Jisoo,Jennie dan Rosé melihat Lalice yang tengah tertidur diatas ranjang dengan sangat mengkhawatirkan. Leher yang diperban,tangan yang penuh dengan plester dan keringat yang membasahi wajah cantiknya itu.
Rosé yang melihatnya hanya mampu menangis dengan sesenggukan. "Dia adik kita Unnie,Lalice adik kecil kita." Rosé menundukkan kepalanya disamping ranjang Lalice. Begitu juga Jisoo dan Jennie yang ikut menangis kala mereka menyesal karena harus membiarkan adik kecilnya ini menderita.
"Selama ini Lisa sangat menderita dengan kehidupannya. Namun aku bersyukur karena Tuhan masih mempercayai kita untuk kembali merawatnya dengan baik." Jisoo mengusap keringat yang ada diwajah adiknya itu.
"Lisa,adik ku. Bangun sayang." Jennie mengusap rambut Lalice dengan lembut. Air matanya benar-benar tidak bisa dia tahan, selama hidupnya Jennie baru merasakan satu perasaan yang tidak mudah orang lain rasakan. Seperti ruang kosong yang kini sudah terisi oleh kehadiran seseorang.
Rasa sesak yang selalu dia rasakan saat bersama Lalice seketika tergantikan dengan rasa tenang. Adiknya begitu cantik saat tertidur,Jennie ingin marah pada takdir karena baru dipertemukan dengan Lalice hampir delapan belas tahun lamanya.
Entah seperti apa reaksi Lalice saat dia bangun nanti keadaannya sudah sangat berubah. Ketiga gadis yang selalu membantunya ternyata adalah saudara kandungnya sendiri. Pelukan hangat dan nyaman yang dia rasakan dari Jisoo ternyata memang satu ikatan batin dengannya.
"Keponakan imoo." Ji-hyun menatap ketiga gadis Kim yang tengah menangis itu. Ji-hyun menitihkan air matanya saat melihat bagaimana saudara Lalice begitu menyayangi nya meski baru saja saling mengenal.
Bagaimana tatapan yang dipancarkan dari mata indah mereka begitu tenang menatap wajah adik kecilnya. Ketiganya berjalan menuju Ji-hyun dan memeluknya erat.
"Maafkan imoo sayang,karena sudah menyembunyikan adik kalian selama ini." Ji-hyun ikut terisak dalam dekapan ketiganya. Jantungnya kini kembali berulah dengan mengantarkan rasa sakit pada tubuhnya. Namun dia menahan sekuat tenaga agar tidak merintih dihadapan mereka.
"Aniya imoo,aku senang karena ternyata wanita hebat yang menjaga adikku selama ini adalah dirimu." Ucap Jisoo yang memeluk erat Ji-hyun.
Mereka sudah menyayangi Ji-hyun dan Lalice sebelumnya, maka dari itu tidak ada rasa benci sedikitpun untuk mereka. Ketiganya justru merasa senang karena takdir menunjukkan sendiri dimana jantung hati mereka.
"Sekarang imoo akan menceritakan semua tentang Lalice yang belum pernah kalian tahu. Omo,aku lupa sekarang namanya sudah berganti menjadi Lisa." Ji-hyun mengajak ketiganya untuk duduk disofa, namun dirinya pamit untuk ke kamar mandi sebentar.
Ji-hyun menutup pintunya lalu dia membuka tiga kancing bajunya yang membuat dia merasa sesak. Ji-hyun berusaha menetralkan nafasnya saat rasa sakit menusuk jantungnya.
"Tuhan aku mohon jangan lagi. Lalice masih membutuhkan ku." Ji-hyun meremas baju bagian dadanya dengan erat. Keringat sudah membasahi wajahnya. Tubuhnya pun ikut melemas, segera dia mengambil satu botol kecil berisi obat wajib yang harus dia makan.
Tanpa bantuan air sedikit pun dia meneguknya dengan susah payah. Setelah itu dia mencuci wajahnya lalu keluar dari kamar mandi seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Ji-hyun duduk diantara mereka bertiga.
Mulai menceritakan bagaimana hidup Lisa saat kecil, bagaimana susah nya mereka untuk mendapatkan makanan, bagaimana rasa bahagia Ji-hyun saat Lisa dinobatkan menjadi siswa terbaik,semua Ji-hyun ceritakan pada semua kakaknya.
Tak tahukah mereka bahwa diluar ruangan,Yoona,Jo Jung Suk dan Kim Soon Jae masih menatap penuh harap pada pintu didepannya. Bahkan Park Bogum hanya mampu berjaga diluar karena merasa tidak enak pada orangtua kandung Lalice jika dia ikut masuk kedalam ruangan.
___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.