara Jakarta. Seperti biasa, bandara Internasional ini selalu saja ramai, penuh sesak dengan orang2 yang berjalan kesana kemari dengan koper ditangan mereka. Keluarga Perulian baru saja tiba ditempat penjemputan. Dari jauh, Rony sudah melihat Pak Beno yang sudah mengembangkan senyumnya. Tanpa menunggu lama, mereka berjalan mendekati Pak Beno. Lagipula, mereka juga sudah sangat merindukan rumah.

"Pak Benooo." Sapa Nabila dengan riang

"Aduuh, Non. Seneng banget yang habis liburan." Balas Pak Beno, membuat Nabila terkekeh

"Gimana Pak, sehat kan? Rumah aman?" Tanya Rony pada Pak Beno

"Alhamdulillah semuanya aman, Pak." Jawab Pak Beno

Kini mereka pun berjalan menuju mobil yang ditumpangi Pak Beno teeparkir. Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba2 saja datang seorang pemuda yang dengan wajah sumringahnya menyapa Rony.

"Hallo, Om. Apa kabar? Sehat, kan?" Sapaa pemuda itu dengan ramah

"Saya bukan Om, kamu." Balas Rony. Yahh, berbanding balik dengan keramahan pemuda yang menyapanya. Rony malah memperlihatkan kesinisan dan ketidak senangannya

"Papiii.." ucap Syarla dengan nada seolah sedang memberi peringatan pada Papinya. Hal itu kemudian membuat Papi berdeham, dan bersikap seolah tidak terjadi apa2

"Haii, Paul. Liburan kemana?? Di Jakarta aja??" Itu suara Mami yang menyambut kedatangan Paul dengan riang

Iya. Pemuda yang menyapa Rony adalah Paul. Laki2 yang berstatus sebagai kekasih Nabila. Dan yahh, Paul sengaja datang ke bandara untuk menemui kekasihnya. Ohh tolong, Paul sudah sangat rindu pada gadis yang kini terlihat sedang menahan senyum itu. Ah, Paul jadi gemas melihatnya. Bahkan saking fokusnya menatap Nabila, Paul sampai lupa menjawab pertanyaan Tante Salma.

"Liatin apa?" Tanya Papi, masih dengan nada dan eskpresi tidak sukanya

"Oh. Enggak, Om. Maaf tante, tadi tante tanya apaa?" Balas Paul yang tiba2 menjadi kikuk sediri

"Hahah.. gapapa. Udah lupain, aja. Mau ngobrol sama Nabila, ya? Tuh, sana." Sahut Mami sambil terswnyum

Nabila baru saja mau melangkah mendekati Paul, namun lagi2 Papi menahannya. Dengan cepat Papi melingkarkan tangannya pada pundak putri bungsunya itu. Membuat Nabila aman didalam rengkuhannya. Hal itu jelas membuat Mami mengeluarkan decakannya. Salma benar2 tak habis pikir dengan sikap suaminya itu. Tolonglah, ini di tempat umum. Banyak orang yang sedang memperhatikan mereka.

"No. Nabila stay sama Papi. Kita pulang." Ucap Papi

Ucapan Papi membuat Syarla memutar bola matanya dengan malas. Kapan Papinya akan sembuh dari sikap overprotectivenya itu?? Hufftt. Padahal baru tadi Papi membahas maslaah ini dengan Syarla. Apa Papi tidak kasihan melihat Paul yang kini menjadi mati gaya??

"Tapi, Papii.." ucapan Nabila dengan sengaja dipotong oleh Papi

"Kita pulang, sayang. Nabila harus istirahat." Sahut Papi

"Saya bawa mobil, Om. Jadi Nabila bisa istirahat di mobil, sekalian saya antar pulang." Ucap Paul

"Tuh, Paul bawa mobil. Gapapa, Papi. Aman, kok. Nanti Nabilanya langsung bawa pulang ya, Ul." Sahut Syarla berusaha menyuarakan keinginan adiknya.

"Iyaa, Pi. Udah biarin aja, Nabila pulangnya sama Paul. Atau kita jalan dibelakang mobil Paul, deh. Gimana?" Ucap Mami yang juga berusaha membujuk suaminya

Mendengar pembelaan dari istri dan anak2nya untuk Paul, Rony reflek memberi lirikan tajam pada pemuda itu. Hahh!! Apa2an ini?? Baru tadi siang Rony dibuat patah hati oleh ungkapan sayang putri sulungnya untuk Jovan. Dan sekarang?? Bule kesasar ini malah dengan lancangnya muncul dihadapannya. Sialan. Belum lagi si bule banyak gaya itu kini mendapat full dukungan dari istri dan anak2nya. Ahh, Rony tidak suka.

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang