9 - Bintang Jatuh

1K 119 11
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

GITA menyusul Gala yang lagi jalan menuruni tangga. Gita memegang origami bintang di tangannya dan menarik nafas panjang menyiapkan mental. Beneran Gala bisa sadis, sekalinya ngomong panjang lebar tapi menusuk jiwa dan kalbu. Untung mental Gita kuat dan nggak baperan, jadi masih bisa dimaklumi. Toh juga ucapan Gala memang benar.

"Gala..." panggil Gita pelan. Gala dan Cahya kompak menoleh menatap sumber suara di atasnya. Cahya terpana melihat Gita yang terkena sinar mentari pagi, berasa lihat bidadari turun dari langit.

Gita perlahan menuruni tangga yang menuju ke lapangan rumput. Namun karena gugup, di lima anak tangga terakhir lagi-lagi Gita kesandung kakinya sendiri. Refleks Gala langsung menangkap Gita, begitupun Cahya yang meski kalah cepat dari Gala namun sudah siaga di belakang Gala.

Posisi kali ini jauh lebih memalukan dari pelukan pertama, meski Gala tidak ikut terjungkal tapi posisi Gita dipeluk dari pinggang dan Gita secara refleks juga memeluk kepala Gala. 

Gala terlihat kaget begitupun Gita tak ketinggalan Cahya. Gala mengurai pelukannya dan menurunkan Gita sedikit menyentak pelan.

"Elo—" Gala mengusap wajahnya frustasi. "Elo punya mata tuh dipake. Apa elo seneng jatuh ke pelukan gue setiap saat? Seharusnya elo jaga keseimbangan kalo tau bakal jatoh. Elo nggak bisa jaga diri?!"

"Gal..." Cahya menengahi, merasa kasihan pada Gita yang memegangi dadanya terlihat syok dan gemetar. "Harusnya elo tanya keadaan dia dulu."

"Keliatannya emang dia gimana? Luka-luka? She's fine." Gala lalu berbalik badan meninggalkan Gita dan Cahya.

Cahya menggaruk tengkuknya, bener-bener Gala terlalu. Cahya mengenal Gita? Tentu saja, tapi belum tentu Gita mengenal dirinya. Mereka nggak pernah ngobrol bahkan untuk sekedar tegur sapa.

"Elo nggak apa? Perlu gue gebukin Gala ngewakilin elo?" tanya Cahya mencoba mencairkan suasana. Gita tersenyum tipis, lalu menarik nafas panjang.

"I am really fine." Gita lalu menunduk mencari bintangnya yang jatuh.

"Nyari apaan?" tanya Cahya lagi.

"Bintang jatuh."

"Hah? Pagi-pagi gini ada bintang jatuh. Emang keliatan?" Cahya bertanya keheranan.

"Ada." Gita lalu jongkok setelah menemukan origami bintangnya. "Nih bintangnya udah ketemu," lanjut Gita lagi tersenyum manis yang seketika membuat Cahya batuk-batuk terpesona. Tanpa menunggu respon Cahya, Gita berlari menyusul Gala yang sudah duduk di bangku panjang pinggir lapangan yang fokus benerin lensa dan setting kamera dslr.

"Gal, sori buat yang tadi." Gita mengusap lengannya, berdiri di sebelah Gala. "Sori juga buat yang kemaren-kemaren." 'Elo tau nggak tiap malem gue dihantui sama elo'. Tapi Gita nggak berani buat ngutarain.

Gita menatap Gala yang tak kunjung meresponnya. Sabar... sabar... sabar... ternyata ngadepin si tengil Bambang masih mending daripada si kutub utara Gala. Gita meraih tangan kanan Gala, Gala mendongak kaget dan dengan cepat Gita meletakkan origami bintang di telapak tangannya Gala.

"Ini bintang permohonan tanda rasa bersalah karena kejadian yang udah-udah. Elo bisa pake ini buat minta apa aja ke gue, pasti bakal gue kabulin. Asal mintanya yang sesuai sama kapasitas gue."

Setelah mengatakan itu, Gita buru-buru kabur tanpa menunggu tanggapan Gala. Gala termenung sejenak menatap Gita yang berlari-lari kecil menaiki undakan tangga. Setelah tubuh Gita tak terlihat, Gala kembali memperhatikan origami berbentuk bintang yang dibuat dari kertas contekan yang dikasih Adam.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang