38 - Tanpa Rahasia

795 94 367
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

SELAMA perjalanan pulang, Gala hanya diam tanpa berbicara satu patah kata pun. Aura Gala seperti di sekolah. Gala terlihat dingin. Tapi sekarang, Gala terasa jauuuh lebih dingin. Gita jadi urung minta mampir jajan, padahal dia pengen beli siomay sama es kelapa muda. Kan enak panas-panas makan kombinasi itu.

Gala diam-diam memperhatikan Gita lewat spion yang terlihat salah fokus ke kiri-kanan liatin jajanan. Gala sengaja lewat daerah yang banyak jual street food, tapi Gita bahkan nggak minta mampir kayak biasanya. Bahkan pas sengaja berhenti lama disalah sudut jalan dekat stand siomay, bakso, sama seblak, Gita tetap tidak meminta dirinya untuk mampir.

Apa Gita bete karena nggak jadi jalan bareng Hanif atau pengen makan tiramisu. Tapi Gita nggak bilang apa-apa. Gala jadi menebak-nebak. Dia kembali menjalankan motornya, tapi kali ini muter-muter nggak jelas di siang hari menjelang sore yang panas. Beberapa kali dia lewat ke daerah yang banyak jual makanan, tapi Gita tetap diam. Sampai dia bawa ke toko kue cubit yang aroma dari luar udah kecium aja Gita masih tetap diam. Gala kembali menebak-nebak, apa dia tadi salah ngomong atau dia berbuat salah. Rasa-rasanya enggak. Gala jadi bingung. Dia kembali menjalankan motornya muter-muter entah ke mana. Sampai dilihatnya Gita lewat spion mulai mengedip-ngedipkan matanya lalu merasa tangan Gita memeluk tas punggungnya dan Gala baru sadar tadi Gita bilang kalau ngantuk. Ya ampun... bisa-bisanya dia tidak sadar. Akhirnya cepat-cepat Gala melajukan motornya untuk pulang.

***

Sampai di komplek perumahan Vila Hijau, Gala nggak langsung nurunin Gita di depan rumahnya, tapi ia terus melajukan motornya memasuki halaman rumahnya sendiri.

"Elo memang benar-benar tidak pengertian," ujar Gita akhirnya sembari turun dari motor.

Gala melepas helm dan juga masker lalu menatap Gita yang kini cemberut.

"Gue masih harus jalan ke rumah, padahal tadi kan bisa elo turunin gue di depan sana." Gita mulai mengomel.

"Manja banget tinggal jalan sebentar juga," balas Gala santai lalu turun dari motornya sambil melepas tas dan jaketnya kemudian ia taruh di kursi samping teras.

Gita mendengus sebal, namun kini ia dibuat kaget karena Gala berjalan mendekat dan kemudian melepas perlahan helm yang masih dipakainya. Gala merapikan rambut Gita yang berantakan, kemudian mengusap-usapnya perlahan. Gita sampai terdiam tidak bergerak. Ini pertama kali Gala mengusap-usap rambutnya dan ia bisa mencium aroma Gala samar-samar. Aroma citrus dan entah campuran apa, aroma yang menenangkan. Padahal hari udah siang, tapi aroma Gala tetap nggak berubah seperti pagi tadi.

Gita memperhatikan Gala yang fokusnya justru pada puncak kepalanya. Kemudian ia bisa lihat Gala yang tersenyum kecil.

"Wah, Mas Gala sama Sebesty sudah pulang." Mbak Ifah tiba-tiba muncul dari dalam berbasa-basi. "Maaf Mas Gala jikalau mengganggu. Sebenarnya diriku menahan diri untuk tidak keluar sekarang karena sudah pasti mengganggu, tetapi Bu Restu meminta diriku untuk segera ke rumahnya karena ada titipan untuk Ibu."

Gala mengerjap dan menurunkan tangannya.

"Silakan bisa dilanjutkan adegan usap mengusapnya Mas Gala," ujar Mbak Ifah sambil berlalu dan terkikik geli.

Gala menggaruk pipinya pelan. Sementara Gita menatap Gala sambil senyum-senyum.

"Gue penasaran kenapa si kapten basket suka pegang-pegang rambut elo. Padahal rambut elo lepek, keringetan." Gala berujar tiba-tiba dengan polosnya.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang