48 - Satu Ranjang

1K 108 365
                                    

Dari judulnya ada yang bisa nebak apa yang akan terjadi? #emotbatu 

Jangan lupa komentar tiap paragraf ya, biar mudah dibaca reaksi kalian.

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

MINGGU malam, Gita lagi berkutat ngerjain tugas biologi. Tiba-tiba Gita teringat Gala. Tadi siang Gita ditelepon Bunda Ndari, menginfokan kalau Bunda Ndari pergi ke luar kota dan menitip pesan agar jaga kesehatan selalu. Sudah begitu saja, tanpa menanyakan atau meminta sesuatu yang lain.

Jadi... Gala di rumah cuma sama Bu Yati, Mbak Ifah, sama Kang Ujang aja. Ah—bersama Ginan juga. Ginan juga entah kenapa belum mau pulang dan masih mendiamkannya. Padahal Gita sudah mengirim pesan untuk Ginan kalau persediaan makanan sudah dia habiskan sendiri. Tapi Ginan justru mengabaikannya. Sepertinya Ginan salah paham, tapi Gita juga malas menjelaskan kesalah-pahaman yang terjadi. Biar aja Ginan mikir macam-macam. Toh Gita tidak berbohong. Tapi Gita pengen ketemu Gala. Kenapa susah banget ya mau nemuin Gala. 

Gita mendesah panjang. Ya mungkin lebih baik begini atau sama sekali nggak baik?

Selesai mengerjakan tugas, Gita pergi ke minimarket di seberang komplek. Dia butuh eskrim buah, sesuatu yang asam. Gita berjalan sendirian di malam hari, padahal biasanya Gala bakal memaksa ikut sambil muterin komplek terus bahas hal-hal random. Ternyata ada saat-saat Gita mengingat momen yang nggak penting itu dan membuat Gita tersenyum mengingatnya.

Setelah selesai jajan dan nongkrong sendirian sambil makan es krim, Gita memutuskan pulang. Dan baru sampai di depan komplek, tiba-tiba lampu-lampu rumah mati, meninggalkan cahaya remang karena hanya lampu jalanan yang menyala. Gita sempat kaget sebentar dan buru-buru pulang. 

Sampai di depan pintu rumah, Gita mengatupkan bibir karena lupa meninggalkan ponsel di kamarnya. Mau masuk takut karena pasti gelap gulita, biar dia suka nonton horor tapi tetap saja dia merasa takut sesuatu yang lain bisa aja muncul di dalam kegelapan tanpa penerangan. Kemudian Gita menghela nafas panjang dan berbalik lalu berlari melompat-lompat kayak tupai. Bukannya masuk ke dalam rumah, ia malah menyeberang menuju rumah Gala yang lampunya baru menyala.

Belum sempat Gita mengucapkan salam, Kang Ujang yang baru menyalakan genset lebih dulu keluar.

"Eh—Neng Gita bikin kaget saya aja. Kenapa baru main lagi ke sini atuh Neng?" tanya Kang Ujang tiba-tiba.

"Sibuk Kang."

"Sibuk naon atuh Neng? Biasa juga gegoleran di sini."

Gita tertawa. "Kang, mau eskrim? Atau coklat? Atau air kelapa?" tawar Gita kemudian.

"Aduh makasih Neng, tapi tidak usah, saya mau ngecek ke depan."

"Oke deh."

"Masuk aja Neng, Mas Gala ada di kamar."

"Ginan?"

"Mas Ginan bukannya ngekos ya Neng deket sekolahnya? Katanya biar nggak kejauhan dari sini, kan bentar lagi mau ujian, udah mulai les segala macem. Biar nggak cape di jalan. Baru tadi sore Mas Gala anter Mas Ginan ke sana. Mas Gala juga yang kemarin bantu cari kos-kosannya."

Gita terdiam mendengarnya, baik Ginan maupun Budhenya tidak memberi tahu apa pun. Gita hanya mengangguk singkat ketika Kang Ujang pamit undur diri mau ke pos satpam. Gita termenung di teras depan rumah Gala sebentar sebelum berbalik pergi. Baru tiga langkah, Mbak Ifah sudah berteriak memanggil.

"Sebesty tolong diriku!"

Gita menoleh dan menatap Mbak Ifah dengan pandangan tanya.

"Mbak Ifah, diriku punya es krim sama coklat buat Mbak Ifah."

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang