Langkah kaki itu berjalan dengan terseret-seret karena sudah tidak ada tenaga dalam dirinya. Berjalan menuju ruang jenazah,Lisa berusaha menguatkan dirinya untuk bertemu dengan Ji-hyun yang terakhir kalinya.
Park Bogum menunjukkan jenazah Ji-hyun pada Lisa. "Tidak,aku tidak sanggup melihatnya. T-Tolong bangunkan Imo Oppa." Lisa menunduk memeluk tubuh Ji-hyun yang masih terbungkus kain putih.
"Untuk yang terakhir kalinya Lisa. Kau kuat,aku akan selalu bersamamu." Park Bogum lantas memegang bahu Lisa untuk membantunya tegak kembali.
Perlahan Lisa membuka kain yang menutupi wajah Ji-hyun, seketika tangisannya menjadi histeris. Wajah Ji-hyun sudah sangat memucat dan dingin,karena tidak kuat menahan beban tubuhnya karena lemas Lisa menjatuhkan tubuhnya ke lantai dilanjutkan dengan terus memukuli dada kirinya.
"Hiks.. Imo jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu, a-aku tidak punya alasan lagi untuk hidup jika kau meninggalkanku Imo." Park Bogum segera memeluk tubuh Lisa.
"Tolong bicara pada Tuhan agar memberikan kesempatan hidup sekali lagi Imo. Aku belum pernah membayangkan duniaku tanpa mu,tidak ada siapapun yang akan memelukku disaat hujan dan petir datang. Aku ketakutan Imo,BANGUN!"
Tubuh Lisa semakin lemas,Park Bogum lalu membawa Lisa untuk keluar namun Lisa menahan tangannya sejenak. "Ciuman terakhir dariku Imo. Beristirahatlah dengan damai." Lisa akhirnya mencium wajah Ji-hyun dengan deraian air mata.
Setelah itu Bogum Oppa memegangi bahu Lisa dan berjalan keluar.
___________Kini hari sudah berganti, peti mati itu masih berada dikediaman Lisa dan juga Ji-hyun. Tidak ada penghormatan kematian besar-besaran,hanya beberapa tetangga,Jo Jung Suk dan keluarga Yoona yang hadir.
Yoona,Jo Jung Suk dan ketiga gadis Kim sangat terkejut dengan kabar bahwa Ji-hyun meninggal dengan cara yang tidak baik. Mereka tengah mengusut tuntas kasus kematian Ji-hyun,bahkan Jo Jung Suk mengutuk siapa saja yang membunuh adiknya hidupnya tidak akan tenang.
Lisa tengah terduduk lemas dihadapan peti Ji-hyun. Hanbok hitam yang dia pakai adalah buatan tangan Ji-hyun. Lisa tidak menyangka jika hanbok ini akan dia pakai untuk kematian Ji-hyun sendiri.
"Hidupku hancur Imo." Ucap Lisa dalam hati yang hanya mampu memandang foto Ji-hyun yang sedang tersenyum cantik.
Lisa tidak pernah membayangkan hidup tanpa Ji-hyun. Dia tidak pernah membayangkan hidupnya akan sehampa ini. Ji-hyun yang selalu melindunginya, Ji-hyun yang selalu merangkulnya, Ji-hyun yang selalu mengajarinya untuk tidak bergantung pada orang lain selain dirinya.
Namun sekarang Lisa harus bergantung pada siapa jika Ji-hyun pergi meninggalkannya. Lisa terlatih untuk berdiri sendiri dihadapan orang lain agar tidak terlihat lemah. Namun kini dunianya, rumahnya sudah hilang meninggalkan nya sendirian.
Kehadiran saudara,Ayah dan juga Ibunya tidak membuat Lisa bahagia. Kehadiran mereka seakan sebuah kesialan untuk Lisa dan juga Ji-hyun. Lagi,kini Lisa membenci takdir yang membuatnya hidup menderita. Mengambil orang yang dia sayang,dan menggantinya dengan rasa sakit. Betapa kejamnya takdir pada Lisa.
"Apa yang harus aku lakukan setelah ini Imo." Lisa menunduk dan kembali terisak. Mendengar tangisan Lisa,Rosé mendekat padanya dan mengusap punggung rapuh milik adiknya itu.
Rosé memeluk Lisa yang dibalas dengan pelukan erat dari adiknya. Lisa menghantarkan emosi yang sangat terasa oleh Rosé, kesedihan Lisa sangat terasa dan menusuk pada hati Rosé saat ini.
"Adik Unnie kuat,adik Unnie bisa melewati ini semua. Ji-hyun Imo sudah tenang, Ji-hyun Imo sudah tidak kesakitan. Semua apa yang Tuhan ambil akan dibalas dengan sebuah takdir yang lebih baik sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.