Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜
✿‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧✿
TAPI ternyata riwayat Jevi belum tamat, karena mamanya Gita terlihat santai tidak membahas masalah panggilan istri dan mengapa bisa ada di hotel. Mereka berempat kini sedang makan malam di private dining room masih di hotel yang sama.
Gita tampak gelisah meski raut wajahnya tenang tanpa ekspresi. Tapi Jevi bisa lihat, Gita enggan melihat wajah mamanya. Apa hubungannya tidak baik? Selama ini Jevi menebak jika hubungan Gita dan orang tuanya hanya jauh karena mengira mamanya Gita sosok workaholic yang jarang di rumah. Gita juga tidak tinggal sendiri dan tidak ditelantarkan.
Obrolan di meja makan diisi dengan percakapan antara Jevi dan Om Davi. Gita hanya menatap nanar makanan di hadapannya. Entah ia harus terharu atau memberitahu kenyataannya.
"Gi, kamu nggak makan?'" tanya Om Davi yang hanya melihat Gita melamun sambil menatap makanan di depannya. "Bukannya kamu suka tutut? Kamu tahu nggak, gara-gara kamu dulu suka makan tutut, Om sampai bikin menu buat di resto hotel sini. Dimodif sih karena cangkangnya dibuang biar gampang makannya. Ini pakai bumbu rica-rica sama bumbu Singapore, enak loh coba deh."
Gita tahu yang ada dihadapannya adalah tutut meski tanpa cangkang. Tapi kini melihatnya saja perut Gita langsung diaduk-aduk.
"Mau sup, Ta?" tawar Jevi di sebelah Gita.
Gita menggeleng dan mengambil tutut rica-rica dan mencampurnya dengan bubur ayam yang tadi dipesankan Jevi. Gita lalu makan dengan tenang. Biar deh pikirin efeknya belakangan. Toh cuma mual, pusing, dan muntah-muntah aja. Bonus kedinginan. Gita bisa mengatasinya. Apalagi besok libur, Gita bisa bergelung sepuasnya.
Jevi memperhatikan Gita yang benar-benar diam, tidak menyapa mamanya. Bahkan mamanya juga tidak mengajak Gita mengobrol. Jevi kemudian melirik ke arah Om Davi yang tersenyum sambil mengangguk paham. Jevi juga segan untuk berbasa-basi pada mamanya Gita, karena auranya mengintimidasi.
Akhirnya makan malam dilanjutkan dalam keheningan. Setelah selesai Om Davi menyuruh Gita untuk menginap di hotel tapi Gita menolak dengan alasan sepupunya sendirian. Akhirnya Om Davi yang mengantarkan bersama Jevi. Mamanya Gita sih udah masuk ke kamar hotel tanpa perlu repot pulang ke rumah bersama Gita.
Di perjalanan pulang, kembali keheningan melanda. Baik Jevi, Om Davi, dan Gita sibuk dengan pemikirannya sendiri. Jevi memantau Gita lewat kaca spion tengah, Gita tampak melamun memandang ke luar jendela.
Bagi Gita, ini adalah pertemuannya kembali dengan sang mama setelah sekian lama. Terakhir bertemu saat kepindahannya ke Jakarta waktu kelas sepuluh, setelah itu tidak pernah berkomunikasi satu sama lain atau sekedar bertemu melepas rindu. Hubungannya dengan mamanya bisa dibilang jauh. Mau dibilang baik, tidak juga. Tapi kalau dibilang buruk, tidak juga. Ginan bilang mamanya menitipkan makanan untuknya lewat budhenya. Perhatian bukan? Tapi Gita tahu itu bukan dari mamanya, melainkan dari budhenya. Ginan hanya tidak ingin membuatnya sedih. Padahal Gita biasa saja, karena sudah terbiasa dari kecil tanpa mamanya. Hubungan dengan mamanya hanya canggung. Itu saja.
Mamanya adalah sosok wanita karier yang tidak terlalu mempedulikan anak-anaknya. Catat ya, tidak terlalu! Itu artinya masih sedikit kepedulian yang diberikan yaitu materi. Kedua kakaknya dibiayai oleh mamanya atau papanya juga mungkin, Gita tidak terlalu tahu karena hubungannya juga jauh.
Kedua orang tuanya bercerai saat Gita duduk di bangku kelas delapan. Papanya telah menikah lagi dengan seorang perempuan muda yang umurnya tidak terpaut jauh di atas kakak pertamanya. Sementara mamanya belum menikah lagi, tapi Gita tahu mamanya menjalin hubungan dengan banyak pria yang semuanya tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHEMISTRY DI ANTARA GITA
Teen Fiction[LENGKAP!] Gita, sosok cewek datar yang kalem tapi kalau udah nemu yang sefrekuensi bisa ikut gila juga. Dan Gita terdampar di kelas 11 IPA 2 yang ada si biang segalanya. 11 IPA 2 menjadi tempat berkumpul idamannya anak kelas lain. Yang terkenal ak...