20 - Tetangga Masa Gitu

1K 110 15
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

GITA baru sampai rumah selepas maghrib, soalnya mampir dulu ke mana-mana. Baru membuka pintu depan, Gita melihat sepupunya—Ginan lagi gegoleran di sofa ruang tamu sambil main game online di ponsel.

"Baru pulang Dik Gita."

Gita langsung melemparkan tasnya ke perut Ginan yang seketika mengaduh dan langsung bangkit duduk.

"Dasar adik tidak tau diri! Tidak tau sopan santun sama Kangmas!"

Gita duduk di sebelah Ginan, enggan menanggapi sepupunya yang beda dua tahun di bawahnya. Ginan itu definisi sepupu tengil yang hobi mengusik dirinya. Maunya dipanggil 'Mas' karena merasa lebih senior lahir dari kakak mamanya alias si Ginan itu anak dari budhenya. Tapi Gita ogah manggil 'Mas', soalnya nggak pantes karena Ginan masih bocah SMP.

"Mandi sono, bau atceem lo nempel-nempel gue." Ginan berujar sambil beringsut duduk menjauh. "Eh, gue kayak kenal sama ini jaket." Ginan kembali mendekat ke arah Gita sambil memicingkan matanya.

"Nan Ginaaan, tolong anterin ini dong ke Mbak Ifah!" terdengar suara dari dapur.

"Gita aja Buuu. Ginan mendadak pengen beol," balas Ginan buru-buru memegangi perutnya dan berlari masuk ke toilet di sebelah dapur.

Gita segera menghampiri Lastri—sang Budhe yang sibuk menyusun kotak makanan.

"Kamu baru pulang Ta?" tanya Lastri basa-basi. "Tolong anterin ini sebentar ya, abis itu kamu makan."

"Rumahnya yang mana Budhe?" tanya Gita sambil mengambil segelas air minum dan meminumnya.

"Itu rumah di seberang, blok A nomor tujuh."

Gita mengangguk-angguk. "Itu tester Budhe?"

"Iya, katanya mau coba buat acara syukuran gitu. Nanti bawanya hati-hati ya, soalnya ada yang berkuah." 

Gita menerima kotak makanan bersusun yang agak berat. Budhe dan mamanya memang mengelola usaha katering. Katering yang cukup besar dan tempat usahanya ada di tempat lain. Makanya, Gita lebih sering ditinggal berdua di rumah bareng Ginan.

"Yaudah Gita anterin dulu."

Lastri mengangguk lalu kembali sibuk membersihkan meja makan. Tak berapa lama Ginan keluar dari toilet.

"Gita udah keluar Bu?"

"Kamu udah selesai beol? Cepet amat. Kalo gitu susul Gita sana, gantiin dia bawain."

"Ginan nggak jadi beol karena mendadak nggak pengen keluar." Ginan balas santai sambil duduk di kursi meja makan. "Biar Gita aja yang nganterin, sekalian silahturahmi. Tetangga masa gitu. Nggak pernah sosialisasi."

"Di sini Jakarta Nan." Lastri balas tak kalah santai. "Lagian kayak nggak kenal sepupumu aja."

Ginan tahu, sangat tahu malah kalau Gita memang anti sosial walaupun nggak parah banget. Ya, sepupunya cuma malas bersosialisasi. Gita nggak pernah keluar rumah kalau nggak urgent. Gita juga nggak pernah berbaur sama tetangga. Seperti kata ibunya, di sini Jakarta. Tetangganya nggak bakal sibuk tanya-tanya atau pengen tahu urusan rumah tangga orang lain. Mereka cuma menyapa seperlunya kalau bertemu di jalan. Benar-benar lingkungan yang cocok buat makhluk kayak Gita.

***

Sambil jalan santai lebih kehati-hati, Gita menuju rumah yang terletak beberapa meter di seberang. Gita mencari rumah bertuliskan A7 dan langkah Gita mendadak berhenti. Jadiii... Rumah yang dituju itu rumah Gala.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang