Koridor rumah sakit itu terlihat sangat sepi dari lalu lalang manusia. Lalice tengah tertidur pada bahu Bogum setelah dirinya terus menangisi Ji-hyun diruang ICU.
Sebagian orang yang pernah merasakan bagaimana mencekamnya ruangan ICU pasti akan ikut merasakan kesedihan yang teramat dalam. Ruangan yang dimana hidup dan mati seseorang sedang dipertaruhkan.
Park Bogum masih setia menemani Lalice dirumah sakit karena Lalice ingin menemani Ji-hyun diruang ICU. Tubuh Lalice semalam pun mengalami demam tinggi karena dia menolak untuk dirawat dan berakhir dengan tertidur dibahu Park Bogum.
Beberapa perawat justru melarang Lalice untuk masuk ke ruang ICU karena tubuh Lalice yang sedang tidak fit dan takut jika terluar penyakit. Lalice semakin sedih juga marah pada dirinya sendiri dan menjadi emosional semenjak Ji-hyun kembali drop.
"Lalice~ bangun." Lenguhan kecil keluar dari mulut Lalice. Memijit bahunya sebentar lalu kembali menegakkan badannya.
"Badanmu masih panas. Oppa akan pergi ke cafetaria sebentar dan membelikan mu makanan---" Lalice menarik lengan Bogum untuk kembali duduk disampingnya dan Lalice pun berdiri dengan tubuh yang benar-benar lemas.
"Aku akan mencari sendiri,oppa temani Ji-hyun imo saja,karena jika ada apa-apa aku tidak bisa masuk dan menemaninya." Bogum ingin menolaknya, bagaimana bisa dia membiarkan Lalice pergi dalam keadaan lemas seperti ini.
"Tapi Lalice---"
"Jebal,hanya sebentar. Aku akan kembali." Lalice mengambil ponselnya dan berjalan meninggalkan Bogum oppa dengan wajah yang pucat itu. Masuk kedalam lift dan menekan tombol lantai tiga.
Di dalam lift yang sepi itu Lalice sedikit merenung sejenak, memikirkan keadaan Ji-hyun benar-benar menguras tenaga dan pikirannya sendiri. Ketakutan yang tak ada ujungnya membuat Lalice seperti akan gila jika Ji-hyun pergi meninggalkannya.
Selama ini hidupnya selalu bergantung pada Ji-hyun dan bagaimana bisa Lalice menghidupi dirinya sendiri tanpa campur tangan orang terkasih nya itu. Hanya Ji-hyun satu-satunya orang yang mengurus Lalice hingga saat ini.
Ting!
Lift terbuka dan Lalice langsung keluar. Kantin rumah sakit itu tampaknya sedikit ramai, banyak pasien yang masih tergantung infusan sedang menyantap makanannya disana. Dengan langkah yang berat itu Lalice berjalan menuju salah satu kedai roti dan berniat membeli nya untuk Bogum oppa.
Selanjutnya Lalice berjalan menuju kedai makanan biasa, mengambil alat makan nya dan mulai memilih beberapa makanan yang akan dia makan meski sebenarnya dia tidak berselera untuk makan.
"Silahkan nona,anda bisa duduk dimeja sebelah sana." Tunjuk seorang ahjumma pada Lalice yang terlihat tidak fokus. Dia mengangguk dan mulai pergi untuk cepat-cepat duduk dan menghabiskan makanannya.
Mulai memakan makanannya dengan perlahan, Lalice tiba-tiba menitihkan air matanya tanpa sebab. Makanan itu mengingatkan nya pada masakan yang selalu Ji-hyun buat untuknya. Rasanya benar-benar sama membuat Lalice terus memakannya dengan deraian air mata.
"Aku merindukan mu imo." Ucapnya dalam hati yang sesak itu. Kembali menyuapkan makanan kedalam mulutnya air mata Lalice pun ikut berderai tanpa aba-aba.
"Aigoo, kau pasti mengalami masalah berat nak." Seorang pasien wanita tua tiba-tiba duduk dihadapan Lalice dan berkata padanya yang tengah sesenggukan menangis dengan terus menyuapkan makanan nya.
"Seberat apapun masalahmu,jangan biarkan kesedihan mencekik mu nak. Balas lah kebaikan seseorang dengan dengan kau bersikap baik-baik saja dihadapannya tanpa memperlihatkan kesedihan mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.