52 - Ginan dan Prasangkanya

734 94 455
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya ya~

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

SAMPAI di teras lobi hotel yang ternyata hotel bintang lima. Gala langsung diberhentikan oleh karyawan di pintu masuk. Gala segera melepas helmnya, membuat beberapa pasang mata berhenti dan menatap Gala terpesona. Karyawan hotel pun mengerutkan kening. Dilihatnya penampilan Gala dari atas ke bawah lalu motornya. Tampang orang kaya. Ah—mungkin orang kaya gabut dengan pakaiannya yang santai.

"Saya cari adik saya."

"Oh, adik yang tadi maksa masuk itu. Dia nggak mau saya pulangin. Saya minta telepon orang tuanya, dia nolak. Katanya sepupunya ada di dalam. Tapi kami nggak bisa berikan informasi tamu ke orang lain meskipun itu sepupunya. Soalnya belum tentu adik ini beneran sepupunya atau bukan."

"Dia di mana?"

"Itu anaknya lagi meluk pohon." Karyawan hotel itu menggiring Gala ke pinggiran lobi. Ditunjuknya Ginan yang memeluk pohon palm kayak koala.

Gala menghela nafas. Dilihatnya Ginan yang masih berseragam SMP dan menggendong ranselnya setia memeluk pohon erat. Wajah Ginan merah padam seperti habis menangis.

"Gin..." panggil Gala pelan.

Ginan sontak melepaskan pelukannya dan langsung bangkit berdiri lalu menubruk Gala. Kembali menangis.

"Mas Gala, Gita di dalam."

Gala menepuk-nepuk bahu Ginan. "Ayo cari Gita."

Ginan segera menyeka air matanya dan membuang ingusnya menggunakan kaos Gala. Gala membiarkan saja. Sementara beberapa pasang mata yang dari tadi memperhatikan mereka kembali dibuat takjub dan heran. Gila sih kakak beradik visualnya bukan main.

Gala meminta izin masuk. Karyawan hotel akhirnya mengizinkan meski tidak bisa memberi tahu di mana keberadaan Gita. Gala segera membawa Ginan menuju meja resepsionis. Resepsionis hotel pun dibuat takjub dengan tampang Gala, berasa lihat pangeran dari negeri dongeng.

"Ada yang bisa dibantu?" tanyanya ramah.

"Saya mau jemput perempuan ini." Gala berkata sambil menunjukkan foto Gita di ponselnya. Foto yang pernah diambilnya diam-diam saat Gita berada di rumahnya. Sang resepsionis pun melihat foto yang ditunjukkan. Ah—perempuan ini yang datang bersama dua orang yang dikenalnya tadi. Karena cantik tentu saja mudah diingat.

"Mohon maaf, dikarenakan privasi, kami tidak bisa memberikan informasi apa pun."

Gala terdiam memperhatikan ekspresi si respesionis. Ternyata Gita memang berada di sini. Gala memutar otak lalu mengusap pelan hidungnya sendiri.

"Dia calon istri saya."

Ginan di samping Gala mengerjap begitupun resepsionis yang langsung syok. Bukannya tampang Gala masih pelajar sekolah menengah akhir, begitupun dengan perempuan tadi.

"Mohon maaf, tetap saja kami tidak bisa memberi tahu informasi apa pun, kecuali memang sudah ada janji sebelumnya."

Ginan segera menggandeng Gala, mau menangis lagi.

"Apa saya perlu lapor polisi karena calon istri saya diculik?"

Sang resepsionis dibuat bingung. "Mohon maaf tolong jangan buat keributan karena ada SOP yang berlaku."

Gala mengangguk lalu berniat mengontak bundanya. Tidak ada pilihan lagi. Segera dikontaknya bundanya tersayang dan baru deringan pertama langsung diangkat.

"Iya anakku sayang? Tumben nelpon? Mau minta pulsa?"

"Bunda, minta kontak yang punya hotel Lux Manna. Penting."

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang