47

15.3K 983 168
                                    

Huekkkk.. uhh.

Begitu bangun dari tidurnya, Rony sudah disambut oleh suara istrinya yang tengah berusaha memuntahkan entah apa, di dalam kamar mandi. Hal itu membuat Rony dengan cepat bangkit dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Setelah ia menemukan Salma disana, dengan cekatan Rony memijat tengkuk istrinya dan memberi usapan pada punggungnya. Raut khawatir juga terlihat diwajah tampannya.

"Mual banget, ya?" Tanya Rony pada Salma

Salma mengangguk. Ia begitu lemas sampai rasanya tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Berikutnya Salma mematikan kran wastafel, berniat kembali ke dalam kamar. Namun belum sempat berbalik, perutnya kembali bergejolak. Membuat Salma kembali menunduk menghadap wastafel kamar mandinya.

Huekkk.. huekk..

Salma lemas. Jika saja saat ini Rony tidak memegangi pinggangnya, mungkin Salma sudah limbung ke lantai. Melihat istrinya terus mengeluarkan isi perutnya seperti itu, membuat Rony khawatir. Maka setelah Salma benar2 selesai dengan acara mualnya, Rony meraih Salma ke dalam pelukannya. Karena hanya itu yang bisa Rony berikan saat ini. Setidaknya Rony ingin meyakinkan pada istrinya bahwa mereka akan menjalani ini bersama. Berdua. Seperti kehamilan Salma yang sebelum-sebelumnya.

Berikutnya Rony mendaratkan tangannya tepat diatas perut istrinya itu. Rony mencoba memberi usapan lembut, bermaksud memberi ketenangan pada buah hatinya di dalam sana.

"Baik2 di dalam sana, oke? Jangan buat Mami kesakitan." Ucap Rony sambil tangannya terus mengusap perut Salma

Melihat itu mau tak mau Salma tersenyum. Ahh, suaminya memang selalu se manis itu.

"Mau balik ke kamar?" Tanya Rony menatap Salma yang kemudian diangguki oleh Salma

Melihat itu, perlahan Rony mengangkat Salma ke dalam gendongannya. Membuat Salma reflek mengalungkan tangannya pada leher suaminya. Berikutnya, Rony kembali membawa Salma ke atas kasur.

"Ga usah ke kantor, ya. Istirahat dirumah aja." Ucap Rony

"Ga bisa. Aku udah ada janjian sama klien hari ini." Balas Salma

"Aku ga kasih izin, ya. Kasih aja klien nya ke asisten kamu, Sal. Kamu ga perlu kesana." Sahut Rony dengan nada tanpa penolakan

Mendengar itu Salma diam. Entah mengapa mendadak Salma ingin menangis. Perihal Rony tidak memberinya izin, itu sudah hal biasa. Bukan sekali, dua kali Rony tidak memberinya izin untuk sesuatu yang membuat Rony khawatir. Biasanya Salma akan dengan mudah menerimanya. Toh, dia juga tidak ingin membuat Suaminya itu cemas. Tapi mengapa kali ini Salma merasa begitu sedih?

"Kamu beneran ga kasih izin?" Tanya Salma dengan suaranya yang mulai bergetar

"Beneran. Udah kamu dirumah aja." Jawab Rony

"Kamu udah ga sayang aku, ya?" Balas Salma yang kini sudah banjir air mata

Mendengar pertanyaan Salma yang disertai tangisan itu, membuat Rony panik. Aduhhh.. sepertinya Rony melakukan kesalahan. Sepagi ini dia sudah membuat istrinya itu menangis. Oke, maafkan Rony yang melupakan ke sensitifan ibu hamil di depannya ini.

"No. Ga gitu, sayang. Justru aku sayang bnget sama kamu, makanya aku ga kasih izin kamu ke kantor. Aku ga mau kamu kecapean." Ucap Rony berusaha menenangkan istrinya

"Kamu ga kasihan ya, sama aku? Kalau nanti kliennya kecewa sama aku, karena aku batal nemuin dia, gimana? Kamu mau bikin nama aku jelek apa gimana sih??" Balas Salma menatap Rony kesal

"Sama sekali aku ga ada niatan kayak gitu, sayang. Oke, gini aja. Sekarang aku telfon Lusi. Nanti aku yang minta tolong ke Lusi buat antar klien kamu ke rumah. Jadi, kamu bisa ketemu klien kamu itu dirumah. Ga perlu ke kantor. Ya?" Jelas Rony lembut. Mencoba memberi pengertian pada istrinya itu

Salmon FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang