54 - Pengantin Bhumi Kita

901 105 894
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya ya~ selamat membaca💜

‧˚✧ᵔ ᵕ ᵔ✧˚‧

"Kalo nggak tahan sakitnya, elo bisa gigit atau cakar gue Ta. Jangan ditahan."

Jangan ditahan Gala bilang. Gita bahkan tidak bisa mencerna apa yang yang terjadi saat ini, mendadak saraf di tubuhnya kaku. Sulit digerakkan. Apa efek kedua kalinya ini obat membuat mati rasa. Tapi kenapa debaran jantungnya masih bekerja, bahkan lebih cepat dari biasanya.

"Nafas, Ta. Rileks. Everything will be okay." Gala beralih mengusap-usap rambut Gita.

Gita perlahan menarik nafas panjang dengan susah payah. Mendadak bengek sampai batuk-batuk. Gala menguraikan pelukannya kemudian membawa Gita untuk duduk. Ditepuknya punggung Gita sampai Gita merasa lega.

"Maaf, Ta." Gala berkata pelan sambil menyampirkan rambut Gita yang sedikit menutup wajah ke belakang telinga, dipandanginya Gita yang mendadak gagu. "Elo kenapa nggak ngereog? Padahal gue udah siap-siap."

Gita masih mengatur nafas, tidak berani menatap Gala. Ini maksudnya Gala lagi ngelawak atau gimana sih. Jadi Gala mengantipasi memeluknya biar dia tidak menendang kayak waktu itu.

Gala mengambil tangan kanan Gita lalu diperhatikannya luka yang sedikit mengering itu kemudian mengusap pinggirannya yang tidak terluka dengan gerakan lembut. Efeknya, Gita merasa ada getaran aneh di dirinya. Gita menunduk dalam-dalam dan tanpa bisa dicegah tangisnya pecah begitu saja. 

"Keluarin aja semuanya Ta, biar lega."

Gita menggeleng pelan disela tangisnya. Dia menangis bukan karena rasa perih dari lukanya, melainkan rasa sesak di dada yang benar-benar tidak bisa ia tahan.

Gala segera mengangkat wajah Gita lalu mengusap pipi Gita yang basah oleh air mata. Melihat Gala dari jarak sedekat ini membuat Gita tak berkedip. Apalagi perlakuannya yang tak biasa ini. Gala memang keren banget, wajah tampannya yang sudah pasti menarik perhatian siapa pun itu mampu membiusnya. Apalagi tampang Gala saat ini terlihat manusiawi. Hangat dan menyenangkan. Tapi satu sisi di dalam dirinya menolak pesona yang Gala pancarkan. 

Gita menarik nafas panjang mencoba menguasai dirinya. Gita buru-buru bangun, membuat Gala kaget karena hampir terjungkal ketika Gita melompat turun dari ranjang.

"Ta..." Gala segera mengejar saat Gita hampir keluar kamar. Namun, ketika pintu dibuka, membuat langkah Gita dan Gala terhenti karena di depannya ada Bunda Ndari yang menatap Gita dengan sorot terkejut.

Gita segera menghambur memeluk Bunda Ndari yang balik menenangkan sambil mengelus-elus punggung Gita dengan sayang. Ditatapnya Gala tajam yang langsung salah tingkah.

"Bundaaaa, Gala—"

"Keluar Gala sayang." Bunda Ndari berkata halus namun menyorot tajam. "Ngadep Nyonya Besar sekarang."

Gala mengerjap dan terdiam mematung, sementara Gita menggeleng di dalam pelukan Bunda Ndari kemudian diuraikan pelukannya lalu Gita membuka telapak tangan kanannya yang memerah terluka.

Bunda Ndari menatap luka itu lalu menghela nafas. "Gal, kamu semprot lagi?"

"I-iya Bunda."

"Terus kenapa kamu biarin Gita terluka?" selidik Bunda Ndari.

"Gala nggak tau. Pas Gala mau pergi, tiba-tiba Gita dateng ngampirin, terus ya dari itu ketauannya."

"Terus?"

"Terus Gita nolak diobatin, jadinya Gala paksa." Gala berujar pelan sambil menunduk. "Maaf Bunda."

"Ya kalo gitu dipeluk, ditenangin, disayang-sayang. Gimana sih kamu, tidak gentle." Bunda Ndari menggerutu kesal.

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang