14 - Karena Penasaran

1K 117 12
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

Gala hanya menanggapi ucapan Adam dengan ekspresi datar seperti biasa, membuat Adam geleng-geleng tak habis pikir. Adam kembali main game sambil dilihatin Adul yang menahan tawa, sementara Gala duduk menjauh di kursi dekat kolam sambil liatin air di kolam renang. 

Hening yang lama melanda membuat Adam frustasi. Masa harus bahas topik pelajaran mulu, kan bosen. Sekali-sekali pengen bahas cewek juga. Adam lalu menghentikan main game-nya.

"Gue juga tau elo nggak sedingin itu ke Gita. Kalo elo ngerasa nggak nyaman udah dari jauh hari elo libas si Gita. But now, elo bahkan mulai perhatian kan? Buktinya jaket yang elo pake tadi gue yakin elo kasihin ke Gita."

Gala yang cukup jelas mendengarnya akhirnya menoleh lalu tersenyum tipis. Ia tahu Adam itu paling pintar baca situasi. Di saat yang lain nggak sadar, Adam justru yang paham mulai dari hal kecil sekalipun.

"Gue baru tau kalo elo ternyata sekepo ini." Gala akhirnya menanggapi ucapan Adam. 

Adam tersenyum. Ternyata selain mata dan ingatannya yang tajam, pendengaran Gala juga nggak kalah tajam.

"Sayang banget modelan Gita dianggurin gitu." Adam lalu menoleh ke arah Adul yang diam menyimak sambil ngemilin stroberi. "Iya nggak Dul?"

Adul mengangguk-angguk.

"Yaudah kalo gitu elo pacarin aja."

"Boleh?" tanya Adam lalu ketawa, beralih ikutan ngemil bareng Adul. "Kita berdua nggak tertarik macarin anak kelas kecuali Gita tiba-tiba pindah kelas, walaupun nggak mungkin dan kalopun mungkin gue juga nggak rela kehilangan temen kayak Gita."

"Temen yang bisa elo manfaatin buat kerjaan OSIS, gitu kan?" sindir Gala sarkas.

"Punya tangan emas sama otak kreatif kalo nggak dimanfaatin buat apa Gal? Lagian dia juga nggak keberatan." Adam balas santai. "Aduh Mas Gala udah mulai posesif jadi sungkan mau manfaatin Prameswari lagi."

Adul langsung senyum-senyum sinting pas Gala menoleh sewot.

"Gue nggak tertarik sam—"

"Ralat, belum!" potong Jeka yang tiba-tiba muncul entah sejak kapan sambil mengembalikan ponsel milik Gala yang masih menampilkan layar kamar Gita. Sementara Gitanya nggak terlihat di sana. "Gita kayaknya lupa lagi vid-call, gue ditinggal masa udah lama gue tungguin nggak balik-balik."

"Ya terus kenapa nggak dimatiin?" tanya Adam kemudian. Jeka lalu ikut duduk di sebelah Adul dan ikutan ngemilin stroberi dicampur keripik kentang.

"Kali aja Mas Galanya mau gantian ngobrol. Soalnya Gita tadi dipanggil sepupunya. Bilangnya suruh tungguin bentar, tapi bentarnya dia sama bentarnya gue kan beda. Hampir sepuluh menit gue cuma liatin kasur dia doang apa tidak bosan. Biar Galanya aja gantiin."

Gala balas menggeleng pelan. Ia hendak mematikan sambungan, namun jempolnya seketika menggantung saat melihat sosok Gita di kejauhan muncul di balik pintu. Sepertinya Gita meletakkan ponselnya tegak lurus di balik meja belajarnya karena Gala bisa melihat dengan jelas hampir keseluruhan isinya. 

Kamar yang terlihat rapi dan sebagian besar didominasi warna putih dan cokelat. Ada ranjang berukuran sedang dengan seprei dan selimut serta bantal yang berjejer berwarna putih polos, di sebelah kanan ada rak empat susun berwarna cokelat tua yang tidak terlalu tinggi berisi buku-buku yang berjejer rapi, sementara di sebelah kirinya ada rak gantungan baju.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang