Please vote before you enjoy this chapter 🍵
Penyesalan datang karena kesalahan,dan kesalahan hadir dari sebuah amarah yang tidak dapat dikendalikan dan perbuatan menyakiti tidak akan pernah jauh dari sebuah penyesalan.
Sebuah takdir yang sudah dituliskan Tuhan tidak dapat manusia ubah. Mereka hanya mampu berusaha untuk mengubah takdir itu menjadi lebih baik. Menerima atau tidak,Tuhan melihat dari kesungguhan mereka.
Didalam ruangan berdinding putih dan beraroma kan obat,semua anggota keluarga Kim hadir menunggu bungsu mereka terbangun.
Beberapa perawat masih memeriksa keadaan Lisa yang semakin menurun. Lisa pun mendapatkan beberapa jahitan dilengan nya akibat luka yang cukup dalam.
Mereka semua benar-benar lalai dalam penjagaan Lisa. Seorang wanita dengan setelah jas putih nya datang bersama satu perawat lain dibelakangnya. Dokter wanita itu masuk dan membungkuk pada mereka semua.
"Kami akan melakukan CT Scan padanya,dan hasil sementara yang dapat kami temukan adalah nona Lisa mengalami stress pasca trauma dan Delusi."
Mereka menutup mata dan memijat kening mendengar kabar tidak baik ini. Apa yang telah Lisa lalui hingga dia mengalami hal menakutkan ini.
Berbagai pertanyaan muncul dipikiran mereka semua mengenai rentetan kejadian apa yang membuat bungsu Kim mengalami trauma.
"Setelah ini kami akan melakukan CT Scan karena mendapati bagian dada atas nona Lisa mengalami memar yang terlalu lama dibiarkan." Dokter wanita tersebut membuka kancing baju bagian atas dan memperlihatkan pada mereka semua luka yang adiknya dapat.
Bahkan tak hanya itu,bagian perut Lisa pun ikut terlihat memar dan memerah akibat dari perundungan yang Nayeon lakukan. Dia menginjak perut dan juga dada Lisa hingga beberapa kali,namun Lisa masih mampu menahan sakitnya itu sendirian.
"Apakah putri mu mengalami perundungan?" Tanya Dokter tersebut yang seakan tahu jika memar tersebut bukanlah memar biasa.
"Nee, sebelumnya adik ku mendapatkan perundungan. Namun dia menyembunyikan luka tersebut,terakhir kali dada Lisa terbentur sisi bathub dan saat menuju rumah sakit dia mendapatkan CPR dari petugas medis."
Ujar Jennie dengan suara yang bergetar. Melihat adiknya yang menutup mata dengan menahan kesakitan membuat nya muak pada semua orang yang membuat adik kecilnya seperti ini.
"Saya duga seperti itu. Tolong untuk dijaga baik-baik,karena usia nona Lisa masih rentan untuk mengalami depresi dan trauma." Mereka semua mengangguk dan menyesal dengan yang terjadi pada Lisa.
"Mianhe Ji-hyun Imo.. aku gagal menjaga Lisa dengan baik. Maaf karena Lisa selalu menderita saat bersama kami." Ucap Rosé dalam hati dan kembali mengancingkan baju Lisa dengan air mata yang mengalir deras.
Didalam keheningan ruang rawat mewah tersebut,gadis yang sejak tadi mereka tunggu untuk bangun akhirnya membuka matanya dengan gerak lambat.
Langit-langit berwarna putih menjadi pemandangan pertama yang Lisa lihat. Keadaan disekitarnya masih buram dan berputar,membuat Lisa harus mengerjapkan mata nya dengan baik.
"Wae?mengapa aku belum mati." Ucapnya dalam hati yang sesak itu. Tapi perasaan Lisa mulai menyesal setelah Lisa sadar dengan tindakan bodoh nya saat menyayat lengannya sendiri.
"Hei,kau dengar Unnie?" Jisoo mendekat mengusap kening Lisa yang tertutup poni.
Pandangan nya kembali jelas dan Lisa bisa melihat keadaan keluarga nya yang terlihat sangat khawatir saat menatapnya. Lisa hendak meraih lengan Jisoo namun rasa sakit di dada nya kembali muncul bahkan lebih sakit dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath 'L'
RandomAku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih kembali bersama Tuhan.- L -Second story.