60 - Sayang yang Nyaman

762 112 570
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

JEVI tidak segera membawa Gita pulang melainkan beneran dibawa ke kamar lantai paling atas di hotel yang sama. Sebuah ruangan privat seperti penthouse yang memerlukan kartu akses. Gita duduk di sofa dan memandang pemandangan di luar jendela yang menampilkan pemandangan kota Jakarta yang ramai, tidak pernah sepi.

"Mau makan, Ta?" tawar Jevi duduk di sebelah Gita.

Gita menggeleng pelan.

"Maunya apa? Mau gue?"

Gita tersenyum menoleh ke arah Jevi. "Mau tidur, Jev."

"Pusing?"

Gita mengangguk.

"Sini pijitin." Jevi membawa kepala Gita untuk bersandar. Lalu Jevi menyetel musik klasik kemudian dipijatnya kepala Gita dengan lembut dan tak butuh waktu lama Gita jatuh tertidur.

Gita terlihat menggigil dalam tidurnya, Jevi segera mengangkat tubuh Gita dan dibawanya masuk ke kamar dan ditidurkannya Gita di sana. Jevi kemudian menyelimuti Gita dan diusapnya pelan pucak kepala Gita.

"Elo memang hebat, Ta." Jevi tersenyum, dipandanginya Gita lekat sebelum berlalu pergi dan menutup pintu kamar.

***

Gita tertidur cukup lama dan dia terbangun dengan linglung, perutnya masih sakit dan mual tapi tidak bisa dimuntahkan. Gita kemudian menyibak selimut dan berjalan keluar kamar, dieratkannya jas Jevi yang masih terpakai. Ruangan luas di hadapannya kosong. Bisa Gita lihat ada dapur dan ruang tamu yang menyatu seperti apartemen. Lalu Gita tersadar sesuatu melihat plakat nama di dinding bertuliskan...

Elean Hotel.

Elean kan nama belakangnya Jevi, apa ini hotel keluarganya Jevi? Tapi tunggu... Hotel?

Gita menepuk dahinya. Bisa-bisanya dia baru sadar dibawa ke kamar hotel. Dan dia baru sadarnya sekarang. Pasti dia benar-benar merepotkan Jevi. Gita segera mencari ponselnya, meraba-raba tubuhnya sendiri. Tidak ada apa pun, bahkan uang recehan saja tidak ada. Oh iya, dia tinggalkan di rumah.

Gita memutuskan duduk kembali di sofa. Menatap langit sore di hadapannya. Memikirkan dirinya dan juga Jevi. Jevi yang sangat baik dan suka membawanya ke tempat tak biasa. Mampir ke Bandung hanya karena Gita bilang suka tahu susu Lembang di helikopter. Jevi selalu memberikan apa yang Gita suka. Jevi yang pengertian. Jevi yang penyayang. Beruntung banget cewek yang disayang Jevi. Ah, itu dirinya kan? Gita juga sayang sama Jevi. Bukan sayang sebagai teman tapi seseorang. Gita merasa nyaman bersama Jevi, tapiii... ada perasaan aneh yang Gita tidak mengerti.

Gita tidak berdebar seperti saat bersama Gala.

Padahal kata Uday kalau jatuh cinta itu ada perasaan nyesek dan berdebar. Apa itu berarti dia mencintai Gala?

Gita menggelengkan kepalanya. Nggak mungkin. Oke, bukan nggak mugkin, tapi jangan. Nggak boleh.

Gita selama ini sudah menjaga jarak, berhubungan sama Gala aja seperlunya. Kalau nggak perlu, ya nggak akan berhubungan. Tapi tadi Gita juga merasakan debaran jantung Gala ketika dia menubruk Gala, juga sentuhan Gala di kedua bahunya membuat Gita berdebar. Sementara Jevi yang memperlakukan dia dengan hati-hati dan kasih sayang, Gita justru tidak merasakan apa-apa di dirinya. Nyaman iya, tapi biasa aja.

Gita mengacak-acak rambutnya. Bingung dengan perasaan yang dialaminya. Gita kemudian merebahkan dirinya ke sofa menghadap kanan, masih menikmati sinar jingga dari luar.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang