67 - Entah Mengapa

777 116 184
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

PELAJARAN seni musik di kelas 11 IPA 2 kali ini diisi dengan tes kelompok memainkan alat musik pianika dan seruling secara berpasangan menurut absen dengan membawakan instrumen lagu daerah. Murid-murid diberi waktu latihan tiga puluh menit.

Gita menatap Gala yang memainkan tuts-tuts pianika di sebelahnya, enggan menatapnya balik. Harusnya kan mereka latihan bareng karena dipasangkan dalam satu kelompok. Gita toel-toel juga dicuekin. Gala beneran marah. Gita lupa kalau Gala kan minta pulang bareng waktu itu karena pengen ngomong sesuatu. Padahal pulang dari Lombok, Gita langsung nyamperin Gala ke rumah sekalian kasih oleh-oleh tapi Gala diem aja di kamar. Gita samperin ke kamar, Gala menghindar ke kamar lain. Nggak mau ngomong apa-apa.

Akhirnya karena dicuekin terus, Gita menarik nafas panjang kemudian memainkan seruling yang sudah lama tidak ia mainkan. Tapi berhubung dia pernah main jadi ada ingatannya sedikit dan nggak kaku-kaku amat, lumayan nanti penilaiannya bisa oke. Setelah latihan satu kali, Gita menangkupkan wajahnya di atas kertas not balok menatap Gala yang masih memainkan pianika. Entah melodi apa tapi mengalun indah membuat Gita mengantuk. Gita mengedip-ngedipkan matanya dan memegang lengan Gala untuk berhenti bermain. Tapi Gala tetap lanjut aja, membuat Gita gregetan dan langsung mencabut selang penghubungnya. Gala terdiam dan menatap Gita tajam. Gita segera menegakkan badannya kembali lalu mendekat ke arah Gala sambil memasang muka melas.

"Maaf, Gal."

"Jauh-jauh. Entar suami lo marah!" usir Gala dengan sadisnya sambil menggeser tubuhnya menjauh.

"Gal..."

Gala diam. Hanya terdengar suara berisik dari anak-anak lain.

"Biar elo nggak marah bilang, Gal."

"Jauh-jauh."

"Tapi ada penilaian entar, kita belum latihan berdua."

Gala kembali menatap Gita tajam lalu mengangkat tangannya. "Pak Agus kita bisa mulai penilaiannya sekarang. Kita udah siap."

"Eh?" Gita mengerjap ketika ruang musik mendadak hening. Ini baru sepuluh menit. "Gal?"

"Oh iya, silakan Gala Xy dan Gitania maju ke depan. Mari kita sambut anak-anak."

Kompak anak-anak yang lain tepuk tangan. Gala duluan maju ke depan disusul Gita yang menyusul dengan gugup. Gita menggenggam erat serulingnya, dilihatnya not balok seksama. Oke, lagunya mudah tapi tetap saja Gita butuh latihan beberapa kali bukan hanya satu kali. Gita melirik Gala yang dengan tenang duduk di sebelah Pak Agus.

"Boleh ad-lib kan Pak Guru?"

"Boleh sekali, Gitania."

Gita segera duduk di sebelah Gala lalu menarik nafas panjang dan mulai meniup seruling memainkan melodi Rasa Sayange. Semuanya tahu Gala tidak membaca not, Gala hanya mengikuti temponya Gita dan memandang Gita yang serius melihat kertas not.

"Gue baper masa." Suci berbisik di sebelah Zidan.

"Gue juga, Ci. Abis ini kita yang maju aja. Biar bapernya terobati."

"Boleh, boleh."

Jevi yang mendengarnya tersenyum. Jevi tahu Gala menjauhi Gita sekarang. Gala pasti ingin cepat-cepat kabur dari Gita. Dan benar saja, begitu lagu selesai dengan baik Pak Agus mempersilahkan yang sudah penilaian untuk keluar karena waktunya bertepatan dengan istirahat pertama selepas pelajaran seni musik. Gala mengangguk singkat dan langsung keluar meninggalkan Gita yang menghela nafas lega.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang