58 - Makan Malam

757 108 669
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

RENJANA atau Jana.

Tentu saja Gita tahu, kan pernah di-stalking. Seorang murid dari sekolah seni ternama yang wajahnya sering menghiasi tabloid dan majalah karena prestasinya. Menguasai berbagai jenis alat musik mulai dari piano, gitar, flute, biola, saksofon, serta electone.

Kece banget kan si Jana ini. Apalagi Jana juga kelihatan ramah nggak seperti difoto. 

Gita tersenyum tipis. "Gue Gita dan gue bukan pacarnya Jeka, tapi mama angkatnya."

Jana mengerjap sementara Jeka ketawa ngakak sambil mengusap pipi Gita yang tadi ditampar Ayu.

"Iya Jan, gue anaknya dia. Nih kita lagi kencan antara mama dan anak."

Jana kembali mengerjap dan ganti menatap Jeka sambil senyum. "Elo masih tetep lucu Ka."

"Emang." Jeka balas dengan senyuman juga, lalu menggandeng Gita sambil melirik Gala yang menatapnya tajam. "Kita mau kencan ke haunted house sekarang. Pada mau ikut?"

"Kita mau ma—"

"Yuk."

Jana mengerutkan keningnya mendengar ucapan Gala barusan, namun tak menolak ketika Gala mengikuti Jeka yang membawa Gita menuju rumah hantu.

***

Rencananya tadi memang Gita minta diajak Jeka untuk mampir ke haunted house. Lokasinya tak jauh dari gedung pertunjukan. Gara-garanya Jeka bilang sensasinya bener-bener beda dari nonton film horor, jadinya Gita penasaran pengen lihat.

"Yakin berani?" tanya Jeka pada Jana.

"Yang jadi hantu kan masih manusia. Gue nggak takut." Jana berkata penuh percaya diri.

"Mau sama Gala atau gue?" tawar Jeka. "Soalnya di dalem kayaknya bakal heboh."

"Gue tetep sama Gala, Ka. Lagian cewek elo masa ditinggal."

"Gita lebih berani dibanding gue, Jan." Jeka menyombongkan Gita. "Bahkan dia tanpa siapa pun berani masuk sendiri."

"Tetep aja dia cewek, jangan dibiarin sendirian."

"Iya-iya, kita masuk barengan."

Gita memperhatikan Jeka yang tampak banyak bicara dengan Jana, sepertinya mereka benar-benar dekat. Tapi kenapa Gala malah yang lebih kalem. Meski tidak dingin.

"Oke, kalo gitu kalian di depan. Gue sama Gita di belakang kalian."

"Kenapa harus gue yang di depan?" tanya Gala akhirnya.

"Ya udah kita duluan biar kalian nggak takut."

"Mereka ngeremehin kita, Gal. Siapa takut kalo di depan." Jana kemudian menyeret Gala masuk duluan.

"Elo beneran nggak apa, Ta?" tanya Jeka menatap pipi Gita yang masih terlihat kemerahan bekas tamparan tadi. Kemudian Jeka mengusapnya lembut.

Gita tersenyum menenangkan. "Elo nggak nyium bau gosong dari tadi, Ka?"

"Hah?" Jeka mengerjap bingung kemudian tertawa.

"Pipi gue yang ditabok, tapi yang panas hati gue. Ini malah tambah kebakaran. Udah gosong kayaknya."

Jeka tambah mengeraskan tawanya. "Elo emang lucu, Ta."

"Iya, tau."

"Mau gandeng?" tawar Jeka mengulurkan tangan yang tadi digunakan untuk mengusap pipi Gita. "Walaupun nggak butuh gandeng, tapi takut elo diculik di kegelapan. Sama siapa tau bisa dinginin hati elo yang kebakaran, biar bikin kebakaran hati yang lain."

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang