59 - Duet Suami Istri

958 107 596
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

TENGAH malam, Gita bolak balik ke kamar mandi. Gita memuntahkan semua yang ada di dalam lambungnya. Mendadak perutnya kram dan kepalanya pusing. Tubuhnya gemetar dan lemas. Gita merebahkan badannya di tengah ranjang, nafasnya naik turun. Diangkat kedua tangannya, kulitnya memerah dan sedikit gatal. Gita yang pusing mencoba bangkit berdiri, diambilnya kotak obat dan dicarinya obat yang sudah lama tak ia minum.

Obat alergi.

Gita dulu suka makan tutut atau keong sawah ketika masih kecil, tapi lama-lama muncul reaksi alergi ditubuhnya. Awalnya Gita tidak sadar, tapi ketika dia makan, lama kelamaan perutnya akan kram dan mual lalu berakhir ia muntah-muntah. Efeknya tidak langsung menyerang, tapi perlahan. Dimulai dari tubuhnya yang menggigil. Belum efek lainnya membuat badannya merah-merah meski nggak sampai bentol-bentol. Dan ini sudah lama dari terakhir dia makan sejenis keong. Ternyata efek kali ini lebih parah. Perutnya terasa diremas kuat dan badannya sampai menggigil hebat. Dia kedinginan.

Gita segera bergelung dibalik selimutnya setelah minum obat, tapi ternyata tak berapa lama lagi ia mual. Ditahannya sekuat tenaga. Menyugestikan dirinya akan baik-baik saja. Dan benar saja, Gita jatuh tidur tak lama kemudian.

Paginya, Gita nggak langsung bangun seperti biasa. Hari Sabtu ini ekskul diliburkan karena mau kondangan ke nikahannya Pak Yogo. Acaranya dimulai jam sepuluh siang. Tapi kemarin Gita minta dijemput Jevi agak pagian biar bisa ke salon dulu. Dan dengan senang hati Jevi menjemputnya pagi-pagi buta, jam setengah enam kurang lima belas menit. 

Ginan yang biasa bangun shubuh udah ngajak Jevi keliling komplek terus minta dijajanin bubur sama lontong sayur. Abis itu Jevi disuruh bangunin Gita sendiri di kamarnya sekalian diajarin tips dan triknya. Karena kamar Gita terkunci, Ginan langsung membuka pakai kunci duplikat yang selalu ia simpan. Ginan mempersilakan Jevi masuk ke kamar sepupunya dengan sopan, membuat Jevi tersenyum geli. 

Kamar Gita terlihat minimalis, tidak banyak barang dan terlihat rapi. Bahkan meja belajarnya juga rapi. Jevi memindai sekeliling kamar Gita, ada jam dinding yang cukup besar di hadapan ranjang yang menunjukkan pukul setengah tujuh lewat lima. Lalu ia duduk di pinggiran ranjang, menatap Gita yang bergelung selimut. Hampir seluruhnya tertutupi kecuali setengah wajahnya dari hidung sampai atas kepala. Jevi lalu merangsek mendekat, diusapnya puncak kepala Gita dengan sayang. Rasanya ingin sekali Jevi ikut bergelung dibalik selimut.

Cukup lama Jevi mengelus-ngelus Gita. Dia senang berlama-lama memandangi Gita yang tampak polos seperti bayi. Gita bahkan tenang tanpa terganggu ketika Jevi menekan-nekan pipi Gita dengan jari telunjuknya.

"Ta, bangun yuk. Katanya mau ke salon dulu."

Gita perlahan menggeliat. Jevi bisa lihat Gita yang mengerjap-ngerjap kecil menyipit ke arahnya lalu ke arah jam dinding.

"Pagi istriku."

Gita tersenyum lalu bangun duduk masih bergelung selimut, matanya kembali terpejam. Jevi tersenyum melihatnya.

"Ta..."

"Hm."

"Gue sayang elo."

"Hm."

Jevi mengelus-ngelus puncak kepala Gita. "Sayang banget."

Gita membuka matanya dan menatap Jevi dengan pandangan sayu. "Gue juga sayang, Jev."

"Sayang sama diri elo sendiri?"

"Sayang sama elo juga Jev."

Deg! Jevi mengerjap. Oke hati jangan dulu baper. Gita itu sayang ke teman-temannya juga. Jevi tersenyum masih mengelus-ngelus Gita dengan sayang.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang