Dua minggu kemudian..
Akhirnya hari yang paling dinantikan Salma datang juga. Hari yang belakangan ini Salma impikan, kini ada di depan mata. Iya. Hari ini adalah hari dimana Salma akan mengunjungi 'rumah' putranya. Anak laki2nya. Anak yang sampai saat ini masih sangat Salma harapkan keberadaannya. Namun sudahlah. Mau bagaimana pun Salma harus bisa menerima. Salma harus ikhlas. Semua sudah ada yang mengatur. Dan Salma sangat menyadari itu.
Pagi tadi, ketika dalam perjalanan pulang dari rumah sakit.. Salma berkali-kali membujuk Rony untuk langsung menuju lokasi pemakaman putranya. Tapi karena Rony ada urusan pekerjaan, dia tidak bisa mengabulkan keinginan istrinya itu. Maka disinilah Salma sekarang. Berdiri di dalam kamarnya, sambil menatap ke arah jendela yang langsung mengarah pada kolam renang di rumahnya. Tiba2 saja sebaris senyuman menghiasi wajahnya. Salma tengah membayangkan Rai yang berenang dengan kedua kakaknya. Ahh indahnya.
Berikutnya suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunannya. Terlihat Rony berjalan dengan senyuman mendekat ke arah Salma. Sebuah pelukan tiba2 saja membungkus tubuh Salma dari belakang. Usapan lembut juga Salma rasakan di kedua lengannya. Tak lupa kecupan manis di pipi kirinya. Haha.. Rony memang se romantis itu dalam memperlakukannya.
"Udah siap?" Tanya Rony masih dengan posisi memeluk istrinya dari belakang
Salma mengangguk dengan semangat. Dia sudah sangat ingin pergi mengunjungi putranya. Meski masih dengan membawa luka yang teramat dalam, tapi Salma tetap ingin pergi. Salma sudah rindu. Perlahan Salma berbalik. Bermaksud memeluk suaminya. Dengan begitu Salma bisa mendengar detak jantung Rony yang selalu bisa membuatnya tenang.
"Aku takut nangis." Ucap Salma
"Hemm? Nangis aja gapapa, sayang." Balas Rony
"Kamu boleh nangis sepuas kamu. Keluarin semuanya, Sal. Aku temenin." Imbuh Rony
Maka tanpa membuang waktu mereka pergi ke lokasi pemakaman Raihan. Syarla dan Nabila juga ikut. Kini mereka sudah berada di dalam mobil, dengan Rony yang mengambil kemudi. Siang itu, suasana di dalam mobil terasa asing. Tidak ada celotehan Nabila. Tidak ada gurauan Papi. Tidak ada juga tawa Mami dan Syarla. Semuanya membisu. Hingga sampailah mereka di sebuah lokasi pemakaman elite. Tempat dimana kebanggaan yang belum sempat dilahirkan itu di makamkan.
Terlihat Rony membukakan pintu untuk istrinya, dan menuntun langkahnya pelan. Di belakang mereka ada Syarla dan Nabila yang saling bergandengan tangan. Baru beberapa langkah, air mata sudah jatuh membasahi kedua pipi Salma. Sungguh Salma tidak pernah membayangkan hidupnya akan seperti ini. Salma tidak pernah menyangka bahwa ia harus menerima luka sedalam ini.
"Kita sampai." Ucap Rony
Disana terlihat dengan jelas sebuah nisan bertuliskan 'Raihan Putra Parulian'. Putranya. Itu nama anak laki2nya. Mendadak Salma merasa sesak. Air mata seolah tak mau berhenti. Perlahan Salma berjalan mendekati nisan tersebut. Ditatapnya nisan itu seolah Salma tengah menatap wajah putranya. Berikutnya tangis itu akhirnya pecah. Isak tangis Salma terdengar begitu menyayat hati. Salma memeluk nisan itu dengan erat.
Semua ikut berjongkok mengelilingi makam tersebut. Jika Rony mengambil tempat di sebelah Salma, Syarla memilih tempat di dekat nisan, di depan Mami. Melihat Nabila yang masih berdiri, Rony mengulurkan tangannya. Meminta Nabila duduk di sebelahnya. Di dekat Papi. Tapi Nabila menolak. Nabila lebih memilih bersembunyi di belakang tubuh kakaknya. Nabila tidak bisa melihat Mami seperti itu. Nabila tidak bisa melihat Mami menangis. Dengan cepat Nabila melingkarkan tangannya di perut Syarla. Nabila menangis disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salmon Familia
FanfictionKeluarga bahagia. Selamat menikmati keseharian sebuah keluarga kecil yang mungkin hanya akan kalian temui di sini, hahaa.. Just for fun ya guys:)