Please vote before you enjoy this chapter 🍵
.
.
.Disebuah ruangan yang sangat menyengat dengan obat-obatan, adik kecilnya tengah berjuang dengan takdirnya. Dalam hidup seorang Jennie dia tidak akan pernah merasakan namanya keterpurukan,tapi sekarang kata menyesal selalu melekat dengan hidup Jennie.
Jennie tidak bisa merubah prinsip hidupnya untuk mampu mendengarkan alasan seseorang berbuat demikian. Jennie tidak suka kebohongan,dan Jennie tidak suka kata kalah.
Namun saat ini Jennie kalah dengan rasa kecewanya pada Lisa dan berganti dengan rasa menyesal. Jika Jennie tidak bisa mengubah sikapnya yang seperti itu maka Lisa pasti akan merasakan hal yang sama lagi dan lagi.
Diumur Lisa yang lebih kecil dari Jennie,dia pasti akan terus melakukan kesalahan dalam hidupnya tapi apakah harus Lisa selalu mendapatkan kesakitan dari setiap kesalahannya itu?
Bahagia pasti datang, percayalah. Dia hanya mampir belum ingin menetap.
Lisa sudah ditangani oleh beberapa dokter handal di kota Seoul. Jennie sangat prustasi melihat Lisa yang hampir sekarat didepan matanya.
Jennie tengah menunggu adiknya didepan ruang operasi,lalu matanya melirik pada seorang wanita yang berjalan menghampiri ruangan Lisa.
"Napeum saekkiya,aku akan membunuhmu. Apa yang kau lakukan pada adikku?apa yang kau lakukan pada Lisa,jawab aku!" Jennie menarik kerah jas Irene dan memukuli dada atas wanita itu yang sama kacaunya dengan Jennie.
"...Dia hampir mati!" Jennie berteriak keras karena hatinya yang tak bisa lagi menahan rasa sesak mengingat wajah pucat adiknya disepanjang mereka menuju rumah sakit.
"Lepas! Apa kau tidak menyadari kesalahan mu? Lisa tidak akan seperti ini jika kau tidak bersikap berlebihan pada gadis itu. Kau bahkan menyakiti fisiknya dan meninggalkannya sendirian saat dia sedang mendapatkan kesedihan.."
Irene tak kalah menaikkan nada suaranya karena sudah muak melihat perlakuan Jennie pada Lisa yang masih polos itu.
"Dengar,semua ini terjadi karena dirimu! tiba-tiba kau hadir di kehidupan Lisa dan membuat semuanya berantakan,bahkan Lisa tidak tahu asal-usul mu dari mana!"
Jennie menyudutkan Irene pada dinding dan sedikit menekan bahu gadis itu.
"Lisa adalah milik kami kau harus pergi dari hidup Lisa sebelum kami menghancurkan hidupmu." Ucap Jennie dengan menekankan setiap kalimatnya,mata yang begitu tajam dan memerah. Saat ini Jennie tidak sedang main-main dengan ucapannya.
"Kau sudah gila rupanya. Kau menyayangi nya tapi kau tidak ada disisi nya saat dia ketakutan ataupun terluka. Kakak macam apa kalian ini?" Jennie menatap tajam mata Irene.
"Dan kau siapa hingga mampu berkata seperti itu?" Jika kalian ingin tahu apa yang Jennie lakukan,dia menjambak rambut Irene hingga wanita itu tersungkur ke lantai yang dingin.
Dengan nafas yang memburu,Jennie puas melakukan hal demikian pada Irene yang bermulut besar itu. "Ya!michyeosseo?" Jennie hanya menyeringai saat Irene terbangun dari duduknya.
Mereka bahkan melupakan Lisa yang tengah berjuang dengan maut nya sendiri.
"Napen saekkiya. Wanita gila!" Irene mengambil rambut Jennie yang terurai lalu menjambak nya sekuat tenaga membuat Jennie meringis sakit.
Aksi menjambak rambut itu terjadi diantara mereka. Keduanya seperti gadis sekolahan yang memperebutkan seseorang. Irene melepaskan jambakan namun mendorong tubuh Jennie membuat kening Jennie sedikit terluka karena menghantam kursi tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.