33 - Nasehat Jeka

1K 120 228
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

BUNDA Ndari benar-benar mengusir Gala dari rumah, tanpa memberikan kesempatan Gala untuk membela diri. Gala juga tidak berniat membela dirinya, karena memang ia yang salah.

Gala membuat Gita menangis, untuk yang kedua kali. Tapi kali ini Gala benar-benar merasa bersalah, karena kondisi Gita yang terlihat mengkhawatirkan. Apa sekarang Gita baik-baik aja? Pasti baik kan karena ada bundanya? Gala benar-benar kepikiran. Pesannya untuk Gita tak kunjung dibalas, bahkan dibaca aja belum.

Gala kini mengungsi di rumah Jeka yang berada di daerah Pondok Indah, dekat dengan rumah Adul, hanya berbeda komplek perumahan. Uday yang meski tidak ikut terusir tapi diseret Gala keluar untuk membantunya membawa buku-buku, laptop, perlengkapan sekolah, dan juga pakaian ganti. Bunda Ndari memang tidak pernah setengah-setengah.

Gala meletakkan ransel dan juga tas kantong berisi buku-buku di sudut dinding kamar Jeka. Jeka hanya terdiam melihatnya dengan tatapan polos. Sementara Uday sudah melompat ke kasur Jeka. Gegoleran di kasur lantai Jeka yang luas. Jeka memang tidak suka pakai ranjang, dia lebih suka tidur ngampar dengan banyak bantal tanpa guling.

"Gue numpang nitip Gala ya Ka," ujar Uday basa-basi.

"Pada mau nginep?"

"Gue sih nggak pengen nginep Ka, tapi dipaksa suruh nginep."

Jeka mengangkat satu alisnya bingung.

"Kasian dia diusir Ka."

"Gala diusir? Jadi, anak bunda bisa terusir juga?" tanya Jeka kaget. "Gue kira elo nggak bakal problematik."

"Emang parah tuh si Gala. Udah disiram, pake dilempar hewan segala lagi."

"Hah?" tanya Jeka semakin kebingungan menatap ke arah Uday dan Gala bergantian. Ia ganti melepas headphone yang tadi digunakan untuk bermain game di komputer.

"Gue laper mau makan dulu." Uday bangkit duduk lalu berdiri. "Elo mau makan lagi nggak Gal? Kan tadi ngemilnya belum kelar."

Gala balas menggeleng lalu merebahkan dirinya di kasur Jeka.

"Yaudah."

Setelah mengatakan itu, Uday segera keluar menuju ruang makan dan mengobrol dengan mamanya Jeka, sekalian minta makan. Mereka memang sudah akrab dari sekolah dasar, tapi karena Gala dan Jeka sama-sama anak rumahan jadi jarang kumpul. Anak 11 IPA 2 memang kebanyakan anak rumahan, makanya kalau kumpul-kumpul pasti ya di rumah siapa gitu. Nggak pernah main ke mal atau tempat-tempat hits. Yang cowok sih seringnya di rumah Adul atau Miki, kalau yang cewek biasanya di rumah Lilis atau Poppi.

Jeka menatap Gala yang memejamkan matanya dalam diam. Dibiarkan Gala senyamannya sendiri. Kemudian Jeka berbalik menghadap komputernya, mau lanjut main game tanpa memakai headphone-nya lagi.

Gala membuka matanya, menatap langit-langit kamar Jeka yang banyak bintang-bintang kecil menempel di atas sana. Jeka memang suka tidur gelap-gelapan dengan kelap-kelip stiker menyala kayak bocah.

Mengungsi di tempat Jeka adalah pilihan tepat. Jeka nggak akan tanya ini-itu, karena Jeka kan anaknya pendiam. Tapi meski begitu, Jeka anaknya peka seperti Uday. Pasti sekarang Jeka sudah bisa menyimpulkan kenapa Gala tiba-tiba datang ke sini dibanding pergi ke tempat Uday.

Soalnya, di rumah Uday ada Nyonya Besar alias mamanya Uday yang dokter gigi itu. Julukan Nyonya Besar bukan tanpa alasan, karena mamanya dijadikan nyonya oleh suami dan anak-anaknya. Semua pada tunduk. Tidak ada yang berani karena kekuatannya sangat besar karena merupakan mantan atlet angkat galon dan karung beras waktu masih gadis. Bahkan pernah jadi relawan bareng anggota militer dan sekalian nebeng ikut pelatihan di sana. Karena visinya, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang