Pelampiasan amarah tidak akan pernah ada habisnya jika terus menerus dilakukan hingga orang tersebut menderita. Amarah hanya sementara namun penderitaan orang tersebut tersimpan selamanya dibawah alam sadarnya.
Nayeon tersenyum dibalik dinding setelah melihat sepupunya yang begitu ketakutan melihat apa yang telah dia lakukan. Nayeon sengaja menyimpan ratusan buah strawberry didalam loker Lisa karena dia tahu bahwa gadis berponi itu menjadi ketakutan pada buah berwarna merah itu.
Dan ternyata dugaannya benar,Lisa benar-benar ketakutan melihat buah strawberry dihadapannya. Nayeon hanya menertawakan tindakannya pada Lisa. "Gadis bodoh."
"Nayeon, membuat Lisa hanya ketakutan seperti itu tidaklah asik. Kau harus membuat pertunjukan untuk kita dan Lisa peran utamanya." Ucap teman-teman Nayeon menghasutnya agar bisa membuat Lisa lebih menderita.
"Benarkah? pertunjukan apa yang harus aku buat dengannya." Senyum licik benar-benar terbit dibibir gadis itu.
"Strawberry dan Lisa adalah perpaduan yang menarik." Ucap salah satu temannya yang berjalan mengambil satu buah strawberry dan memakannya tepat dihadapan Nayeon.
Nayeon tersenyum lebar saat dia memiliki ide yang begitu gila untuk membuat pertunjukan dengan Lisa.
_____________
Jennie berjalan disepanjang koridor kampus menuju kelasnya siang ini. Menjadi seorang dokter bukanlah suatu hal yang benar-benar ingin Jennie lakukan.
Dia hanya sekedar penasaran dengan semua proses mendapatkan gelar tersebut. Tapi seiring berjalannya waktu Jennie sangat menikmati waktunya itu. Masih begitu jauh rasanya untuk Jennie terjun langsung dalam pekerjaan mulia itu. .
Jennie menikmati semua proses dalam hidupnya. Kalimat kalah sepertinya memang tidak pernah ada dalam kamus besar seorang Jennie.
"Annyeong!" Sapa Alison, sahabat dekat Jennie. Dia menggeser duduknya agar Jennie bisa duduk dengan leluasa dengannya.
"Tak biasanya kau datang sebelum dosen masuk apa kau terbentur sesuatu?" Tanya Alison heran karena biasanya Jennie selalu datang bersamaan dengan datangnya dosen. Tidak terlambat, tidak juga tepat waktu mungkin hanya pas saja dengan waktunya.
"Ya,aku juga manusia. Bisa berubah setiap saat,ini bukan apa-apa." Jennie mengeluarkan buku dan pena nya.
"Oke,hari ini kita akan belajar~" Ucap Jennie yang melihat jadwal pembelajaran yang dosennya buat untuk hari ini dikelasnya.
"Astaga, mikrobiologi dan parasitologi." Jennie menghembuskan nafasnya, dia tidak akan kesusahan dengan materi itu,namun namanya juga manusia pasti akan mengeluh diawal sebelum mereka menjalaninya.
"Tidak perlu membuang nafas seperti itu,kau selalu bisa dalam semua hal." Alison sedikit tertawa setelah dirinya merasa puas karena selalu mengomentari setiap pergerakan sahabatnya.
"Hah~ sepertinya diam ku saja sudah menjadi kesalahan bagimu,sialan." Sekarang Alison benar-benar tertawa mendengar gerutuan Jennie padanya. Dia memang sangat suka menggoda Jennie hingga membuat dia kesal.
"Aigoo kucing ini benar-benar sensitif."
"Jennie. Seseorang menitipkan ini padaku, untukmu." Salah satu temannya memberikan Jennie sebuah kotak kecil bersama dengan selembar surat yang misterius.
"Siapa yang memberi ini?" Tanya Jennie yang mendapatkan gelengan dari temannya itu. Gadis tadi kemudian duduk menjauh dari Jennie dan Alison. Jennie mengerutkan keningnya saat dia penasaran dengan isi kotak tersebut.
Dia membukanya dan ternyata isi dari kotak tersebut adalah secarik tiket bioskop VIP room. Jennie sedikit terkekeh melihat itu lalu dia membaca surat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.