41 - Senang-senang

816 82 220
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

MINGGU pagi, Jevi udah stand by di depan rumah Gita pakai motor matik karena kata Hanif Gita lebih suka naik motor matik daripada motor besar. Ginan yang baru pulang karena semalem tidur bareng Gala bengong melihat wajah asing yang tak dikenalnya berdiri di depan rumahnya. Ginan memindai Jevi dari atas ke bawah.

"Masnya nganterin paket kah? Ah—atau cari alamat palsu?" tanya Ginan tiba-tiba, membuat Jevi tersenyum mendengarnya.

"Bukan—" ucapan Jevi terpotong ketika melihat Gita keluar sambil menenteng helm putihnya.

"Dia jemput gue."

"Oh, ini yang namanya saudara Jevi." Ginan kembali memindai dari atas ke bawah sambil memicingkan matanya kemudian tersenyum lebar. "Gue Ginan sepupunya si bunga bangkai. Tingkat akhir di SMP."

Jevi kontan tergelak. "Hai, salam kenal. Sepertinya gue nggak perlu ngenalin diri karna elo tau nama gue."

Ginan mengangguk. "Kemaren elo diomongin kan sama Mas Hanif. Dan gue sengaja nguping obrolan kemaren, jadi tau yang mau jemput si bunga bangkai."

Gita memutar bola matanya kemudian mengajak Jevi pergi. Enggan menanggapi Ginan.

"Eh, nggak sopan!" Ginan mencegah lengan Gita yang hendak pergi. "Masa nggak dibikinin minum dulu. Ngeteh-ngeteh dulu gitu. Nih gue dibawain roti kukus sama Mbak Ifah, terus siomay sisa semalem yang dibeliin Mas Gala buat elo."

"Mau mampir?" tawar Gita kemudian pada Jevi.

"Iya mampir dulu mari, kita ngeteh dulu. Elo pengen me-de-ke-te-in si bunga bangkai kan? Entar gue spill the tea tentang si bunga bangkai."

Jevi tertawa memperlihatkan lesung pipinya. "Gue sebenernya mau aja mampir, tapi waktunya mepet. Mungkin lain kali aja ya."

Ginan pun mengangguk-angguk lalu menyerahkan satu plastik yang dibawanya ke arah Gita. "Kalo gitu nih Ta, bekel buat elo. Dan untuk saudara Jevi, apakah saudara tau jika sepupu gue doyan makan?"

Jevi pun mengangguk. "Gue jamin dia nggak akan kelaperan nanti. Gue pastiin gizinya tercukupi dan terpenuhi."

"Bagus deh, soalnya kalo dia kelaperan bisa-bisa saudara Jevi yang bakal dihap."

Gita hanya diam tidak menanggapi, sementara Jevi kembali tertawa.

"Kalo gitu gue izin bawa Gita pergi ya, saudara Ginan."

"Baiklah izin diberikan. Hati-hati di jalan, jangan sampai salah tujuan." Ginan berujar sambil tertawa lebar melepas kepergian sepupunya juga Jevi.

Kemudian tatapannya beralih ke rumah Gala. Ginan tahu diam-diam Gala mengawasi dari jauh dan sekarang Ginan sadar jika saingan Gala sungguh teramat berat.

Entah siapa nanti yang dapetin sepupunya yang seperti bunga bangkai. Ginan merasa kasihan.

Kasihan oh kasihan. Sungguh kasihan.

*** 

Jevi datang ke rumah Pak Yo bertepatan dengan Lilis juga Yonu. Lilis langsung mengatupkan bibirnya dan mencengkeram erat lengan Yonu ketika melihat Pak Yo menyambut di depan. Yonu hanya geleng-geleng sambil menghela nafas. Dimas juga beneran ngajak pacarnya—Syera, anak 11 IPS 2. Hanif jangan ditanya, dia udah nempel kayak perangko bareng Eca. Tak ketinggalan Dahlia, teman sekelasnya Hanif yang datang ikut bantu-bantu mempersiapkan perlengkapan untuk tanding.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang