7 - Obrolan Anak Pintar

1.1K 123 7
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

JAM menunjukkan pukul delapan malam lewat lima belas menit waktu Indonesia bagian barat atau lokasi tepatnya ada di daerah Jakarta Selatan. Di kamar minimalis yang tertata rapi, Gita menangkupkan wajahnya di meja belajar. Ia telah menyerah mengerjakan soal-soal fisika untuk remedial besok. Otaknya benar-benar panas dan buntu. Ditambah beberapa hari belakangan ia dihantui rasa bersalah karena masih kepikiran Gala.

Ya, Gala bahkan nggak ada bicara semenjak insiden olahraga dan baju seragam yang Gita hilangin kancingnya. Gita sampai nggak berani buat balikin baju seragam yang sudah dijahit pasang kancing cadangan yang selalu tersedia di lokernya secara langsung ke Gala. Gita cuma menitipkan lewat Jeka. Bahkan Gita juga jadi sungkan buat godain Gala lagi. Dia benar-benar nggak habis pikir, ada gitu manusia jenis Gala yang dinginnya bener-bener bikin gerah. Udah minta maaf aja nggak dijawab, kan nggak enak didiemin. Dan Gita masih punya harga diri buat nggak ngemis-ngemis permintaan maaf. Jangan deh! Kadang dia suka nggak bisa kontrol diri, takut bikin masalah lainnya lagi. Cukup sudah dia nggak mau dekat-dekat Gala. 

Tapi gimana dengan si hantu rasa bersalah yang terus menghantui. 'Hayo belum dimaafin...' begitu kira-kira yang ada di pikiran Gita dan juga misinya untuk mengenalkan si kapten voli untuk Amina membuat Gita overthinking. Jadinya ia bertekad, harga diri itu nggak diperlukan untuk orang yang sudah berbuat salah. Besok dia harus meminta maaf lagi dan membuat Gala memaafkannya. Pokoknya harus sampai dapat kata 'dimaafin'.

Gita menghela nafas panjang dan menegakkan badan lalu membuka ponselnya yang dari tadi ia abaikan. Ada pesan dan panggilan tak terjawab dari Inul yang memintanya menelepon balik. Gita pun langsung menelepon balik Inul. Tepat di dering ketiga Inul mengangkatnya.

"Ada apa wahai saudari Inul?" tanya Gita langsung.

"Elo dari mana ke mana deh Ta? Susah banget dihubungin." Inul balik bertanya di seberang telepon.

"Belajar buat remed besok."

"Ah, fisika ya? Elo belajar kisi-kisi yang kemaren gue kasih?"

"Iya." Gita membalas singkat. Padahal ia pengen bilang, kisi-kisi dari Inul dia sama sekali nggak ngerti tapi males ngomongnya. Nanti pasti bakal disuruh beralih ke video call, terus dia bakal dapet kuliah yang panjang. Kan males banget, otaknya udah nggak sanggup.

"Oke, gue langsung aja deh. Sampul buat majalah bulanan sekolah bisa tolong elo yang buat, sekalian sama komik bersambung? Banyak yang minta cerita baru setelah elo hiatus. Mereka pada kangen cerita elo yang lucu. Gimana? Mau ya? Soalnya bulan ini gue lagi buntu banget."

"Bulan lalu juga elo buntu, terus bulan-bulan lalunya juga buntu, terus bulan taun lalunya apalagi. Buntu juga."

Di seberang Inul tertawa. "Iya sori, abis otak sama tangan gue nggak sekreatif elo. Tema kali ini lingkungan hidup, detailnya gue omongin besok. Soal komik bulan ini, bisa agak panjangan Ta? Sekitar tujuh halaman?"

"Besok elo ngapain ke sekolah? Ikut remedial?" tanya Gita bercanda. Ia tahu, mana mungkin seorang Inul remedial fisika.

"Gue mau nemenin elo remed."

"Baiknyaaa, gue jadi terharu."

"Sebenernya sih ada urusan OSIS juga."

"Tanggal merah masih juga OSIS, ckckck." Gita berdecak. "Nggak bosen dari Senin sampe Jum'at OSIS mulu? Ditambah hari libur juga?"

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang