Please vote before you enjoy this chapter 🍵
.
.Jennie masih setia memeluk Lisa yang tengah diobati oleh beberapa Dokter. Adiknya menolak untuk dibawa ke rumah sakit dengan alasan takut dengan keberadaan Jisoo dan juga Rosé.
Suara tangis yang tertahan membuat Jennie merasa iba karena adiknya yang terlihat kesakitan. Lengan Lisa akan mendapatkan jahitan karena luka yang dia dapat sangat parah,luka yang menganga dan terus mengeluarkan darah.
Dokter tersebut membawa beberapa alat medis dan mesin untuk memantau keadaan Lisa yang terlanjur lemas karena kehilangan banyak darah.
"Katakan pada dokter untuk tidak membius ku. Aku tidak ingin tertidur dan kehilangan mu,Unnie." Bisik Lisa pada Jennie yang terlihat sama-sama kelelahan.
Jennie mengusap lembut kepala Lisa. "Tenang lah,mereka tidak membius mu. Unnie tidak akan meninggalkan mu." Tak dipungkiri bahwa Jennie sedang dilanda khawatir pada keadaan Lisa yang terbaring lemah itu.
"Tidak Unnie,kau berbohong. Mereka sudah membius ku,kan? mata ini terasa sangat berat,aku tidak ingin tertidur. Aku mohon, aku tidak ingin menutup mata ini."
Jennie terus memberikan usapan lembut pada Lisa yang mulai terpengaruh obat bius itu. Lisa terus berusaha melawan rasa kantuknya dan tetap ingin membuka mata. Tangan kanan Lisa memegang lengan Jennie sangat erat seakan dirinya memang tidak ingin Jennie tinggalkan.
"Andwae,Unnie. Jangan tinggalkan aku---" akhirnya mata hazel itu menutup sempurna dengan deru napas yang mulai teratur. Masker oksigen mulai bertengger diwajah Lisa dan kedua Dokter mulai fokus pada luka Lisa yang ternyata cukup dalam itu.
Jennie menjauh membiarkan mereka menangani adiknya. Jennie membawa Lisa menuju kamar Rosé,karena kamar Lisa sudah tidak steril dan sangat berantakan.
Menahan tubuhnya pada meja belajar Rosé,Jennie kembali menangisi keadaan yang menimpa ibu dan adiknya. Juga tak habis pikir dengan sikap Jisoo yang tak memikirkan keadaan Lisa yang tengah terguncang.
"Aku bisa gila dengan semua ini."
Jennie merasakan getaran disaku celananya, dengan cepat dia merogoh ponsel tersebut. "Jisoonie?"
Pip.
"Wae?"
"Jennie-ya,kembali ke rumah sakit sekarang." Suara Jisoo terdengar dingin dan menekan.
"Aniyo,aku akan menemani Lisa dirumah. Dia akan sendirian jika aku pergi,apa kau tak mengerti?" Balas Jennie yang mulai geram dengan ucapan Jisoo yang seakan-akan tidak memperdulikan Lisa.
"Aku tidak ingin berdebat denganmu. Kembali ke rumah sakit, sekarang juga." Jennie hanya mampu memijit keningnya dengan lembut merasa jika Jisoo mulai egois dengan hanya memikirkan keadaan ibunya.
"Bagaimana keadaan Eomma?" Ucap Jennie dengan merendahkan suaranya pada Jisoo.
"Aku akan memberitahu mu jika kau sudah berada disini. Jangan pernah menyesal jika kau mendapatkan kabar buruk pada Eomma."
Jisoo langsung mematikan panggilan tersebut membuat Jennie kembali dilanda khawatir dengan keadaan Yoona.
"Ya! Jangan mengancam ku seperti itu,beritahu padaku." Jennie hampir melemparkan ponselnya karena Jisoo mematikan panggilan nya dengan sepihak.
Ingin rasanya Jennie berteriak dan merutuki sikap Jisoo yang membuat darah Jennie naik. Jennie kembali mendekat pada Lisa yang tertidur tenang sembari diobati oleh dokter-dokter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.