10 - Anak Bunda yang Berharga

1K 124 6
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

GITA berada di ruangan yang di dominasi warna putih lalu matanya memindai dengan seksama. Sebuah ruangan yang cukup luas, banyak buku dan mainan anak-anak, bahkan ada kursi pijat elektrik. Dan tatapan Gita beralih pada papan nama di meja kerja bertuliskan... 'Dra. Yuliandari Langit S. Psi M. Si'.

Ibu yang tadi Gita tolong merupakan seorang psikolog anak dan Gita diajak ke kliniknya yang baru pindah karena digabung dengan klinik gigi.

Kejadian beberapa saat yang lalu untungnya tidak terlalu parah. Dengan refleksnya, Gita segera merengkuh tubuh seorang ibu yang hampir kejatuhan papan reklame minimarket. Untungnya lagi Gita cepat menghindar dan si ibu baik-baik saja, sementara dirinya hanya lecet-lecet dikit. Setelah berbasa-basi sebentar akhirnya Gita tidak kuasa menolak ketika Bunda Ndari—nama si ibu yang memaksa Gita memanggilnya bunda bukan tante atau ibu karena lebih suka dipanggil Bunda Ndari seperti bidadari—untuk mampir ke kliniknya. 

Gita pun menurut dan ikut masuk mobil bersama Bunda Ndari karena tidak enak hati menolak. Sepanjang perjalanan, Bunda Ndari tak berhenti berceloteh sambil menyetir. Bunda Ndari menceritakan apa saja, mulai dari aktivitasnya sebagai seorang psikolog anak, kepindahannya ke daerah Menteng baru-baru ini, kemacetan Jakarta, panasnya Jakarta dan masih banyak lagi.

Gita hanya mendengarkan sambil sesekali menanggapi. Mobilnya Bunda Ndari pun nggak kaleng-kaleng, sebuah Jeep Rubicon empat pintu berwarna merah menyala. Bagi Gita, Bunda Ndari itu unik sekali. Definisi ibu-ibu gaul masa kini yang menurut Gita memang seperti bidadari. Wajah keibuan dan sangat cantik di usianya sekarang yang menjelang kepala empat. Mirip juga sama artis Marini Zumarnis. Bahkan, dari caranya berbicara terlihat sosok hangat yang menyenangkan.

Gita masih memandangi ruangan serba putih yang kini ditempatinya dan tatapannya mengarah ke arah buku-buku cerita anak yang ada di atas meja di hadapannya. Gita hanya menatapnya tanpa menyentuh. Gita tersenyum haru, lalu senyumnya terpecahkan ketika sosok Bunda Ndari muncul dari balik pintu.

"Kamu beneran nggak perlu ke rumah sakit?" tanya Bunda Ndari mengangsurkan teh hangat dan berbagai cemilan di atas meja kecil ke arah Gita yang sedang duduk di salah satu sofa di ruangan tersebut.

"Saya baik-baik aja kok Tante—eh Bunda." Gita menjawab sopan sambil menggaruk pipinya, merasa canggung. "Bunda Ndari sendiri nggak kenapa-kenapa?"

"Bunda nggak apa berkat kamu. Nggak kebayang kalau nggak ada kamu. Makasih banyak loh."

"Syukurlah Bunda nggak kenapa-kenapa." Gita tersenyum kecil lalu melirik ke arah lukisan abstrak yang belum dipasang tak jauh dari tempatnya duduk. "Bunda suka lukisan?"

Bunda Ndari mengikuti arah pandang Gita, kemudian mengangguk penuh semangat.

"Bunda suka lukisan pemandangan yang ada pohon-pohonnya gitu atau hamparan bunga-bunga." Bunda Ndari tersenyum semangat kemudian menatap Gita yang kebingungan. "Pasti kamu bingung ya, kenapa bukan lukisan pemandangan malah corat-coret nggak jelas kayak lukisan itu?"

Gita menggeleng lalu tersenyum, diperhatikan lekat lukisan abstrak itu yang didominasi warna putih dan hitam juga abu-abu.

"Hope for life."

Bunda Ndari terlihat bingung dengan ucapan Gita. Gita yang melihat Bunda Ndari kebingungan kembali tersenyum.

"Apa lukisan itu hadiah Bunda?"

Bunda Ndari mengangguk. "Hadiah dari salah satu anak yang pernah berkunjung ke tempat Bunda. Kamu kok bisa tau?"

"Karena lukisan itu dibuat dengan luka." Gita terdiam sebentar. "Dari guratannya sang pelukis punya banyak luka, tapi masih ada harapan di dalam dirinya buat bertahan dan dia berhasil melewati itu."

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang