11 - Ketiduran

1K 122 5
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

Dunia itu sempit. Istilah yang cocok untuk menggambarkan situasi Gita saat ini. Ini beneran Uday si kapten voli SMA Bhumi Kita? Atau Mobi Hudayana yang lain? Ingatan Gita yang samar belum pernah bertemu makhluk ini di sekolah. Atau sebegitu nggak pekakah dirinya?

"Elo nggak apa-apa?" tanya Uday melirik Gita yang mendadak diam karena Bunda Ndari izin sebentar menemui temannya di luar.

Gita balas mengangguk.

Uday ikutan mengangguk-angguk, tadi ia diceritakan secara singkat oleh Bunda Ndari tentang pertemuan dengan Gita.

"Beneran nggak apa-apa?" tanya Uday lagi sembari tersenyum.

Gita kembali mengangguk.

"Elo sariawan?"

Gita mengerjap lalu menggeleng kemudian menunduk. Ia canggung kalau bertemu orang baru, apalagi cowok.

"Coba berdiri terus elo jalan dari sini ke sana." Uday menunjuk ujung dinding kiri lalu ke dinding kanan.

Gita mengerutkan kening. Tidak mengerti.

"Perlu gue bantu contohin?"

"Eh?" Gita tampak kaget tidak mengerti. "Buat apa?"

"Pengen liat elo beneran manusia yang bisa napak terus jalan atau jangan-jangan perempuan jadi-jadian yang sukanya melayang-layang kayak Mbak Kun—"

Gita langsung berdiri lalu berjalan, menuruti kata Uday tadi. Bukan karena ia takut, tapi karena kesal disamain sama makhluk astral.

"Udah gue duga." Uday bangkit berdiri. "Tunggu sini bentar."

Gita kembali mengerutkan kening, lalu kembali duduk. Bingung dengan situasi saat ini. Tak berapa lama Uday kembali dengan sebaskom es batu juga handuk kecil.

"Sori, elo bisa tolong lepas sepatu sama kaos kaki elo?" pinta Uday sopan.

Gita lalu mengerti apa yang dimaksud Uday. "Eh—gue nggak apa-apa beneran."

"Tapi gue liatnya elo kenapa-kenapa." Uday lalu jongkok berlutut di hadapan Gita yang duduk. Tatapan Uday jatuh pada lutut Gita yang lecet lumayan parah hampir sobek namun sepertinya hanya dibilas dengan air.

"Perlu gue bantu lepasin?" tawar Uday.

"Gue beneran nggak apa-apa." Gita menatap Uday tajam. Nih cowok bener-bener deh, seenaknya sendiri.

Uday balas menatap dengan sorot lembut dan hangat. "Fine, kalo gitu ayok kita ke rumah sakit. Biar jelas."

"I know my body and I am feeling okay."

"Okay, kalo gitu sori." 

Tanpa Gita sangka, tangan Uday bergerak cepat memegang tumit kanan Gita yang masih beralaskan sepatu lalu memutarnya sedikit keras membuat Gita mengaduh tertahan dan refleks memegang pundak Uday. Mata Gita berkaca-kaca, sementara Uday tersenyum meledek.

"Gue beneran nggak apa-apa." Gita berujar pelan sembari menunduk. Uday menghela nafas, ternyata keras kepala juga nih cewek.

"Kalo gitu terpaksa gue buka paksa. Gimana?"

"Oke, gue bisa lepas sendiri." Gita lalu melepaskan sepatu dan kaos kakinya. Kanan dan kiri. Sebelum Uday benar-benar melepaskan secara paksa.

"Good girl." Uday tersenyum kecil lalu berdiri. "Sekarang tolong selonjorin kakinya ya ke sofa."

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang