34 - Sebaik dan Sepolos Itu

1K 113 241
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

SEPERTI kata Jeka, Gita sebaik itu. Iya, hari Minggunya Gala disuruh pulang oleh Gita. Meski bukan bundanya yang menyuruh, tapi Gala lega karena Gita tidak marah dan seolah merasa tidak terjadi apa-apa. Gita bahkan menanyakan keadaan kepalanya karena kemarin sempat membentur atap kayu gazebo. Dan ketika Gala bilang—yang sebenarnya berbohong— jika kepalanya benjol, Gita langsung mengusap-usap kepala Gala dengan raut khawatir di sofa ruang keluarga.

"Sori ya Gal, gara-gara gue, elo jadi diusir."

Nah ini, baiknya sih kebangetan. Padahal Gala yang salah tapi Gita yang minta maaf. Gala hanya diam, sambil menikmati ekspresi khawatir Gita ketika mengusap-usap kepalanya dengan lembut. Apa Gita tidak sadar, perlakuannya ini menimbulkan efek dahsyat di dirinya.

"Gue yang harusnya minta maaf, udah buang es kopyor ke badan elo. Maaf, Ta."

Gita tertawa kecil, menghentikan usapannya lalu menatap Gala tepat di manik hitamnya. "Dibawa mandi, ilang kok lengketnya."

Gala mengerjap. Lengket dibawa mandi. Otaknya kenapa mendadak konslet. Gala spontan batuk-batuk, membuat Gita mengernyit bingung. Gala lalu memalingkan muka. Mendadak gerah dan segera bangkit berdiri, namun lengannya langsung dicekal Gita.

"Elo nggak marah ke gue kan Gal?"

"Buat apa gue marah ke elo, Ta. Harusnya elo yang marah ke gue. Gue yang salah." Gala berujar pelan sambil menarik nafas panjang lalu kembali duduk agak jauh dari Gita.

"Gue nggak marah Gal, kan elo takut kadal. Pasti elo lebih kaget karena tiba-tiba ada yang ngerambat. Hiiiyy!" seru Gita sambil bergeser mendekat ke arah Gala, menakut-nakuti seperti zombie yang jatuhnya malah lucu.

Gala hanya tertawa dan mencoba kembali bergeser. Namun karena duduk di ujung sofa, Gala tidak bisa menghindari Gita pergi menjauh. Takut dikira marah. Padahal Gala benar-benar grogi sekarang.

"Setakut itu ya sama kadal?"

Gala mengusap pelan hidungnya dan mengangguk.

Gita kini menepuk-nepuk bahu Gala. "Gue yang salah Gal. Gara-gara gue, si kadal kehilangan ekornya. Coba nggak gue remes sama gue lempar."

Gala mengernyit. Jadi, Gita kemarin menangis karena nggak sengaja ngeremes sama ngelempar si kadal. Ternyata Gita benar-benar berperikebinatangan, padahal kan ekor si kadal bisa tumbuh lagi. Gita menggemaskan sekali.

"Ta..."

"Hm?"

"Soal si kadal nggak usah dipikirin," ujar Gala menenangkan. "Elo tau kan apa itu regenerasi?"

"Iya Gal, gue tau..," balas Gita sambil menautkan jari-jari tangannya. "Tapi harusnya nggak gue remes sama main lempar gitu aja, kan bisa gue pinggirin. Tapi gue keburu kaget gara-gara dia julurin lidahnya."

Setelah mengatakan itu Gita bergerak gelisah lalu menoleh kanan dan kiri.

"Ta..." Gala memisahkan tautan jari Gita, dibuka telapak tangannya lalu diajak salaman. Gala mengernyit karena telapak kanan Gita sangat dingin. Apa semerasa bersalah itu Gita pada si kadal.

Gala mengusap-usap punggung tangan Gita memberi kehangatan, membuat Gita terdiam melihat perlakuan Gala.

"Ta, liat gue."

Gita mendongak menatap Gala yang tersenyum menenangkan.

"Semuanya baik-baik aja. Okay?"

Gita mengangguk lalu tersenyum.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang