46 - Malam Minggu di Rumah Poppi

707 91 242
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

SEMENJAK kejadian pameran, Gita terlihat menjauhi Gala. Alasan dijemput Jevi hanya sekali, itu juga karena Jevi nginep di rumah Ulin. Seterusnya Gita berangkat ke sekolah seperti biasa atau kadang bareng Ulin. Itu pun kadang kalau pas Ulin nggak bareng pacarnya. Di sekolah juga Gita nggak pernah godain Gala lagi, Gita berusaha jaga jarak. Entahlah, Gita sebenernya bingung kenapa dia begitu. Sebenernya Gita nggak enak hati, dirinya harus tahu batas. Seharusnya dia tidak boleh terlalu dekat dengan Gala atau dengan siapa pun.

Bohong kalau Gita merasa baik-baik saja. Ia tidak cemburu. Oh jelas, Gita masih tahu batasan. Tapi seharusnya Gala memberinya kabar atau kalau memang ada acara lain tidak perlu memberinya harapan. Gita termenung, memangnya dia siapa harus berharap lebih. Dia kan cuma teman yang kebetulan tetangganya Gala.

Sudah seminggu Gita nggak pernah main ke rumah Gala. Gala yang biasanya nyamper ke rumah juga nggak pernah lagi nyamperin. Ginan bahkan mendiamkannya, entah karena apa. Ginan mendadak mengungsi ke tempat Gala.

Gita juga kini sering menghabiskan waktunya di luar rumah, kadang ikut kumpul di rumah Adul, kadang ikut di tempat Lilis, kadang bantuin Inul sama Poppi untuk masalah mading. Intinya sekarang ia jadi seksi sibuknya kelas. Sebenarnya karena Gita biar punya alasan nggak ke rumah Gala, soalnya Bunda Ndari suka nanyain kenapa jarang ke rumah. Padahal karena Gita canggung kalau harus papasan sama Gala.

Anak-anak kelas juga pada heran, tumben banget Gita ikut kumpul-kumpul. Soalnya Gita kalau pulang sekolah langsung pulang, jarang mampir buat main. Tapi mereka pikir karena Gita lagi nyari inspirasi karena bentar lagi mau ikut lomba untuk pertama kali. Mungkin Gita bisa nervous juga, jadi butuh sosialisai biar nggak kaget nantinya ketemu orang baru. Apalagi pasangannya Jeka yang sama-sama introvert. Udah pasti mereka berdua kayak anak kembar tak terpisahkan.

Dan sekarang, Gita lagi sibuk bikin poster untuk keperluan OSIS di teras depan rumah Poppi yang sekalian ngajak anak-anak yang lain pada kumpul buat malem Mingguan.

"Kenapa sih, Gita nggak jadi anak OSIS aja?" tanya Zidan tiba-tiba.

"Soalnya Gita anaknya mager. Elo tau kan tugas OSIS itu banyak banget." Adam yang menjawab pertanyaan Zidan.

"Tapi buktinya dia sering bantuin tugas OSIS. Nggak mager tuh?"

"Dan Zidan, elo pernah denger kan istilah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain?" tanya Poppi sok bijak. "Nah, si Gita ini kan punya tangan emas. Jadi harus dimanfaatkan dengan baik."

Gita cuma manggut-manggut mendengar kalimat Poppi barusan. Ia fokus memberikan sentuhan akhir di poster yang kini sudah selesai.

"Wuihh, hasilnya memang tidak pernah mengecewakan. Terima kasih Gitakuu," ujar Poppi lalu mencium pipi kiri Gita. Gita hanya balas dengan senyum kecil.

"Kenapa sih cewek sama cewek kalo sentuhan biasa aja, beda ma cowok, pasti pada ngiranya maho?" Zidan kembali bertanya.

"Sini. Elo mau gue cium juga, Dan?" tawar Jevi mendekat ke arah Zidan. Zidan langsung berlari menghindar.

"Yaelah Zidan cupu, padahal Jevi udah menawarkan diri!" seru Miki meledek.

"Tapi gue juga penasaran, padahal kan ya nggak apa-apa kan cium pipi doang. Gue juga sering liat bapak-bapak kalo ada acara suka cipika-cipiki. Nggak apa kan?" tanya Poppi kemudian.

"Ya beda dong Poppi sayang. Itu kan cium pipi kanan, cium pipi kiri. Pipi sama pipi, bukan bibir sama pipi. Dan bagi cowok normal kayak gue, cium pipi cowok pake bibir itu tuh gelaayy, ih geli." Miki berujar sambil bergidik hiperbolis. Ia jadi teringat pernah dicium Bambang. Adam dan Jevi ketawa mengiyakan.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang