53 - Jangan Ditahan

783 101 604
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya ya~ selamat membaca💜

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

PAGI jam setengah enam tepat, Jevi menjemput Gita di rumah. Alasannya sih biar bisa piket bareng, padahal aslinya karena Jevi udah kangen. Gita yang sudah memakai seragam namun masih bergelung handuk di rambut menyambut Jevi di depan yang tersenyum hangat. Gita mempersilakan Jevi masuk dan membawanya ke area dapur. Jevi memindai rumah Gita yang tampak sepi.

"Elo sendirian?" tanya Jevi begitu duduk di kursi ruang makan. "Saudara Ginan ke mana?"

"Di tempat Budhe," jawab Gita singkat. "Mau air mineral, susu, teh, kopi, air kelapa?"

"Teh boleh? And no sugar please."

"Bilang aja, teh aja gitu."

Jevi tertawa mendengarnya, kemudian memperhatikan Gita yang membuat dua gelas teh. Satu untuk dirinya dan satu untuk Gita sendiri. Gita mengangsurkan segelas untuk Jevi dan ikut duduk di seberang Jevi.

"Elo juga suka teh aja tanpa gula?"

"Gue sukanya es teh manis, tapi pagi-pagi minum es bikin ngantuk Jev."

"Oh ya?"

"Itu gue sih, sama kayak kopi bikin gue ngantuk, nggak tau kenapa."

"Elo berarti unik, Ta. Jadi kalo malem nggak bisa tidur, elo minum kopi?"

Gita mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Elo jemputnya nggak sekalian sebelum Shubuh?"

Jevi tertawa. "Besok mau dijemput sebelum itu?"

"Jev..."

"Becanda, Ta. Gue jemput elo sebelum tengah enam selama seminggu ke depan. Kan kita harus gantiin piket."

"Elo nggak capek anter jemput gue Jev? Gue—"

"Gue seneng, Ta. Elo bisa andelin gue kapan pun." Jevi berujar cepat memotong ucapan Gita. "Hidung elo nggak apa?"

"Oh ini?" tunjuk Gita pada hidungnya sendiri. "Nggak apa Jev, Gala udah bawa gue ke dokter."

"Syukurlah kalo gitu," balas Jevi sembari tersenyum.

"Elo mau sarapan di sini Jev? Ada sereal, roti, bakso, sup, ayam bakar?" tawar Gita. "Kalo mau nasi, gue masak dulu bentar."

"Elo yang masak?"

"Gue nggak bisa masak Jev, itu kiriman dari katering mama gue. Tapi masak nasi gue bisa kok sama nyalain microwave."

"Orang tua elo nggak tinggal di sini?"

"Ibaratnya tuh ini rumah kedua. Rumah utamanya di daerah Jaktim. Gabung sama katering bareng budhe gue juga di sana."

"Jadi elo cuma berdua doang sama saudara Ginan di sini?"

Gita mengangguk-angguk.

"Elo biasanya sarapan apa Ta?" tanya Jevi mengalihkan.

"Roti sama selai, sereal, nasi sisa semalem sama lauk yang ada di kulkas."

"Kalo roti panggang gimana? Pake bakso sama telur?"

"Bikin di microwave?" tanya Gita bingung.

"Pake pan Ta. Kompornya nyala kan?"

Gita mengerjap lalu memandang kompor tanamnya. Selama di sini ia tidak pernah menggunakannya. "Gue nggak bisa nyalain kompor."

Jevi menaikkan alisnya lalu tersenyum. "Boleh gue yang bikin sarapannya?"

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang