31 - Hobi Keselek

1.2K 127 116
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote-nya dulu ya~ selamat membaca💜

˚ᵔ ᵕ ᵔ˚

SABTU siang, Gita main ke rumah Gala. Niatnya sih mau nonton bareng Mbak Ifah sekalian ngadem. Rumah Gala kan enak buat santai.

"Halo, Kang Ujang. Wilujeng siang," sapa Gita ramah di depan rumah Gala ketika melihat Kang Ujang lagi nyuci motor.

"Eh—Neng Gita. Mau ketemu Mas Gala ya? Kan Mas Galanya masih ekskul belum pulang. Eh—atau ketemu Bunda? Eh—tapi Ibu kan nggak di rumah."

Gita terkikik geli mendengar ucapan Kang Ujang barusan yang terdengar lucu. "Saya mau ketemu Mbak Ifah Kang, bukan Gala atau Bunda."

"Ooh, kalo Mbak Ifah mah ada, tadi lagi nyuci buah. Masuk aja Neng, silahkan."

"Oke Kang, saya masuk dulu. Permisi ya." Gita lewat dengan sopan dan langsung menuju dapur menemui Mbak Ifah yang ternyata lagi marut buah.

"Halooo Mbak Ifahku, sedang apakah dirimu?" sapa Gita pada Mbak Ifah.

"Halo juga Sebesty, diriku sedang membuat masker organik. Apakah dirimu mau mencobanya juga?" tawar Mbak Ifah yang memang memanggil Gita dengan sebutan 'Sebesty', karena usianya masih dua puluh tahun. Mbak Ifah juga ternyata satu frekuensi dengan Gita yang suka berbicara baku satu sama lain.

"Masker organik apakah itu?" Gita lalu mendekati Mbak Ifah dan duduk di kursi depan meja pantry lalu melihat apa yang diparut. Ternyata bengkoang.

"Mengapa Mbak Ifah tidak beli online saja? Kan jauh lebih praktis." Gita menatap keheranan, ada berbagai macam racikan yoghurt dan bengkoang juga tanaman yang entah apa namanya.

"Ini merupakan racikan turun temurun dari nenek moyang diriku. Lihatlah sudah terbukti khasiatnya." Mbak Ifah memamerkan kulit wajah dan tangannya yang mulus dan cerah. "Kulit yang diriku dapatkan bukanlah hasil suntikan dokter atau perawatan mahal, tetapi berkat ramuan alam yang diolah dengan penuh cinta dan kasih sayang."

Gita tertawa mendengarnya. "Sepertinya diriku harus belajar untuk merawat diri supaya tidak kalah cantik dari Mbak Ifah."

"Tentu saja ilmu merawat diri itu harus dibagi. Tenang saja selama ada diriku di sini, dirimu akan diriku rawat seperti anak sendiri seperti malika." Mbak Ifah terkekeh kecil, lalu Mbak Ifah menatap dan mengelus pipi Gita yang tidak dirias apa pun. "Tetapi kulitmu sudah mulus, terlihat berseri-seri seperti kulitnya Mas Gala."

Gita mengerjap-ngerjap.

"Kalau begitu kubuatkan masker yang biasa kubuatkan untuk Mas Gala."

"Gala maskeran juga Mbak Ifah?"

"Sebenarnya bukan masker, bahasa sekarangnya itu toner. Tahu kan yang untuk membersihkan wajah menggunakan kapas."

Gita mengangguk-angguk.

"Sudah lama diriku tidak membuatnya, diriku hanya pernah membuatkan untuk Mas Gala sekali. Padahal waktu itu diriku hanya iseng mencampurkan beberapa bahan tetapi ternyata khasiatnya luar biasa."

"Luar biasa? Langsung mulus cerah berseri-seri?" tanya Gita takjub.

"Luar biasa sampai wajah Mas Gala merah-merah iritasi."

Gita ternganga, sementara Mbak Ifah tergelak melihat ekspresi Gita.

"Diriku hanya bergurau. Reaksimu sungguh sangat menggemaskan sekali."

Mbak Ifah kembali melanjutkan meracik bahan-bahan. Gita hanya memperhatikan sambil memegang daun yang entah apa namanya.

"Ini boleh dimakan Mbak Ifah?"

CHEMISTRY DI ANTARA GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang